About

This is default featured post 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured post 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured post 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured post 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured post 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

Sabtu, 10 Maret 2012

ABSTRAK GIZI BURUK

ABSTRAK
Penyebab utama gizi buruk tidak satu. Ada banyak!. Penyebab utama kasus gizi buruk tampaknya karena masalah ekonomi atau kurang pengetahuan. Kemiskinan memicu kasus gizi buruk, kemiskinan dan ketidak mampuan orang tua menyediakan makanan bergizi bagi anaknya menjadi penyebab utama meningkatnya korban gizi buruk. Dan juga faktor alam, manusiawi ( kultur social masyarakat setempat ), pemerintah, dan lain – lain.
Persoalan gizi buruk masih menghantui sebagian warganya. Bagaimana bisa di era sekarang, masih dijumpai ribuan, dan ratusan ribu anak balita, yang menjadi pemegang masa depan, menderita gizi buruk. Keseriusan pemerintah tidak ada artinya apabila tidak didukung masyarakat itu sendiri. Sebab, perilaku masyarakat yang sudah membudaya selama ini adalah, anak-anak yang menderita penyakit, kurang mendapatkan perhatian orang tua. Anak-anak itu hanya diberi makan seadanya, tanpa peduli akan kadar gizi dalam makanan yang diberikan. Apalagi kalau persediaan pangan keluarga sudah menipis.
Balita penderita gizi buruk di Provinsi Nusa Tenggara Timur masih cukup tinggi. Sejak Januari hingga Juli 2010, tercatat 6.000 dari 493.808 balita di provinsi tersebut didiagnosa menderita gizi buruk tanpa kelainan klinis. Mereka kini sedang dalam proses penyembuhan dan pemilihan oleh paramedic setempat. Total balita yang menderita gizi buruk tersebut diperoleh dari laporan pencapaian indikasi kinerja pembinaan gizi masyarakat 21 kabupaten/kota di NTT tahun 2010. Dalam laporan disebutkan, enam ribu balita penderita gizi buru kini, akumulasi dari jumlah penderita sejak Januari hingga Juli 2010. Tidak menutup kemungkinan jumlah tersebut masih bertambah pada bulan-bulan berikutnya. Januari 2010 sebanyak 96 balita atau sekitar 2,9 persen direkomendasikan untuk dirawat. PadaFebruari 2010, jumlah yang dirawat di Puskesmas dan rumah sakit terdekat, meningkat menjadi 275 atau sekitar 7,3 persen balita. Lalu pada Maret, meningkat lagi menjadi 498 atau sektiar 12,5 persen balita. Namun pada April, jumlahnya menurun menjadi 438 atau 10,5 persen balita. Dari 21 kabupaten/kota di NTT, Kabupaten Kupang mencatat balita penderita gizi buruk pada Januari 2010 mencapai 741 orang, diikuti Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS) 466 balita, menyusul Kabupaten Sumba Barat Daya 419 orang, berikut Kabupaten Alor 341 balita, Kabupaten Manggarai Timur 306 balita dan Kabupaten Lembata 221 orang. Lima dari 21 kabupaten/kota ini cukup mendominasi jumlah terbanyak balita gizi buruk hingga Juli 2010. Jumlah tersebut membengkak karena jumlah balita yang dimiliki pun lebih banyak dibanding dengan jumlah balita di kabupaten/kota lain di NTT. Dari lima kabupaten yang mendominasi jumlah penderita gizi buruk, Kabupaten Kupang tertinggi dari segi kuantitatif selama Januari hingga Juli 2010. Indikatornya dapat dilihat dari jumlah balita gizi buruk pada Januari 2010 sebanyak 741 orang, Februari meningkat 1.125 orang, Maret 1.422 orang, April 1.431 orang atau meningkat 50 persen jika dibandingkan dengan Kabupaten TTS yang menduduki peringkat dua balita gizi buruk terbanyak dengan angka rata-rata 500 balita.

Ciri-ciri yang mudah terdekteksi pada tanda marasmus. Komponen biologi yang melatar belakangi KKP antara lain malnutrisi ibu, penyakit infeksi, dan diet rendah energi & protein.
Seorang ibu yang mengalami KKP selama kurun waktu tersebut pada gilirannya akan melahirkan bayi berberat badan rendah. Kurang Kalori Protein (KKP) akan terjadi manakala kebutuhan tubuh akan kalori, protein, atau keduanya, tidak tercukupi oleh diet. Sindrom kwasiorkor terjelma manakala defisiensi menampakan dominasi protein, dan maramus termanifestasi jika terjadi kekurangan energi yang parah. Kombinasi kedua bentuk ini marasmik kwasiorkor, juga tidak sedikit.
Malnutrisi Primer
Penyebab gizi buruk di daerah pedesaan atau daerah miskin lainnya sering disebut malnutrisi primer, yang disebabkan karena masalah ekonomi, rendahnya pengetahuan, dan kurangnya asupan gizi. Gejala kinis malnutrisi primer sangat bervariasi tergantung derajat dan lamanya kekurangan energi dan protein, umur penderita dan adanya gejala kekurangan vitamin dan mineral lainnya. Kasus tersebut sering dijumpai pada anak usia 9 bulan hingga 5 tahun. Pertumbuhan yang terganggu dapat dilihat dari kenaikkan berat badan terhenti atau menurun, ukuran lengan atas menurun, pertumbuhan tulang (maturasi) terlambat, perbandingan berat terhadap tinggi menurun. Gejala dan tanda klinis yang tampak adalah anemia ringan, aktifitas berkurang, kadang di dapatkan gangguan kulit dan rambut.
Malnutrisi Sekunder
Malnutrisi sekunder adalah gangguan pencapaian kenaikkan berat badan yang bukan disebabkan penyimpangan pemberian asupan gizi pada anak karena adanya gangguan pada fungsi dan sistem tubuh. Gangguan sejak lahir yang terjadi pada sistem saluran cerna, metabolisme, kromosom atau kelainan bawaan jantung, ginjal. Kasus gizi buruk di kota besar biasanya didominasi oleh malnutrisi sekunder.
Asupan Gizi
Anak usia 0-2 tahun sebaiknya mendapatkan Air Susu Ibu (ASI). ASI mengandung semua zat yang dibutuhkan dalam perkembangan otak anak. Banyak produk susu kaleng atau susu formula mengandung asam linoleat, DHA dan sebagainya. Untuk memulihkan kondisi Balita pada status normal, dibutuhkan asupan susu yang mudah diserap tubuh yakni Entrasol. Tiap Balita diharuskan mengkonsumsi 60 kotak susu, dimana dalam hitungan 90 hari berat badan anak kembali normal. Kriteria yang dicantumkan antara lain: biasa makan beraneka ragam makanan (makan 2-3 kali sehari dengan makanan pokok, sayur, dan lauk pauk), selalu memantau kesehatan anggota keluarga, biasanya menggunakan garam beryodium, dan khusus ibu hamil, didukung untuk memenuhi kebutuhan ASI bayi minimal sampai 4 bulan setelah kelahiran. Yang nampak adalah bayi-bayi dan anak-anak yang lemah, loyo dan tanpa tenaga. Yang terdengar adalah tangisan dan jeritan putus asa bayi-bayi dan anak-anak kelaparan yang sangat membutuhkan makanan. Mereka cuma bisa menangis tetapi tak mampu meronta.
Tenaga mereka lenyap karena mengidap marasmus bahkan busung lapar. Seorang ibu yang anaknya menderita busung lapar mengakui bahwa sudah beberapa hari ini anaknya hanya makan “air bubur.” memasak sedikit beras dengan air yang sangat banyak. Akibatnya makanan itu terlalu cair untuk disebut bubur. Lebih tepat disebut air bubur. Memang, tubuh anak itu bagaikan tulang-belulang yang ditutupi kulit, perutnya buncit, matanya sayu. Tak dapat dipungkiri memang ada hubungan erat antara infeksi dengan malnutrisi. Infeksi sekecil apa pun berpengaruh pada tubuh. Sedangkan kondisi malnutrisi akan semakin memperlemah daya tahan tubuh yang pada giliran berikutnya akan mempermudah masuknya beragam penyakit. Tindak pencegahan otomatis sudah dilakukan bila faktor-faktor penyebabnya dapat dihindari. Pendidikan gizi diberikan kepada anak untuk mengarahkan kepada pembiasan dan cara makan yang lebih baik yang dilakukan dalam lingkup makro ( masyarkat luas ) dan mikro ( keluarga ).
Masalah status gizi masyarakat, kini sedang diliputi suasana keprihatinan yang mendalam. Betapa tidak; kelangkaan dan mahalnya sejumlah bahan kebutuhan konsumsi masyarakat, seperti beras, kedelai, dan terigu berdampak besar terhadap asupan gizi warga masyarakat. Ini tentu berakibat buruk bagi keluarga miskin di yang kini jumlahnya masih sangat tinggi.
Dampak paling buruk dari kekurangan, kelangkaan dan mahalnya bahan kebutuhan pangan rakyat ini memperbesar masalah gizi buruk, terutama anak balita.
Faktor kemiskinan sering menimbulkan kasus gizi buruk, sebab tekanan ekonomi membuat kuantitas maupun kualitas ketersediaan pangan di tingkat rumah tangga menjadi rendah. Faktor penyebab yang lain adalah kurangnya pemahaman tentang masalah gizi, buruknya pelayanan kesehatan, dan kondisi lingkungan.

Data dari dinas kesehatan propinsi NTT menunjukan, bayi di bawah lima tahun yang meninggal akibat gizi buruk menurun dari 11 pada Juli 2009 menjadi sembilan kasus pada Juli 2010. Meskipun penurunannya tidak signifikan, namun secara umum dari aspek jumlah dan keselamatan nyawa ribuan bayi di bawah lima tahun (Balita) ada perbaikan yang cukup menggembirakan.

Perbaikan juga terlibat pada jumlah balita penderita gizi buruk dari total 509.900 balita di NTT pada 2009, status gizi baik 461.189 atau 91,34 persen. Gizi kurang 43.713 atau 8,66 persen.

Status gizi kurang ini dikategorikan lagi atas gizi kurang 38.393, gizi buruk tanpa gejala klinis 5.254, dan gizi buruk dengan gejala klinis 66 balita.

Sedangkan pada Juli 2010 sebanyak 53.261 dari 506.352 Balita di NTT sejak Januari hingga Juli 2010 didiagnosa menderita gizi kurang. Sementara, gizi buruk mencapai sekitar 85 balita dengan kelainan klinis dan sekitar 6.157 balita kasus tanpa kelainan klinis.
Intervensi gizi dari pemerintah memang lebih cepat dilakukan saat petugas menemukan kasus gizi kurang atau gizi buruk pada anak balita. Hal itu, menurut hasil penelitian, karena masih berfungsinya pos pelayanan terpadu (posyandu) dan tenaga-tenaga medis wajib praktik yang menjangkau hingga ke pelosok-pelosok daerah.
Berdasarkan data Dinas Kesehatan NTT yang menunjukkan sarana kesehatan yang paling banyak di sana adalah posyandu, yakni mencapai 8.304 unit. Ini berarti posyandu menjadi garda terdepan untuk program sosialisasi dan promosi kesehatan di NTT. Tantangan penanggulangan masalah gizi bahkan terasa lebih besar sejak era otonomi daerah. Walaupun kini pemerintah daerah (pemda) sebenarnya berperan lebih besar untuk mengatasi tantangan tersebut, namun realitasnya tidak selalu demikian.
bagi pemerintah agar segera mengendalikan harga sembako, memberdayakan ekonomi rakyat kecil, dan memacu aktivitas posyandu. Komitmen pemda terhadap pembangunan di bidang kesehatan masih minim.
Padahal, pada era otonomi daerah ini, perannya justru sangat menentukan keberhasilan pembangunan kesehatan yang menuntut lebih banyak perhatian sehubungan sewaktu-waktu bisa terjadi bencana, dan angka kemiskinan masih tinggi. Ini menunjukkan lemahnya komitmen pemda untuk memperbaiki tingkat kesejahteraan masyarakat.
Situasi-kondisi pangan nasional dewasa ini benar-benar memprihatinkan. Maka pemerintah kita harapkan bisa segera menggalakkan sistem kewaspadaan pangan dan gizi (SKPG) dengan dukungan usaha perbaikan gizi keluarga (UPGK) yang mampu mengaktifkan posyandu agar SKPG berfungsi lagi. Tugasnya memantau status gizi masyarakat hingga ke pelosok desa terpencil. Jika ada warga yang kedapatan terkena gizi buruk, petugas puskesmas terdekat harus langsung menangani. Posyandu harus diaktifkan kembali, sebab pencatatan di posyandu akan memberikan gambaran riil ihwal laporan perkembangan kasus gizi buruk hingga ke pelosok desa. Di posyandu, berat anak ditimbang dan dicatat. Bila ada ibu tidak membawa anak balitanya ke posyandu, petugas harus aktif mendatangi rumahnya. Namun, seiring perkembangan politik nasional dan lokal terkait otonomi daerah, banyak pejabat yang tidak sensitif terhadap meningkatnya jumlah penderita gizi buruk yang tengah melanda keluarga miskin. Akibatnya, para petugas di bawahnya tidak bisa lagi melayani kesehatan masyarakat secara optimal.

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masalah gizi muncul akibat masalah ketahanan pangan ditingkat rumah tangga ( kemampuan memperoleh makanan untuk semua anggotannya ), masalah kesehatan, kemiskinan, pemerataan, dan kesempatan kerja. Sekarang ini masalah gizi mengalami perkembangan yang sangat pesat, Malnutrisi masih saja melatarbelakangi penyakit dan kematian anak, meskipun sering luput dari perhatian. Sebagian besar anak yang menderita malnutrisi bermukim di wilayah yang juga miskin akan bahan pangan kaya zat gizi, terlebih zat gizi mikro Keadaan kesehatan gizi tergantung dari tingkat konsumsi yaitu kualitas hidangan yang mengandung semua kebutuhan tubuh. Akibat dari kesehatan gizi yang tidak baik, maka timbul penyakit gizi, umumnya pada anak balita diderita penyakit gizi buruk
Hubungan antara kecukupan gizi dan penyakit infeksi yaitu sebab akibat yang timbal balik sangat erat. Berbagai penyakit gangguan gizi dan gizi buruk akibatnya tidak baiknya mutu/jumlah makanan yang tidak sesuai dengan kebutuhan tubuh masing – masing orang.
Masalah gizi semula dianggap sebagai masalah kesehatan yang hanya dapat ditanggulangi dengan pengobatan medis/kedokteran. Namun, kemudian disadari bahwa gejala klinis gizi kurang yang banyak ditemukan dokter ternyata adalah tingkatan akhir yang sudah kritis dari serangkaian proses lain yang mendahuluinya
Gizi seseorang dapat dipengaruhi terhadap prestasi kerja dan produktivitas. Pengaruh gizi terhadap perkembangan mental anak. Hal ini sehubungan dengan terhambatnya pertumbuhan sel otak yang terjadi pada anak yang menderita gangguan gizi pada usia sangat muda bahkan dalam kandungan. Berbagai factor yang secara tidak langsung mendorong terjadinya gangguan gizi terutama pada balita. Ketidaktahuan akan hubungan makanan dan kesehatan, prasangka buruk terhadap bahan makanan tertentu, adanya kebiasaan/pantangan yang merugikan, kesukaan berlebihan terhadap jenis makanan tertentu, keterbatasan penghasilan keluarga, dan jarak kelahiran yang rapat
Kemiskinan masih merupakan bencana bagi jutaan manusia. Sekelompok kecil penduduk dunia berpikir “hendak makan dimana” sementara kelompok lain masih berkutat memeras keringat untuk memperoleh sesuap nasi. Dibandingkan orang dewasa, kebutuhan akan zat gizi bagi bayi, balita, dan anak – anak boleh dibilang sangat kecil. Namun, jika diukur berdasarkan % berat badan, kebutuhan akan zat gizi bagi bayi, balita, dan anak – anak ternyata melampaui orang dewasa nyaris dua kali lipat. Kebutuhan akan energi dapat ditaksir dengan cara mengukur luas permukaan tubuh/menghitung secara langsung konsumsi energi itu ( yang hilang atau terpakai ). Asupan energi dapat diperkirakan dengan jalan menghitung besaran energi yang dikeluarkan. Jumlah keluaran energi dapat ditentukan secara sederhana berdasarkan berat badan
Kekurangan berat badan yang berlangsung pada anak yang sedang tumbuh merupakan masalah serius. Keparahan KKP berkisar dari hanya penyusutan berat badan, terlambat tumbuh sampai ke sindrom klinis yang nyata. Penilaian antropometris status gizi dan didasarkan pada berat, tinggi badan, dan usia. Ukuran antropometris bergantung pada kesederhanaa, ketepatan, kepekaan, serta ketersediaan alat ukur. Marasmus biasanya berkaitan dengan bahan pangan yang sangat parah, semi kelaparan yang berkepanjangan, dan penyapihan terlalu dini, sedangkan kwashiorkor dengan keterlambatan menyapih dan kekurangan protein. Penanganan KKP berat dikelompokan menjadi dua yaitu pengobatan awal ditujukan untuk mengatasi keadaan yang mengancam jiwa dan fase rehabilitasi diarahkan untuk memulihkan keadaan gizi
Tujuan utama pembangunan nasional adalah peningkatan kualitas sumber daya manuasia ( SDM ) yang di lakukan secara berkelanjutan. Upaya peningkatan kualitas SDM dimulai dengan perhatian utama pada proses tumbuh kembang anak sejak pembuahan sampai mencapai dewasa muda. Pada masa tumbuh kembang ini, pemenuhan kebutuhan dasar anak seperti perawatan dan makanan bergizi yang diberikan dengan penuh kasih sayang dapat membentuk SDM yang sehat, cerdas dan produktif.
Masalah gizi adalah masalah kesehatan masyarakat yang penanggulangannya tidak dapat dilakukan dengan pendekatan medis dan pelayanan kesehatan saja. Masalah gizi disamping merupakan sindroma kemiskinan yang erat kaitannya dengan masalah ketahanan pangan di tingkat rumah tangga juga menyangkut aspek pengetahuan dan perilaku yang kurang mendukung pola hidup sehat.
Keadaan gizi masyarakat akan mempengaruhi tingkat kesehatan dan umur harapan hidup yang merupakan salah satu unsur utama dalam penentuan keberhasilan pembangunan.
Secara umum di Indonesia terdapat dua masalah gizi utama yaitu kurang gizi makro dan kurang gizi mikro Kurang gizi makro pada dasarnya merupakan gangguan kesehatan yang disebabkan oleh kekurangan asupan energi dan protein. Masalah gizi makro adalah masalah gizi yang utamanya disebabkan ketidakseimbangan antara kebutuhan dan asupan energi dan protein. Kekurangan zat gizi makro umumnya disertai dengan kekurangan zat gizi mikro
Kurang gizi menyebabkan gangguan pertumbuhan dan perkembangan fisik maupun mental, mengurangi tingkat kecerdasan, kreatifitas dan produktifitas penduduk. Timbulnya krisis ekonomi yang berkepanjangan telah menyebabkan penurunan kegiatan produksi yang drastis akibatnya lapangan kerja berkurang dan pendapatan perkapita turun. Hal ini jelas berdampak terhadap status gizi dan kesehatan masyarakat karena tidak terpenuhinya kecukupan konsumsi makanan dan timbulnya berbagai penyakit menular akibat lingkungan hidup yang tidak sehat.
Mulai tahun 1998 upaya penanggulangan balita gizi buruk mulai ditingkatkan dengan penjaringan kasus, rujukan dan perawatan gratis di Puskesmas maupun Rumah Sakit, Pemberian Makanan Tambahan ( PMT ) serta upaya-upaya lain yang bersifat Rescue. Bantuan pangan ( beras Gakin dll ) juga diberikan kepada keluarga miskin oleh sektor lain untuk menghindarkan masyarakat dari ancaman kelaparan. Namun semua upaya tersebut nampaknya belum juga dapat mengatasi masalah dan meningkatkan kembali status gizi masyarakat, khususnya pada balita. Balita gizi buruk dan gizi kurang yang mendapat bantuan dapat disembuhkan, tetapi kasus-kasus baru muncul yang terkadang malah lebih banyak sehingga terkesan penanggulangan yang dilakukan tidak banyak artinya, sebab angka balita gizi buruk belum dapat ditekan secara bermakna.
Masalah gizi buruk masih dialami oleh anak-anak di berbagai tempat, dari tahun ke tahun. Ini menjadi potret buruk pemenuhan kebutuhan mendasar bagi masyarakat. Gizi buruk menjadi perhatian masyarakat ketika media mengangkat kasus-kasus meninggalnya anak-anak di banyak daerah karena malnutrisi.
Pengurangan jumlah penderita malnutrisi menjadi salah satu target Tujuan Perkembangan Milenium (Millenium Development Goals atau MDGs). Indonesia berkomitmen untuk mengurangi hingga setidaknya tinggal 18% penduduk yang mengalami malnutrisi pada tahun 2015, di mana angka tahun ini masih 32,6%, sementara pelaksanaan MDGs menyisakan empat tahun lagi.
Program perbaikan gizi masyarakat dalam beberapa tahun ini sudah masuk dalam program tugas wajib Pemerintah Daerah.
Dari data Dinas Kesehatan setempat menyembutkan kasus gizi buruk di NTT mencapai 32,6 persen atau lebih tinggi dari angka nasional yang sebesar 18,4 persen. Untuk menekan angka tersebut, pemerintah memprioritaskan program pengadaan air bersih dan perbaikan sanitasi. Program ini jadi bagian dari program 100 hari pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono-Boediono.
Kasus gizi buruk di NTT memang terbilang serius. Di Kabupaten Timor Tengah Utara pada tahun 2007, pemerintah daerah setempat mengumumkan gizi buruk sebagai kejadian luar biasa. Pasalnya hampir tiap hari teridentifiaksi lebih seratus bocah berusia di bawah lima tahun tergolong gizi buruk beberapa di antaranya meninggal.
Oleh Depkes, kasus-kasus malnutrisi dibedakan dalam beberapa golongan yaitu gizi buruk, gizi kurang, dan risiko gizi buruk. Pengertian gizi buruk sendiri adalah keadaan gizi kurang hingga tingkat yang berat yang disebabkan oleh rendahnya konsumsi energi dan protein dari makanan sehari-hari dan terjadi dalam waktu yang cukup lama.
A. Tujuan
1. Tujuan Umum
Tujuan dari penulisan makalah presentasi ini adalah ingin memberitahukan kepada masyarakat hal – hal apa saja yang menjadi ruang lingkup dari masalah gizi buruk, menambah pengetahuan bagi masyarakat agar lebih luas wawasannya mengenai gizi buruk, memberitahukan jumlah penurunan penderita gizi buruk dari tahun 2009 – 2010, memberikan gambaran yang jelas mengenai penyakit gizi buruk, juga tidak lupa untuk menambah nilai mahasiswa, dan lain – lain yang bisa berdampak positif bagi penulis dan para pembaca
- Terlaksananya kegiatan penanggulangan balita gizi buruk tingkat Kabupaten, Puskesmas dan Rumah Tangga
1. Tujuan Khusus
- Meningkatkan cakupan deteksi dini gizi buruk melalui penimbangan bulanan balita di posyandu
- Meningkatkan cakupan dan kualitas tatalaksana kasus gizi buruk di puskesmas/RS dan rumah tangga
- Menyediakan Pemberian Makanan Tambahan Pemulihan (PMT-P) kepada balita kurang gizi dari keluarga miskin
- Meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan ibu dalam memberikan asuhan gizi kepada anak (ASI/MP-ASI)
- Memberikan suplementasi gizi (kapsul Vit.A) kepada semua balita
1. Strategi
- Revitalisasi posyandu untuk mendukung pemantauan pertumbuhan
- Melibatkan peran aktif tokoh masyarakat, tokoh agama, pemuka adat dan kelompok potensial lainnya.
- Meningkatkan cakupan dan kualitas melalui peningkatan keterampilan tatalaksana gizi buruk
- Menyediakan sarana pendukung (sarana dan prasarana)
- Menyediakan dan melakukan KIE
- Meningkatkan kewaspadaan dini KLB gizi buruk

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Gizi
Gizi adalah suatu proses organisme menggunakan makanan yang dikonsumsi secara normal melalui proses digesti, absorpsi, transportasi, penyimpanan, metabolisme, dan pengeluaran zat – zat yang tidak digunakan untuk mempertahankan kehidupan, pertumbuhan dan fungsi normal dari organ – organ serta menghasilkan energi. Akibat kekurangan gizi, maka simpanan zat gizi pada tubuh digunakan untuk memenuhi kebutuhan apabila keadaan ini berlangsung lama maka simpanan zat gizi akan habis dan akhirnya terjadi kemerosotan jaringan. Pada saat ini orang bisa dikatakan malnutrisi. KEP seseorang yang gizi buruk disebakan oleh rendahnya konsumsi energi dan protein dalam makanan sehari – hari. Pada umumnya penderita KEP berasal dari keluarga yang berpenghasilan rendah, tanda – tanda klinis gizi buruk dapat menjadi indicator yang sangat penting untuk mengetahui seseorang menderita gizi buruk.
Kebutuhan tubuh akan zat gizi ditentukan oleh banyak factor. Data komposisi zat gizi bahan makanan yang berhubungan dengan berbagai proses pengolahan belum cukup tersedia, pemeriksaan zat gizi spesifik bertujuan untuk menilai status gizi. Zat gizi yang terdapat pada Angka Kecukupan Gizi ( AKG ) hanyalah gizi yang penting yaitu energi, protein, vit A, C, B 12, Tiamin, Riboflavin, Niasin, Asam Folat, Kalsium, Fosfor, Zat Besi, Zink, dan Yodium
Ada beberapa penyakit yang berhubungan dengan gizi yaitu penyakit gizi lebih ( obesitas ), gizi buruk ( malnutrisi ), metabolic bawaan, keracunan makanan, dan lain – lain. Gangguan gizi buruk menggambarkan suatu keadaan pathologis yang terjadi akibat ketidaksesuaian/tidak terpenuhinya antara zat gizi yang masuk kedalam tubuh dengan kebutuhan tubuh akan zat gizi dalam jangka waktu yang relatif lama. Ilmu gizi adalah suatu cabang ilmu pengetahuan yang khusus mempelajari hubungan antara makanan yang kita makan dan kesehatan tubuh. Hubungan antara makanan dan kesehatan tubuh sudah diketahui sejak berabad – abad yang lampau.. Penyakit – penyakit yang timbul akibat makanan kurang baik seperti makanan yang tidak cukup gizinya atau kadar zat gizinya tak seimbang disebut penyakit gangguan gizi yang pertama kali dikenal adalah penyakit skorbut/sariawan
Kesehatan yang baik tidak terjadi karena ada perubahan yang berupa kekurangan zat makanan tertentu ( defisiensi ) atau berlebih. Kekurangan umumnya mencakup protein, karbohidrat, vitamin, dan mineral. Sedangkan kelebihan umumnya mencakup konsumsi lemak, protein, dan gula. Untuk mencapai kondisi anak perlu/cukup gizi harus memperhatikan kebersihan diri dan lingkungan serta melakukan kegiatan yang baik seperti olah raga, dan lain – lain. Konsumsi yang kurang baik kualitas dan kuantitasnya akan memberikan kondisi kesehatan gizi kurang/defisiensi. Keadaan kesehatan gizi masyarakat tergantung pada tingkat konsumsi ditentukan oleh kualitas dan kuantitas hidangan. Penyakit gizi di Indonesia terutama tergolong ke dalam kelompok penyakit defisiensi yang sering dihubungkan dengan infeksi yang bisa berhubungan dengan gangguan gizi. Defisiensi gizi merupakan awal dari gangguan system imun yang menghambat reaksi imunologis. Gangguan gizi dan infeksi sering saling bekerja sama akan memberikan prognosis yang lebih buruk. Ada berbagai zat gizi yang sangat mempengaruhi kondisi kesehatan manusia. Masalah kesehatan gizi dapa timbul dalam bentuk penyakit dengan tingkat yang tinggi
B. Pengertian Gizi Buruk
Gizi buruk adalah bentuk terparah dari proses terjadinya kekurangan gizi menahun. Status gizi balita secara sederhana dapat diketahui dengan membandingkan antara berat badan menurut umur maupun menurut panjang badannya dengan rujukan (standar) yang telah ditetapkan. Apabila berat badan menurut umur sesuai dengan standar, anak disebut gizi baik. Kalau sedikit di bawah standar disebut gizi kurang. Apabila jauh di bawah standar dikatakan gizi buruk Gizi buruk yang disertai dengan tanda-tanda klinis disebut marasmus atau kwashiorkor.
Marasmus  Marasmus adalah gangguan gizi karena kekurangan karbohidrat. Gejala yang timbul diantaranya muka seperti orangtua (berkerut), tidak terlihat lemak dan otot di bawah kulit (kelihatan tulang di bawah kulit), rambut mudah patah dan kemerahan, gangguan kulit, gangguan pencernaan (sering diare), pembesaran hati dan sebagainya. Anak tampak sering rewel dan banyak menangis meskipun setelah makan, karena masih merasa lapar. Pada stadium lanjut yang lebih berat anak tampak apatis atau kesadaran yang menurun.
o Tanda – tanda
 Anak tampak sangat kurus, tinggal tulang terbungkus kulit.
 Wajah seperti orangtua
 Cengeng, rewel
 Perut cekung
 Kulit keriput, jaringan lemak subkutis sangat sedikit sampai tidak ada.
 Sering disertai diare kronik atau konstipasi / susah buang air, serta penyakit kronik.
 Tekanan darah, detak jantung dan pernafasan berkurang.
Kwasiokor : Kwashiorkor adalah gangguan gizi karena kekurangan protein biasa (KEP) sering disebut busung lapar. Gejala yang timbul diantaranya adalah tangan dan kaki bengkak, perut buncit, rambut rontok dan patah, gangguan kulit. Terdapat juga gangguan perubahan mental yang sangat mencolok. Pada umumnya penderita sering rewel dan banyak menangis. Pada stadium lanjut anak tampak apatis atau kesadaran yang menurun.
o Tanda – tanda Kwasiokor
• Edema umumnya di seluruh tubuh terutama pada kaki ( dorsum pedis )
• Wajah membulat dan sembab
• Otot-otot mengecil, lebih nyata apabila diperiksa pada posisi berdiri dan duduk, anak berbaring terus menerus.
• Perubahan status mental : cengeng, rewel kadang apatis.’
• Anak sering menolak segala jenis makanan ( anoreksia ).
• Pembesaran hati
• Sering disertai infeksi, anemia dan diare / mencret.
• Rambut berwarna kusam dan mudah dicabut.
• Gangguan kulit berupa bercak merah yang meluas dan berubah menjadi hitam terkelupas ( crazy pavement dermatosis )
• Pandangan mata anak nampak sayu.
Marasmus & Kwasiokor
Penyakit ini merupakan gabungan dari marasmus dan kwashirkor dengan gabungan gejala yang menyertai.
o Tanda – tanda
 Berat badan penderita hanya berkisar di angka 60% dari berat normal. Gejala khas kedua penyakit tersebut nampak jelas, seperti edema, kelainan rambut, kelainan kulit dan sebagainya
 Tubuh mengandung lebih banyak cairan, karena berkurangnya lemak dan otot.
 Kalium dalam tubuh menurun drastis sehingga menyebabkan gangguan metabolic seperti gangguan pada ginjal dan pankreas
 Mineral lain dalam tubuh pun mengalami gangguan, seperti meningkatnya kadar natrium dan fosfor inorganik serta menurunnya kadar magnesium.
 Gejala klinis Kwashiorkor-Marasmus tidak lain adalah kombinasi dari gejala-gejala masing-masing penyakit tersebut.
C. Penyebab Gizi Buruk
1. Penyebab utama gizi kurang dan gizi buruk tidak satu. Ada banyak!. Penyebab pertama adalah faktor alam. Secara umum tanah terkenal sebagai daerah tropis yang minim curah hujan. Kadang curah hujannya banyak tetapi dalam kurun waktu yang sangat singkat. Akibatnya, hujan itu bukan menjadi berkat tetapi mendatangkan bencana banjir. Tetapi, beberapa tahun belakangan ini tidak ada hujan menjadi kering kerontang! Tanaman jagung yang merupakan penunjang ekonomi keluarga sekaligus sebagai makanan sehari-hari rakyat gagal dipanen. Akibatnya, banyak petani termasuk anak-anak, terutama yang tinggal di daerah pelosok, memakan apa saja demi mempertahankan hidup. Dikhawatirkan gizi yang kurang dan bahkan buruk akan memperburuk pertumbuhan fisik dan fungsi-fungsi otak. Kalau ini terjadi, masa depan anak-anak ini dipastikan akan sangat kelam dan buram.
2. Penyebab kedua adalah faktor manusiawi yaitu berasal dari kultur sosial masyarakat setempat. Kebanyakan masyarakat petani bersifat ‘one dimensional,’ yakni masyarakat yang memang sangat tergantung pada satu mata pencaharian saja. Banyak orang menanam makanan ‘secukup’nya saja, artinya hasil panen itu cukup untuk menghidupi satu keluarga sampai masa panen berikutnya. Belum ada pemikiran untuk membudidayakan hasil pertanian mereka demi meraup keuntungan atau demi meningkatkan pendapatan keluarga. Adanya budaya ‘alternatif’ yaitu memanfaatkan halaman rumah untuk menanam sayur-mayur demi menunjang kebutuhan sehari-hari. Penyebab ketiga masih berkisar soal manusiawi tetapi kali ini lebih berhubungan dengan persoalan struktural, yaitu kurangnya perhatian pemerintah. Pola relasi rakyat dan pemerintah masih vertikal bukan saja menghilangkan kontrol sosial rakyat terhadap para pejabat, tetapi juga membuka akses terhadap penindasan dan ketidakadilan dan, yang paling berbahaya, menciptakan godaan untuk menyuburkan budaya korupsi. Tentu saja tidak semua aparat dan pejabat seperti itu!. Terlepas dari itu semua nampaknya masyarakat membutuhkan pendampingan agar mereka memahami hak-hak individu dan hak-hak sosial mereka sebagai warganegara.
1. Malnutrisi primer
Penyebab gizi buruk di daerah pedesaan atau daerah miskin lainnya sering disebut malnutrisi primer, yang disebabkan karena masalah ekonomi dan rendahnya pengetahuan. Gejala klinis malnutrisi primer sangat bervariasi tergantung derajat dan lamanya kekurangan energi dan protein, umur penderita dan adanya gejala kekurangan vitamin dan mineral lainnya. Kasus tersebut sering dijumpai pada anak usia 9 bulan hingga 5 tahun. Pertumbuhan yang terganggu dapat dilihat dari kenaikkan berat badan terhenti atau menurun, ukuran lengan atas menurun, pertumbuhan tulang ( maturasi ) terlambat, perbandingan berat terhadap tinggi menurun. Gejala dan tanda klinis yang tampak adalah anemia ringan, aktifitas berkurang, kadang di dapatkan gangguan kulit dan rambut. Pada penderita malnutrisi primer dapat mempengaruhi metabolisme di otak sehingga mengganggu pembentukan DNA di susunan saraf. berpengaruh terhadap perkembangan mental dan kecerdasan anak. Mortalitas atau kejadian kematian dapat terjadi pada penderita malnutri primer yang berat.
1. Malnutrisi sekunder
Malnutrisi sekunder adalah gangguan pencapaian kenaikkan berat badan yang bukan disebabkan penyimpangan pemberian asupan gizi pada anak karena adanya gangguan pada fungsi dan sistem tubuh yang mengakibatkan gagal tumbuh. Gangguan sejak lahir yang terjadi pada sistem saluran cerna, metabolisme, kromosom atau kelainan bawaan jantung, ginjal dan lain-lain. Kasus gizi buruk di kota besar biasanya didominasi oleh malnutrisi sekunder. Malnutrisi sekunder ini gangguan peningkatan berat badan yang disebabkan karena karena adanya gangguan di sistem tubuh anak. pada malnutrisi sekunder tampak anak sangat lincah, tidak bisa diam atau sangat aktif bergerak. Tampilan berbeda lainnya, penderita malnutrisi sekunder justru tampak lebih cerdas, tidak ada gangguan pertumbuhan rambut dan wajah atau kulit muka tampak segar.
Kasus malnutrisi sekunder sering terjadi overdiagnosis (diagnosis yang diberikan terlalu berlebihan padahal belum tentu mengalami infeksi ) tuberkulosis (TB). Overdiagnosis tersebut terjadi karena tidak sesuai dengan panduan diagnosis yang ada.
Secara medis penanganan kasus malnutrisi sekunder lebih kompleks dan rumit. Penanganannya harus melibatkan beberapa disiplin ilmu kedokteran anak seperti bidang gastroenterologi, endokrin, metabolik, alergi-imunologi, tumbuh kembang dan lainnya. Gizi buruk memang merupakan masalah klasik bangsa ini sejak dulu. Tanpa data dan informasi yang cermat dan lengkap sebaiknya jangan terlalu cepat menyimpulkan bahwa adanya gizi buruk identik dengan kemiskinan. Karena, gizi buruk bukan saja disebabkan karena masalah ekonomi atau kurangnya pengetahuan dan pendidikan,
Data penderita gizi kurang dan buruk di NTT dari tahun 2009-2010 (Dinas Kesehatan NTT):
Tahun Jumlah balita Jumlah balita
gizi kurang Jumlah balita
gizi buruk
2009 509.900 38.393 5.320
2010 506.352 53.261 6.242
- WHO (1999) mengelompokkan wilayah berdasarkan prevalensi gizi kurang ke dalam 4 kelompok yaitu rendah (di bawah 10%), sedang (10-19%), tinggi (20-29%) dan sangat tinggi (30%)
A. Fakta Tentang Gizi Buruk
1. Kondisi gizi buruk termasuk busung lapar dapat dicegah.
2. Gizi buruk adalah masalah yang bukan hanya disebabkan oleh kemiskinan, (masalah struktural) tapi juga karena aspek sosial dan budaya hingga menyebabkan tindakan yang tidak menunjang tercapainya gizi yang memadai untuk balita (masalah individual dan keluarga).
- Anak yang kekurangan gizi pada usia balita akan tumbuh pendek, dan mengalami gangguan pertumbuhan dan perkembangan otak yang berpengaruh pada rendahnya tingkat kecerdasan, karena tumbuh kembang otak 80 % terjadi pada masa dalam kandungan sampai usia 2 tahun
- Risiko meninggal dari anak yang bergizi buruk 13 kali lebih besar dibandingkan anak yang normal. WHO memperkirakan bahwa 54% penyebab kematian bayi dan balita didasari oleh keadaan gizi anak yang jelek.
- Kurang Energi Protein (KEP) ringan sering dijumpai pada anak usia 9 bulan hingga 2 tahun, meskipun dapat juga dijumpai pada anak lebih besar
- Beberapa penelitian menunjukkan pada KEP berat resiko kematian cukup besar, yaitu sekitar 55%. Kematian ini seringkali terjadi karena penyakit infeksi (seperti Tuberculosis, Madang paru, infeksi saluran cerna) atau karena gangguan jantung mendadak.
Kekurangan vitamin, mineral dan elektrolit pada penderita KEP
No NAMA PENYAKIT KEKURANGAN/
DEFISIENSI GEJALA DAN TANDA KLINIS
Buta senja (xeroftalmia) Vitamin A Mata kabur atau buta
Beri-beri Vitamin B1 Badan bengkak, tampak rewel, gelisah, pembesaran jantung
kanan
Ariboflavinosis Vitamin B2 Retak pada sudut mulut, lidah merah jambu dan licin
Defisiensi B6 Vitamin B6 Cengeng, mudah kaget, kejang, anemia (kurang darah), luka di
mulut
Defisiensi Niasin Niasin Gejala 3 D (dermatitis /gangguan kulit, diare, deementia), Nafsu
makan menurun, sakit di ldah dan mulut, insominia, diare, rasa
bingung.
Defisiensi Asam folat Asam folat Anemia, diare
Defisiensi B12 Vitamin B12 Anemia, sel darah membesar, lidah halus dan mengkilap, rasa
mual, muntah, diare, konstipasi
Defisiensi C Vitamin C Cengeng, mudah marah, nyeri tungkai bawah, pseudoparalisis
(lemah) tungkai bawah, perdarahan kulit
Rakitis dan Osteomalasia Vitamin D Pembekakan persendian tulang, deformitas tulang, pertumbuhan
gigi melambat, hipotoni, anemia
Defisiensi K Vitamin K Perdarahan, berak darah, perdarahan hidung dsb
Anemia Defisiensi Besi Zat besi pucat, lemah, rewel
Defisiensi Seng Seng Mudah terserang penyakit, pertumbuhan lambat, nafsu makan
berkurang, dermatitis
Defisiensi tembaga tembaga Pertumbuhan otak terganggu, rambut jarana dan mudah patah,
kerusakan pembuluh darah nadi, kelainan tulang
Hipokalemi kalium Lemah otot, gangguan jantung
Defisiensi klor Klor Rasa lemah, cengeng
Defisiensi Fluor Fluor Resiko karies dentis (kerusakan gigi)
Defisiensi krom Krom Pertumbuhan kurang, sindroma like diabetes melitus
Hipomagnesemia magnesium Defisiensi hormon paratiroid
Defisiensi Fosfor Fosfor Nafsu makan menurun, lemas
Defisiensi Iodium Iodium Pembesaran kelenjar gondok, gangguan fungsI mental,
perkembangan fisik

BAB III
ANALISIS MASALAH
Kasus gizi buruk pada anak balita yang meningkat akhir-akhir ini telah membangunkan pemegang kebijakan untuk melihat lebih jelas bahwa anak balita sebagai sumber daya untuk masa depan ternyata mempunyai masalah yang sangat besar.
Gizi buruk merupakan kejadian kronis dan bukan kejadian yang tiba-tiba. Pertanyaan yang timbul adalah di mana laporan hasil pemantauan status gizi berada dan ke mana laporan tersebut dikirimkan selama ini? Secara teknis, mestinya laporan tersebut berada di Dinas Kesehatan (untuk Daerah) dan Departemen Kesehatan (untuk Pusat). Secara teknis pula, lembaga-lembaga tersebut bertanggungjawab atas kajian data hasil pemantauan yang dilakukan secara berkala mulai dari tingkat Puskesmas, dengan Posyandu sebagai ujung tombak sumber informasi. Demikian pula institusi rumah sakit, merupakan unit pelayanan yang juga turut berkontribusi atas tersedianya informasi kasus tersebut karena berkaitan dengan fungsinya sebagai pusat rujukan kasus

BABIV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Ada 4 faktor yang melatarbelakangi KKP yaitu : masalah social, ekonomi, biologi, dan lingkungan. Kemiskinan salah satu determinan social – ekonomi, merupakan akar dari ketiadaan pangan, tempat mukim yang berjejalan, dan tidak sehat serta ketidakmampuan mengakses fasilitas kesehatan. Malnutrisi masih saja melatarbelakangi penyakit dan kematian anak. Kurang kalori protein sesungguhnya berpeluang menyerap siapa saja, terutama bayi dan anak yang tengah tumbuh-kembang. Marasmus sering menjangkiti bayi yang baru berusia kurang dari 1 tahun, sementara kwashiorkor cenderung menyerang setelah mereka berusia 18 bulan. Penilaian status gizi masyarakat memerlukan kebijakan yang menjamin setiap anggota masyarakat mendapatkan makanan yang cukup jumlah dan mutunya. Gizi yang diperoleh seorang anak melalui konsumsi makanan setiap hari. Kecukupan zat gizi berpengaruh pada kesehatan dan kecerdasan anak.Kasus gizi buruk bukanlah jenis penyakit yang datang tiba-tiba begitu saja. Tetapi karena proses yang menahun terus bertumpuk dan menjadi kronik saat mencapai puncaknya. Masalah defisiensi gizi khususnya KKP menjadi perhatian karena berbagai penelitian menunjukan adanya efek jangka panjang terhadap pertumbuhan dan perkembangan otak manusia
B. Saran – saran
Ketidakseriusan pemerintah terlihat jelas ketika penanganan kasus gizi buruk terlambat seharusnya penanganan pelayanan kesehatan dilakukan disaat penderita gizi buruk belum mencapai tahap membahayakan. Setelah kasus gizi buruk merebak barulah pemerintah melakukan tindakan ( serius ). Keseriusan pemerintah tidak ada artinya apabila tidak didukung masyarakat itu sendiri. Sebab, perilaku masyarakat yang sudah membudaya selama ini adalah, anak-anak yang menderita penyakit kurang mendapatkan perhatian orang tua. Anak-anak itu hanya diberi makan seadanya, tanpa peduli akan kadar gizi dalam makanan yang diberikan. Apalagi kalau persediaan pangan keluarga sudah menipis. Tanpa data dan informasi yang cermat dan lengkap sebaiknya jangan terlalu cepat menyimpulkan bahwa adanya gizi buruk identik dengan kemiskinan. Dan seharusnya para ibu mengupayakan sesuatu yang terbaik untuk anaknya yang nantinya anak tersebut dapat menolong sang ibu. Ibu jangan mudah menyerah hadapilah semuanya itu, saya yakin pasti akan ada jalan keluarnya

Kamis, 08 Maret 2012

KANDUNGAN GIZI PADA MAKANAN JAJANAN

BAB I
Pendahuluan

1.1 Latar Belakang

Akhir-akhir ini beragam isu kesehatan menjadi topik hangat yang dibicarakan berbagai kalangan, termasuk para orangtua. Kasus formalin, boraks, hingga zat pewarna pada makanan membuat kita semua harus lebih hati-hati lagi dalam memilih makanan terutama makanan yang dikonsumsi oleh anak-anak. Dalam hal ini para orangtua harus melakukan pengawasan lebih ketat terhadap makanan apa saja yang dibeli bebas alias jajanan di sekolah.

Dengan kondisi tersebut, diperlukan komunikasi antara orangtua murid dan guru untuk saling memberikan masukan dan pengawasan pada makanan di kantin sekolah dengan memberikan dan menyediakan makanan yang sehat dan bergizi bagi murid.kantin sekolah tidak boleh diisi asal-asalan, harus mempunyai konsep yang matang dan menunjang tumbuh kembang anak usia ini. "Hal ini bukan untuk mengada-ada, tapi pengelola kantin harus menyadari bahwa semua yang disajikan dan kebersihan makanannya itu dapat mempengaruhi kesehatan anak. Anak, kan, masih dalam tahap pertumbuhan dan perkembangan, nah gizi di dalam makanannya harus menunjang pertumbuhan tersebut.

Dengan demikian, makanan yang mengandung bahan pengawet, pewarna, dan penyedap makanan instan tak boleh dijual kepada murid. Junk Food termasuk makanan yang sebaiknya tidak ditawarkan. Begitu juga minuman yang dikemas dalam botol dan soft drink. Selain mengandung pengawet, kalau terlalu banyak dan terus-terusan dapat mengganggu metabolisme tubuh dan perkembangan anak. Eka menyarankan, minuman yang dijual sebaiknya yang segar dan kaya vitamin serta serat, seperti jus buah-buahan yang pembuatannya dilakukan sesuai pesanan anak. Makanan yang dijual pun sebaiknya tidak melulu makanan padat seperti lauk-pauk, mi dan pasta, tapi juga kue-kue kudapan yang bergizi. Jadi sekalipun anak cuma makan kue, kebutuhan gizinya pada saat jam istirahat tetap terpenuhi.


BAB II
ISI
2.1 Bahaya yang mengancam:
• Zat pewarna seperti rhodamin, jika dikonsumsi secara berlebihan akan menyebabkan kanker hati beberapa tahun mendatang.
• Vetsin atau mono sodium glutamate (MSG) yang dikonsumsi secara berlebihan bisa menyebabkan kanker. Dalam jangka pendek bisa juga menyebabkan pusing dan mual.
• Formalin dan boraks bisa membuat gangguan pencernaan, muntah-muntah, hingga depresi system saraf.
• Pencemaran timbal (Pb) pada makanan yang dijajakan di pinggir jalan tidak bisa diremehkan karena bisa mengakibatkan infertilitas, kelumpuhan, mual, dan muntah-muntah, sakit kepala, hingga kesulitan berpikir.
• Selain timbale, makanan jajanan yang tidak higienis sangat mungkin tercemar bakteri E.coli. Bakteri ini menyebabkan sakit perut, diare dan gangguan pencernaan lainnya
2.2 Zat terlarang yang terkandung dalam bahan makanan:
• Zat pewarna yang dilarang, antara lain auramine, metanil yellow, chrysoidine, rhodamin, burn umber. Zat pewarna yang dimaksud dipergunakan untuk pewarna industri tekstil dan lain-lain.
• Zat pengawet, seperti nitrofuran, asam benzoate, dan kloroform. Formalin dan boraks juga berada di antara pengawet yang dilarang karena bukan untuk digunakan pada makanan.
• Zat pemanis, sakharin dan siklamat.









2.3 Akibat bila jajanan tidak bersih
Menurut dr. Soenanto Roewijoko, MS.SpA dari RS MH Thamrin Internasional, kebersihan makanan dan minuman yang dijual di kantin sangat perlu dikontrol. Sanitasi ruangan dan peralatan makan pun harus higienis. Jika tidak, risiko pencemaran bukan tak mungkin terjadi. Inilah beberapa penyakit yang ditularkan melalui jajanan yang tak bersih
• Tifus
Penyakit infeksi akut ini disebabkan bakteri Salmonella typhi, yang biasanya hidup jika sanitasi buruk, dan makanan serta minuman tidak higienis. Kuman ini masuk ke tubuh melalui mulut dan menyerang tubuh terutama saluran cerna.
• Diare
Diare merupakan keluarnya kotoran encer yang lebih sering dari biasanya. Bisa berupa cairan berlendir yang kadang disertai darah. Penyebab diare bisa beragam. Akibat makan makanan yang terlalu pedas, akibat makan sesuatu yang tercemar, entah dari debu atau binatang seperti lalat, atau makanannya tak segar lagi dan basi.
• Cacingan
Makanan yang tidak dijaga kebersihannya sangat mungkin dihinggapi serangga yang membawa telur-telur cacing. Jika termakan oleh anak, telur ini akan menetas di dalam saluran cerna dan menimbulkan penyakit kecacingan. Akibatnya anak bisa kehilangan nafsu makan.
2.4 Cara untuk mendapatkan jajanan yang bersih dan sehat
• INSPEKSI MENDADAK
Supaya murid-murid mendapatkan jajanan yang bersih dan sehat, beberapa sekolah dapat menerapkan aturan ketat pada pengelola kantin sekolahnya. Juga, sekali-sekali tak perlu segan melakukan sidak (inspeksi mendadak-red). "Pengelola kantin di Madania merupakan hasil seleksi yang cukup ketat. Ada wawancara dan tes makanan sebelum dipilih. Selain itu mereka yang terpilih harus menyerahkan laporan daftar menu yang akan disajikan 2 minggu sebelumnya. Dan komposisi menu tersebut harus mencakup selama satu bulan. Ini untuk mengecek makanan dan minuman yang dijual apakah nilai gizi, rasa, dan kesukaan murid bisa terpenuhi,"
Pihak sekolahnya juga tak akan segan-segan mencoret menu yang tumpang tindih atau mengandung pengawet yang membahayakan anak. "Semua bahan-bahan makanan harus segar, sehat dan bersih. Dapur juga akan selalu diperiksa kebersihannya. Jika terbukti tidak baik maka si pengelola kantin akan kena sanksi keras dari sekolah.


BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Analisa beberapa Risiko atau Dampak bila asupan gizi yang tidak seimbang atau kurang
1. Menurunnya kemampuan belajar/berfikir
Asupan zat gizi anak-anak sekolah masih sangat memprihatinkan. Padahal asupan gizi yang baik setiap harinya dibutuhkan supaya memiliki kemampuan intelektual yang baik sehingga menjadi generasi penerus bangsa yang unggul. Kurang gizi pada usia muda dapat berpengaruh terhadap perkembangan mental dan kemampuan berfikir. Karena organ otak mencapai bentuk maksimal pada usia dua tahun. Apabila kekurangan gizi dapat berakibat terganggunya fungsi otak secara permanent. Oleh karena itu, Kemampuan anak belajar atau prestasi anak di sekolah menjadi menurun. Anak usia sekolah merupakan investasi bangsa, karena mereka adalah generasi penerus bangsa. Sehingga kewajiban kita sebagai orang tua harus selalu memperhatikan kualitas dan kuantitas asupan gizi anak. Kualitas bangsa di masa depan ditentukan anak-anak saat ini.
2. Menurunnya pertumbuhan, kemampuan fisik dan ketahanan tubuh rentan
Pada umumnya banyak keluarga yang masih tidak peduli terhadap asupan kandungan gizi yang dikonsumsi oleh anak-anaknya. Mereka lebih banyak peduli bahwa “yang penting anak kenyang”, tanpa memperhatikan keseimbangan gizinya. Padahal akibat dari asupan gizi yang kurang diantaranya daya tahan tubuh terhadap tekanan atau stress menjadi menurun. Sistem imunitas dan antibodi berkurang, sehingga mudah terserang infeksi seperti pilek, batuk, dan diare. Pada anak-anak hal ini dapat bisa berbahaya dan bahkan bisa membawa kematian. Tumbuh kembangnya anak usia sekolah yang optimal juga tergantung pemberian nutrisi dengan kualitas dan kuantitas yang baik dan benar.
Pada masa tumbuh kembang tersebut pemberian nutrisi atau asupan makanan pada anak-anak tidak selalu dapat dilaksanakan dengan sempurna sehingga dampak masalah gizi bagi anak sekolah dapat berupa gangguan pertumbuhan dan kesegaran jasmani yang rendah. Oleh karena itu, pertumbuhan dan perkembangan anak harus diperhatikan sedini mungkin, agar terhindar dari ancaman berbagai penyakit yang bisa berujung pada kematian. Salah satu contoh yang bisa diambil adalah kasus-kasus di daerah endemik Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY), akibatnya pertumbuhan penduduknya sangat terhambat seperti cebol atau kretinisme.


3. Ancaman malnutrisi dan penyakit
Kurangnya asupan zat gizi yang seimbang dalam jangka panjang dapat menyebabkan ancaman malnutrisi bahkan dimulai pada saat kehamilan atau dalam kandungan ibu. Malnutrisi ini bisa menyebabkan kematian apabila tidak ditanggani sedini mungkin. Selain malnutrisi, ada ancaman penyakit lain yang disebabkan makanan atau jajanan anak sekolah. Jajanan yang mengadung zat kimia dan bersifat karsinogenik, seperti zat pengawet (formalin, borax), pewarna sintetik, perasa (MSG) dapat terakumulasi pada tubuh yang dalam jangka panjang menyebabkan penyakit kanker dan tumor. Apabila anak mengkonsumsi asupan gizi yang tidak seimbang, maka ancamannya berupa penyakit seperti anemia defisiensi zat besi, kekurangan vitamin A (KVA), bahkan gangguan akibat kekurangan yodium di suatu komunitas terutama daerah endemik.
3.2 Tips menghindari jajanan:
• Biasakan makan pagi. Hal ini efektif untuk mengurangi nafsu jajan pada anak dan remaja.
• Membawa bekal. Dengan membawa bekal, selain kebersihan terjaga, nutrisi juga dijamin seimbang.
• Sediakan kudapan/camilan sehat di rumah, bisa berupa buah, kue rendah kalori atau yoghurt.
• Variasi makanan di rumah. Menu yang berganti-ganti membuat kita tidak cepat bosan dan mencari pilihan lain di luar rumah, yang belum tentu memenuhi syarat gizi. Ini bisa diterapkan juga di kantin-kantin sekolah dengan menyediakan makanan yang sehat yang variatif dan bergizi, sehingga murid tidak membeli jajanan di luar sekolah.
• Jangan biasakan mengganti makanan dengan jajanan.
• Jangan terlalu sering makan di restoran fast food. Makanan yang ditawarkan umumnya mengandung garam yang tinggi dan penyedap rasa berlebih. Kandungan kalorinya juga lebih besar disbanding kandungan nutrisinya. Protein, mineral dan vitaminnya pun sangat rendah.
Dengan mengetahui dampak baik dan buruk dari makanan jajanan, paling tidak kita bisa meminimalisir hal-hal buruk yang mungkin akan terjadi.






BAB IV
PENUTUP
Kesimpulan :
Supaya murid-murid mendapatkan jajanan yang bersih dan sehat, beberapa sekolah dapat menerapkan aturan ketat pada pengelola kantin sekolahnya. Juga, sekali-sekali tak perlu segan melakukan sidak (inspeksi mendadak-red). "Pengelola kantin di Madania merupakan hasil seleksi yang cukup ketat. Ada wawancara dan tes makanan sebelum dipilih. Selain itu mereka yang terpilih harus menyerahkan laporan daftar menu yang akan disajikan 2 minggu sebelumnya. Dan komposisi menu tersebut harus mencakup selama satu bulan. Ini untuk mengecek makanan dan minuman yang dijual apakah nilai gizi, rasa, dan kesukaan murid bisa terpenuhi," .
Pada umumnya banyak keluarga yang masih tidak peduli terhadap asupan kandungan gizi yang dikonsumsi oleh anak-anaknya. Mereka lebih banyak peduli bahwa “yang penting anak kenyang”, tanpa memperhatikan keseimbangan gizinya. Padahal akibat dari asupan gizi yang kurang diantaranya daya tahan tubuh terhadap tekanan atau stress menjadi menurun. Sistem imunitas dan antibodi berkurang, sehingga mudah terserang infeksi seperti pilek, batuk, dan diare. Pada anak-anak hal ini dapat bisa berbahaya dan bahkan bisa membawa kematian. Tumbuh kembangnya anak usia sekolah yang optimal juga tergantung pemberian nutrisi dengan kualitas dan kuantitas yang baik dan benar.
Pada masa tumbuh kembang tersebut pemberian nutrisi atau asupan makanan pada anak-anak tidak selalu dapat dilaksanakan dengan sempurna sehingga dampak masalah gizi bagi anak sekolah dapat berupa gangguan pertumbuhan dan kesegaran jasmani yang rendah. Oleh karena itu, pertumbuhan dan perkembangan anak harus diperhatikan sedini mungkin, agar terhindar dari ancaman berbagai penyakit yang bisa berujung pada kematian. Salah satu contoh yang bisa diambil adalah kasus-kasus di daerah endemik Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY), akibatnya pertumbuhan penduduknya sangat terhambat seperti cebol atau kretinisme.
Saran
Semoga laporan ini bermanfaat bagi kita semua dengan berjalan nya perkembangan zaman kita dapat memilih makanan yang baik kita konsumsi untuk generasi penerus agar tidak mengakibatkan hal yang buruk bagi mereka.

GIZI BURUK

Gizi buruk atau malnutrisi dapat diartikan sebagai asupan gizi yang buruk. Hal ini bisa diakibatkan oleh kurangnya asupan makanan, pemilihan jenis makanan yang tidak tepat ataupun karena sebab lain seperti adanya penyakit infeksi yang menyebabkan kurang terserapnya nutrisi dari makanan. Secara klinis gizi buruk ditandai dengan asupan protein, energi dan nutrisi mikro seperti vitamin yang tidak mencukupi ataupun berlebih sehingga menyebabkan terjadinya gangguan kesehatan.


Gizi buruk berbeda dengan kelaparan. Orang yang menderita kelaparan biasanya karena tidak mendapat cukup makanan dan kelaparan yang diderita dalam jangka panjang dapat menuju ke arah gizi buruk. Walaupun demikian, orang yang banyak makan tanpa disadari juga bisa menderita gizi buruk apabila mereka tidak makan makanan yang mengandung nutrisi, vitamin dan mineral secara mencukupi. Jadi gizi buruk sebenarnya dapat dialami oleh siapa saja, tanpa mengenal struktur sosial dan faktor ekonomi

Orang yang menderita gizi buruk akan kekurangan nutrisi yang dibutuhkan oleh tubuh untuk tumbuh atau untuk menjaga kesehatannya. Seseorang dapat terkena gizi buruk dalam jangka panjang ataupun pendek dengan kondisi yang ringan ataupun berat. Gizi buruk dapat mempengaruhi kesehatan fisik dan mental. Orang yang menderita gizi buruk akan mudah untuk terkena penyakit atau bahkan meninggal dunia akibat efek sampingnya. Anak-anak yang menderita gizi buruk juga akan terganggu pertumbuhannya, biasanya mereka tidak tumbuh seperti seharusnya (kerdil) dengan berat badan di bawah normal.


Orang akan menderita gizi buruk jika tidak mampu untuk mendapat manfaat dari makanan yang mereka konsumsi, contohnya pada penderita diare, nutrisi berlebih, ataupun karena pola makan yang tidak seimbang sehingga tidak mendapat cukup kalori dan protein untuk pertumbuhan tubuh.

Beberapa orang dapat menderita gizi buruk karena mengalami penyakit atau kondisi tertentu yang menyebabkan tubuh tidak mampu untuk mencerna ataupun menyerap makanan secara sempurna. Contohnya pada penderita penyakit seliak yang mengalami gangguan pada saluran pencernaan yang dipicu oleh sejenis protein yang banyak terdapat pada tepung yaitu gluten. Penyakit seliak ini mempengaruhi kemampuan tubuh untuk menyerap nutrisi sehingga terjadi defisiensi.

Kemudian ada juga penyakit cystic fibrosis yang mempengaruhi pankreas, yang fungsinya adalah untuk memproduksi enzim yang dibutuhkan untuk mencerna makanan. Demikian juga penderita intoleransi laktosa yang susah untuk mencerna susu dan produk olahannya.

Berikut adalah beberapa faktor yang dapat menyebabkan terjadinya gizi buruk :
• Pola makan yang tidak seimbang kandungan nutrisinya
• Terdapat masalah pada sistem pencernaan
• Adanya kondisi medis tertentu
Seperti telah disebutkan sebelumnya, gizi buruk dapat terjadi apabila tubuh tidak mendapatkan cukup makanan dan nutrisi, seperti pada kasus kelaparan. Defisiensi 1 jenis vitamin pun dapat di kategorikan sebagai gizi buruk. Pada beberapa kasus gizi buruk dapat menunjukkan gejala yang sangat ringan atau bahkan tanpa gejala. Tetapi pada kasus lain yang berat gizi buruk dapat mengakibatkan kerusakan organ tubuh yang tetap walaupun telah diselamatkan.

Saat ini gizi buruk tetap menjadi masalah yang cukup signifikan di seluruh dunia, terutama pada anak-anak. Kemiskinan, bencana alam, masalah politik dan peperangan dapat menyebabkan terjadinya gizi buruk dan kelaparan, bahkan di belahan dunia manapun.


Gizi buruk dapat mempengaruhi kesehatan tubuh baik fisik dan mental. Semakin berat kondisi gizi buruk yang diderita (semakin banyak nutrisi yang kurang) akan memperbesar resiko terjadinya masalah kesehatan secara fisik.

Pada gizi buruk yang berat dapat terjadi kasus seperti marasmus (lemah otot) akibat defisiensi protein dan energi, kretinisme dan kerusakan otak akibat defisiensi yodium, kebutaan dan resiko terkena penyakit infeksi yang meningkat akibat defisensi vitamin A, sulit untuk berkonsentrasi akibat defisiensi zat besi.

Tanda dan gejala dari gizi buruk tergantung dari jenis nutrisi yang mengalami defisiensi. Walaupun demikian, gejala umum dari gizi buruk adalah :
• Kelelahan dan kekurangan energi
• Pusing
• Sistem kekebalan tubuh yang rendah (yang mengakibatkan tubuh kesulitan untuk melawan infeksi)
• Kulit yang kering dan bersisik
• Gusi bengkak dan berdarah
• Gigi yang membusuk
• Sulit untuk berkonsentrasi dan mempunyai reaksi yang lambat
• Berat badan kurang
• Pertumbuhan yang lambat
• Kelemahan pada otot
• Perut kembung
• Tulang yang mudah patah
• Terdapat masalah pada fungsi organ tubuh


Ketika seorang wanita hamil mengalami gizi buruk, maka kemungkinan anaknya akan lahir dengan berat badan rendah dan beresiko untuk tidak selamat. Anak-anak yang mengalami gizi buruk juga sering mengalami kesulitan untuk mengikuti pelajaran di sekolah.


Untuk diagnosa terjadinya gizi buruk, dokter biasanya akan melakukan pemeriksaan :
• Memeriksa tinggi dan berat badan pasien untuk menentukan BMI (body mass index)
• Melakukan pemeriksaan darah untuk melihat ketidak normalan
• Melakukan pemeriksaan X-Ray untuk memeriksa apakah ada kelainan pada tulang dan organ tubuh lain
• Memeriksa penyakit atau kondisi lain yang dapat menyebabkan terjadinya gizi buruk
Untuk penanganan gizi buruk. Dokter atau ahli gizi biasanya akan mengusulkan untuk pengaturan pola makan, termasuk jenis dan jumlah makanan. Bila diperlukan dapat juga diberikan suplemen atau vitamin untuk membantu memenuhi kebutuhan vitamin yang kurang tersebut. Apabila penyebab gizi buruk karena penyakit atau kondisi medis tertentu maka, terapi lain disarankan untuk menanganinya.

HUBUNGAN PENGETAHUAN GIZI DENGAN TINGKAT PEMBERIAN UANG SAKU

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pembangunan kesehatan pada hakekatnya adalah penyelenggaraan upaya kesehatan oleh bangsa Indonesia untuk mencapai kemampuan untuk hidup sehat bagi setiap penduduk agar dapat mewujudkan derajat kesaehatan masyarakat yang optimal, sebagai salah satu unsur kesejahteraan umum dari tujuan nasional.(Depkes,1984)
Generasi muda merupakan factor yang penting untuk pencapaian tujuan pembangunan kesehatan. Meningkatkan kesehatan pada anak-anak akan sangat membantu berhasilnya upaya peningkatan kesehatan. (Depkes,1984)
Upaya untuk meningkatkan derajat kesehatan melalui pendidikan yang dimulai dari tingkat dasar dan menengah secara keseluruhan diharapkan dapat dilaksanakan melalui usaha kesehatan sekolah, sehingga penduduk usia sekolah keatas telah mengerti dan melaksanakan dasar-dasar kebersihan dan makanan sehat. Untuk lebih meningkatkan pelayanan kesehatan diharapkan lembaga-lembaga pendidikan tenaga kesehatan dapat menghasilkan jumlah dan jenis tenaga yang berorientasi kepada kesehatan masyarakat (Depkes, 1984)
Awal masa sekolah merupakan  periode dimana anak memasuki lingkungan baru, berubah dari yang hanya bermain ke tahap belajar, perubahan ini sedikit banyak akan berakibat pada nafsu makan yang berkurang Karena anak mungkin mengalami depresi. Belum lagi kebiasaan anak yang sering mengkonsumsi makanan secara sembarangan disekitar lingkungan sekolah seperti snack/makanan ringan, permen dan berbagai jenis makanan lainnya. Di sekolah, pengawasan orang tua terhadap anak sedikit longgar, sehingga salah satu pemecahannya yakni dengan mengurangi uang jajan pada anak, karena pada masa ini anak belum bias memikul tanggung jawab sehingga apabila uang jajan terlampau banyak, maka si anak akan menggunakan uang tersebut untuk hal-hal yang kurang berguna.
Anak usia sekolah adalah investasi bangsa, karena anak adalah generasi penerus bangsa. Kualitas bangsa dimasa depan ditentukan kualitas anak-anak saat ini. Upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia harus dilakukan sejak dini, sistematis dan berkesinambungan. Tumbuh berkembangnya anak usia sekolah yang optimal tergantung pemberian nutrisi dengan kualitas dan kuantitas yang baik serta benar. Dalam masa tumbuh kembang tersebut pemberian nutrisi atau asupan makanan pada anak tidak selalu dapat dilaksanakan dengan sempurna. Sering timbul masalah terutama dalam pemberian makanan yang tidak benar dan menyimpang. Penyimpangan ini mengakibatkan gangguan pada banyak organ-organ dan system tubuh anak. Foodbone diseases atau penyakit bawaan makanan merupakan masalah kesehatan masyarakat yang utama di banyak Negara. Penyakit ini dianggap bukan termasuk penyakit yang serius untuk jangka pendek, sehinga seringkali kurang diperhatikan baik oleh orang tua, masyarakat atau institusi yang terkait dengan masalah ini (Anonim, 2007).
Menurut Sampurno (2005), masalah keracunan makanan sudah menjadi langganan di Indonesia. Hampir setiap tahun kasus keracunan selalu ada dan angka kejadiannya pun cukup tinggi. Dari seluruh kasus keracunan makanan yang ada, semua bersumber pada pengolahan makanan tidak higienis. Ironisnya makanan tidak higienis ini banyak dijual di kantin sekolah.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Bogor, terbukti bahwa makanan jajanan yang terkena cemaran mikrobiologis dan cemaran kimiawi yang umum ditemukan pada jajanan kaki lima, yang disebabkan oleh penggunaan bahan tambahan pangan (BTP) illegal seperti boraks (pengenyal yang mengandung logam berat boron), formalin (pengawet yang digunakan untuk mayat), rhodamin B (pewarna merah untuk tekstil) dan methanol yellow (pewarna kuning untuk tekstil) (Iswarawanti, dkk 2007).
Salah satu faktor yang mempengaruhi pengetahuan gizi adalah kebiasaan makan. Anak usia sekolah mempunyai kebiasaan jajan. Kebiasaan jajan cenderung menjadi bagian dari budaya dari keluarga. Makanan jajanan yang kurang memenuhi syarat kesehatan dan gizi akan mengancam kesehatan anak. Nafsu makan anak berkurang dan jika berlangsung lama akan berpengaruh pada status gizi (Susanto, 2003).
Pengetahuan gizi anak sangat berpengaruh terhadap pemilihan makanan jajanan. Pengetahuan anak dapat diperoleh baik secara internal maupun eksternal. Untuk pengetahuan secara internal yaitu pengetahuan yang berasal dari dirinya sendiri berdasarkan pengalaman hidup sedangkan secara eksternal yaitu pengetahuan yang berasal dari orang lain sehingga pengetahuan anak tentang gizi bertambah (Solihin, 2005).
Salah satu sikap penting dan mendasar sebagai sebab timbulnya masalah gizi kurang adalah adanya sikap pemilihan makanan jajanan individu yang tidak sesuai dengan kaidah gizi, oleh karena itu upaya penyadaran akan gizi pada anak SD perlu ditingkatkan sehingga anak SD mengetahui makanan jajanan yang baik dan bergizi (Susanto,2003). 
Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata sumbangan energi yang diberikan oleh jajanan yang dikonsumsi di sekolah sebesar 17,13% dan rata-rata sumbangan protein jajanan sebesar 11.14%. Sedangkan 82,87% energi dan 88,86% protein diperoleh dari konsumsi makan sehari-hari baik makan pagi, makan siang, makan malam maupun makanan selingan yang disediakan di rumah.(Nurhayati,2005).
Berdasarkan pengamatan yang penulis temukan dari 10 anak yang penulis beri pertanyaan ada 6 anak yang pengetahuan gizinya rendah dan uang saku perharinya > Rp.7000, dan 4 anak sisanya pengetahuan gizi sedang dan uang saku perharinya < Rp.7000. Jadi, jika anak diberi uang saku yang tinggi maka anak akan membelanjakan setengah dari uang sakunya untuk membeli makanan jajanan, itu disebabkan karena pengetahuan gizi anak masih kurang.

1.2 Perumusan Masalah
                        Apakah ada hubungan pengetahuan gizi,tingkat pemberian uang saku dengan pemilihan jajanan di SDN Sungai Besar 8 Banjarbaru tahun 2011.

1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui hubungan Pengetahuan gizi, tingkat pemberian uang saku dengan pemilihan jajanan.
1.3.2. Tujuan Khusus
1. Mengidentifikasi tingkat pengetahuan gizi anak pada anak kelas 6 di SDN Sungai Besar 8 Banjarbaru.
2.  Mengidentifikasi tingkat pemberian uang saku anak pada anak kelas 6 di SDN Sungai Besar 8 Banjarbaru.
3.  Mengidentifikasi pemilihan jajanan anak kelas 6 di SDN Sungai Besar 8 Banjarbaru.
4.  Menganalisis hubungan antara tingkat pengetahuan gizi anak dengan pemilihan jajanan anak kelas 6 di SDN Sungai Besar 8 Banjarbaru.
5.  Menganalisis hubungan antara pemberian uang saku anak dengan pemilihan jajanan anak kelas 6 di SDN Sungai Besar 8 Banjarbaru.

1.4 Hipotesis Penelitian
1.4.1    Ada hubungan pengetahuan gizi dengan pemilihan jajanan anak kelas 6 di SDN Sungai Besar 8 Banjarbaru tahun 2011.
1.4.2    Ada hubungan tingkat pemberian uang saku dengan pemilihan jajanan anak kelas 6 di SDN Sungai Besar 8 Banjarbaru tahun 2011.

1.5 Manfaat Penelitian
1.5.1    Bagi Siswa
Hasil penelitian ini dapat memberikan pengetahuan kepada siswa akan pentingnya kesadaran dan mengkonsumsi makanan jajanan yang sehat dan bergizi, agar siswa dapat mengantisipasi dirinya sendiri untuk memilih makanan jajanan yang aman dan sehat,sehingga kebutuhan zat gizinya dapat terpenuhi dan kesehatannya selalu terjaga.
1.5.2    Bagi Orang Tua
Dapat memberikan informasi pada Orang Tua yang berkaitan dengan pengetahuan anak terhadap Status Gizi anak.
.1.5.3   Bagi Sekolah
Hasil penelitian ini dapat menjadi masukan bagi para guru dalam menghimbau dan menetapkan peraturan mengenai makanan jajanan yang sehat bagi para anak didiknya dalam rangka mengantisipasi munculnya masalah gizi khususnya kejadian infeksi atau angka kesakitan pada anak sekolah, karena pada dasarnya, penindak lanjutan masalah keamanan jajanan anak sekolah tidak lepas dari partisipasi pihak sekolah
1.5.4    Bagi peneliti
mendapatkan pengalaman dan pengetahuan dalam pelaksanaan penelitian serta dapat dijadikan acuan bagi penelitian selanjutnya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengetahuan
     Menurut Ki Hajar Dewantara tokoh pendidikan nasional kita. Pengetahuan adalah merupakan hasil “TAHU” dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Pengetahuan merupakan faktor yang penting untuk terbentuknya tindakan seseorang. Dimana hal itu dikuatkan dengan penelitian yang dilakukan Rogers (1974) yang mengungkapkan bahwa perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng dari pada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan (Notoadmodjo,1997)

2.1.1 Tingkat Pengetahuan.
          Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (ovent behavior) dari pengalaman dan penelitian ternyata perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan. Pengetahuan yang cukup didalam domain kognitif mempunyai 6 tingkat yaitu; (Notoadmodjo,2003)
a.       Tahu (know)
       Diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya.
b.      Memahami (comprehention)
       Artinya sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dimana dapat menginterprestasikan secara benar.
   c.  Aplikasi (Application)
       Diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi yang sebenarnya.
   d. Analisis (Analysis)
       Suatu kemampuan untuk menyatakanm meteri atau suatu objek kedalam komponen-komponen tetapi masih dalam struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lain.
   e.  Sintesis (Syntesis)
       Sintesis yang dimaksud menunjukkan pada suatu kemampuan untuk menunjukkan atau menghubungkan bagian-bagian didalam suatu keseluruhan yang baru.
   f.  Evaluasi (Evaluation)
       Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek.
2.2 Pengetahuan Gizi
Pengetahuan Gizi adalah kepandaian memilih makanan yang merupakan sumber zat-zat gizi dan kepandaian dalam memilih makanan jajanan yang sehat. Pengetahuan (knowledge) adalah hasil pengetahuan dari manusia, yang sekedar menjawab pertanyaan ”What”, misalnya apa air, apa manusia, apa alam dan sebagainya. Pengetahuan secara perorangan maupun bersama ternyata langsung dalam dua bentuk dasar yang sulit ditentukan mana kiranya yang paling “asli” atau mana yang paling berharga dan yang paling manusiawi. Bentuk satu adalah mengetahui saja dan untuk menikmati pengetahuan itu demi memuaskan hati manusia (Notoatmojo, 2003).
            Menurut kamus bahasa Indonesia tahun 1995 pengertian pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui adalah kepandaian, jadi pengertian pengatahuan gizi adalah segala sesuatu yang diketahui tentang makanan dalam hubungannya dengan kesehatan.
            Salah satu faktor penting dalam masalah kurang gizi adalah kurangnya pengetahuan tentang gizi atau kemampuan menerapkan informasi tersebut dalam kehidupan sehari-hari. (Suhardjo,dkk,1989).
                        Rendahnya pendidikan dan pengetahuan gizi merupakan salah satu faktor penghambat dalam usaha perbaikan gizi. (Sayogyo,dkk,1986).
                        Suatu hal yang meyakinkan tentang pentingnya pengetahuan gizi didasarkan pada tiga kenyataan :
1.        Status gizi yang cukup adalah yang penting bagi kehidupan dan kesejahteraan.
2.        Setiap orang hanya akan cukup gizi makanan yang dimakannya mampu menyediakan zat gizi yang diperlukan untuk pertumbuhan tubuh yang optimal,pemeliharaan dan energi.
3.        Ilmu gizi merupakan fakta-fakta yang perlu sehingga penduduk dapat belajar merupakan pangan dengan baik bagi perbaikan gizi.
Tingkat pengetahuan gizi yang tinggi dapat membentuk sikap positif terhadap masalah gizi. Pada akhirnya pengetahuan akan mendorong untuk menyediakan makanan sehari-hari daam jumlah dan kualitas gizi yang sesuai dengan kebutuhan.
            Pengetahuan dasar tentang penganeka ragaman bahan makanan berdasarkan slogan empat sehat lima sempurna dan kecukupan gizi keluarga diperlukan sebagai pedoman untuk menyusun pola konsumsi terutama di tingkat keluarga. (Direktorat Bina Gizi Masyarakat,1991).
            Namun, sebagai alat memberikan penyuluhan pangan dan gizi kepada masyarakat luas dalam rangka memasyarakatkan gizi seimbang, pada tahun 1995 Direktorat Gizi Depkes telah mengeluarkan pedoman umum gizi seimbang (PUGS). Pedoman ini disusun dalam rangka memenuhi salah satu rekomendasi konferensi gizi internasional di Roma pada tahun 1992 untuk mencapai dan memelihara kesehatan dan kesejahteraan gizi (nutritional well-being) semua penduduk yang merupakan prasyarat untuk pembangunan sumberdaya manusia. PUGS merupakan penjabaran lebih lanjut dari pedoman 4 sehat 5 semprna yang memuat pesan-pesan yang berkaitan dengan pencegahan masalah gizi kurang, maupun masalah gizi lebih yang selama 20 tahun terakhir telah mulai menampakkan diri di Indonesia.
            Dalam PUGS susunan makanan yang dianjurkan adalah yang menjamin keseimbangan Zat-zat gizi.hal ini dapat dicapai dengan mengkonsumsi beraneka ragam makanan tiap hari.Tiap makanan dapat saling melengkapi dalam zat-zat gizi yang dikandungnya.Pengelompokkan bahan makanan disederhanakan,yaitu didasarkan pada tiga fungsi zat gizi,yaitu sebagai sumber energi atau tenaga,sumber zat pembangun,dan sumber zat pengatur.
                        Dari tiap kelompok dipilih satu atau lebih jenis makanan sesuai dengan ketersediaan bahan makanan tersebut dipasar,keadaan sosial ekonomi,nilai gizi,dan kebiasaan makanan.PUGS diharapkan dapat digunakan masyarakat luas sebagai pedoman praktis untuk mengatur makanan sehari-hari yang seimbang dan aman guna mencapai dan mempertahankan status gizi dan kesehatan yang optimal.(Sunita Almatsier,2009)

            2.1.2 Faktor – Faktor yang mempengaruhi pengetahuan.
Faktor yang mempengaruhi pengetahuan menurut (Solihin, 2005) bahwa ada 2 faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang yaitu, faktor internal dan faktor eksternal yaitu:
1.    Faktor internal meliputi:
a)      Kesehatan
Status kesehatan sangat mempengaruhi status gizi seseorang. Infeksi dan demam dapat menyebabkan merosotnya nafsu makan atau menimbulkan kesulitan menelan dan mencernakan makanan. Parasit dalam usus, seperti cacing gelang dan cacing pita bersaing dalam tubuh dalam memperoleh makan dan dengan demikian menghalangi zat gizi ke dalam arus darah. Keadaan gizi yang demikian membantu terjadinya kurang gizi. Sehat berarti keadaan fisik, mental dan sosial anak berfungsi secara optimal dan seimbang, keseimbangan ini akan terganggu jika seseorang anak berada dalam keadaan yang tidak optimal baik fisik, mental maupun sosial.
b)      Intelegensi
Intelegensi sangat besar sekali pengaruh terhadap pengetahuan anak yang mempunyai intelegensi yang lebih tinggi akan lebih berhasil dari pada yang mempunyai intelegensi rendah.


c)      Perhatian
Keaktifan jika yang tinggi yang semata-mata setuju pada suatu obyek. Jika perhatian anak kurang terhadap suatu materi, maka pemahaman terhadap materi tersebut akan berkurang dan menurun.
d)     Minat
Kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang berbagai kegiatan yang diminati anak, diperhatikan 12  terus-menerus disertai rasa senang berbeda dengan perhatian yang sifatnya sementara.
e)      Bakat
Kemampuan untuk belajar, kemampuan itu akan terealisasi menjadi kecakapan nyata sesudah belajar/ berlatih.
2.    Faktor eksternal yang mempengaruhi pengetahuan seseorang meliputi:
a)      Keluarga
Keluarga sangat menentukan dalam pendidikan anak karena keluarga adalah lembaga pendidikan yang utama dan pertama. Secara tradisional, ayah mempunyai prioritas utama atas jumlah dan jenis makanan tertentu dalam keluarga, dan justru golongan yang rawan terhadap masalah gizi mempunyai prioritas paling akhir yaitu wanita dan anak-anak. Jika kebiasaan budaya pembagian kebiasaan budaya pembagian pangan yang tidak merata dalam unit keluarga terus diterapkan, maka akan menyebabkan bencana baik bagi kesehatan maupun kehidupan.

b)      Metode pembelajaran
Metode mengajar adalah suatu cara yang harus dilalui didalam mengajar, untuk menghindari pelaksanaan cara belajar yang salah perlu suatu pembinaan. Dengan metode belajar yang tepat dan efektif, akan efektif pula hasil belajar anak.
c)      Masyarakat
Masyarakat merupakan faktor eksternal yang juga mempengaruhi belajar anak. Pengaruh ini terjadi karena keberadaannya dalam masyarakat adalah berhubungan dengan media massa, teman bergaul, dan bentuk kehidupan masyarakat.
2.2  Uang Saku
                        Pemberian uang saku tak hanya mengenalkan kemampuan mengelola keuangan. Menuntut tanggung jawab,komitmen dan kedipsiplinan anak.
                        Mengenalkan pengelolaan uang berarti juga memperkenalkan nilai uang, cara membuat anggaran,serta menabung.semakin cepat diperkenalkan anak akan semakin siap mengelola keuangannya secara mandiri.Untuk itu orang tua perlu mendidik anak mulai dari hal yang sederhana terlebih dulu yaitu bagaimana manfaat uang saku.
                        Menurut konsultan keuangan dari safir senduk dan rekan, Ahmad Gozali mengatakan pemberian uang merupakan sarana pembelajaran anak terhadap tanggung jawab,komitmen, dan matematika sederhana. Tanggung jawab untuk membuat keputusan sendiri penggunaan uangnya. Agar tujuan tersebut tercapai, anak harus memberikan pengertian terlebih dahulu bahwa uang yang diterima memiliki jangka waktu tertentu (mingguan/bulanan).Dengan demikian ia harus berkomitmen untuk tidak meminta uang lagi sebelum waktunya tiba, meski uangnya sudah habis.
                        Tingkat jumlah uang saku yang diberikan orang tua kepada anak tentu saja berkaitan dengan jumlah pendapatan perekonomian keluarga.
                        Pada umumnya ,jika tingkat pendapatan keluarga naik, jumlah dan jenis makanan cenderung membaik juga. Tingkat pendapatan menentukan pola makanan apa saja yang dibeli dengan uang tersebut. Orang yang penghasilannya rendah, biasanya akan membelanjakan pendapatannya untuk makan, sedang yang penghasilannya tinggi sudah tentu akan lebih dari itu. Bentuk makan-makanan padi akan menurun dan untuk makanan yang dibuat dari susu akan bertambah jika keluarga beranjak kependapatan tingkat menengah. Semakin tinggi pendapatan, semakin bertambah pula persentase pertambahan pembelanjaannya termasuk untuk buah-buahan, sayur-sayuran dan jenis-jenis makanan lainnya. (Suhardjo,dkk. 1985).
2.3  Makanan Jajanan
                      Pengertian  Makanan jajanan yang dijual oleh pedagang kaki lima atau dalam bahasa Inggris disebut street food  menurut FAO didefinisikan sebagai makanan dan minuman yang dipersiapkan dan atau dijual oleh pedagang kaki lima di jalanan dan di tempat-tempat keramaian umum lain yang langsung dimakan tanpa pengolahan atau persiapan lebih lanjut (Iswaranti dkk, 2007).
                      Dalam memilih makanan, anak memasuki masa indepedensi, yaitu kebebasan dalam memilih makanan apa saja yang disukainya. Pemiihan makanan jajanan tidak lagi didasarkan pada kandungan gizi makanan tersebut melainkan sekedar bersosialisasi untuk kesenangan dan supaya tidak kehilangan status (Khomsan,2003)
            2.3.1 Jenis Makanan Jajanan
Jenis makanan jajanan menurut Winarno dalam Mulyati (2003:22) dibagi menjadi 4 kelompok, yaitu:
1)    Makanan utama, seperti rames, nasi pecel, bakso, mie ayam, dan sebagainya.
2)    Snack atau penganan seperti kue-kue, onde-onde, pisang goreng, dan sebagainya.
3)    Golongan minuman seperti cendol, es krim, es teler, es buah, es teh, dawet dan sebagainya.
4)    Buah-buahan segar.
2.3.2 Daftar Jajanan (Makanan) yang berbahaya
**********************************************************
 
 
 
2.3.3 Kandungan Jajanan (Minuman) yang berbahaya
          Minuman berbahaya yang mengandung Siklamat, Sakarin, dan Aspartame.
          Siklamat adalah : Pemanis buatan di pasaran dikenal dengan assugrin,sucaryl, dan sukrosa. Bedanya dengan sakarin, siklamat menimbulkan rasa manis tanpa rasa ikutan (after taste-nya lebih sedikit dari pada sakarin). Sifat siklamat sangat mudah larut dalam air dan mempunyai tingkat kemanisan 30-50 kali gula.
Aspartam adalah : Aspartam merupakan pemanis sintetis non-karbohidrat, aspartyl-phenylalanine-1-methyl ester, atau merupakan bentuk metil ester dari dipeptida dua asam amino yaitu asam amino asam aspartat dan asam amino essensial fenilalanina.
Sakarin adalah : pemanis buatan yang memiliki struktur dasar sulfinida benzoat. Karena tidak strukturnya berbeda dengan karbohidrat, sakarin tidak menghasilkan kalori. Sakarin jauh lebih manis dibanding sukrosa, dengan perbandingan rasa manis kira-kira 400 kali lipat sukrosa.
                         Pemanis buatan diatas banyak menimbulkan bahaya bagi kesehatan manusia, jika di konsumsi setiap hari pada jangka panjang akan menyebabkan kanker kandung kemih, tremor, kehilangan daya ingat, bingung, insomnia, iritasi, asma, hipertensi, diare, sakit perut, alergi, impotensi dan gangguan seksual, kebotakan dan kanker otak. (http://en.wikipwdia.org/wiki/cyclamate, http://www.kompas.com/kompas-cetak/0507/24/keluarga/1918365.htm)

            2.3.4 Fungsi Makanan Jajanan
Jajanan bagi anak sekolah dapat berfungsi sebagai upaya untuk memenuhi kebutuhan energi karena aktivitas fisik di sekolah yang tinggi (apalagi bagi anak yang tidak sarapan pagi). Pengenalan berbagai jenis makanan jajanan akan menumbuhkan penganekaragaman pangan sejak kecil (Ali Khomsan, 2003:16).
Berikut adalah contoh kandungan energi dan protein beberapa bahan makanan.
Tabel 1. Kandungan Energi dan Protein Beberapa Bahan Makanan
(100 gram b.d.d)

Nama Bahan
Energi (kkal)
Protein (g)
Beras
Terigu
Jagung
Singkong
Ubi Jalar
Kacang Hijau
Kacang Kedelai
Tempe
Tahu
Kacang Tanah
Sagu
366
333
345
154
114
350
381
128
80
525
265
7,6
9,0
9,1
1,0
0,8
17,1
40,4
10,7
10,9
27,9
1,44
Sumber : Departemen Kesehatan RI (Jakarta), 1995
2.3.3 Kandungan Zat Gizi dan Zat kimia Makanan Jajanan
1)  Kandungan Zat Gizi
   Dari segi gizi sebenarnya makanan jajanan belum tentu jelek, karena ternyata makanan jajanan kaki lima menyumbang asupan energi bagi anak sekolah sebanyak 36%, protein 29% dan zat besi 52%, tetapi keamanan jajanan tersebut baik dari segi mikrobiologis maupun kimiawi masih dipertanyakan (Anonim, 2007).  Makanan jajanan umumnya mengandung zat tepung, gula, garam, lemak dan kolesterol, hal ini menyebabkan risiko tinggi terjadinya hipertensi, Diabetes Militus ataupun penyakit lain yang berhubungan dengan penyakit jantung (Didinkaem, 2006).
2)      Kandungan Zat Kimia
            Boraks, zat pengawet, dan pewarna berbahya, merupakan bahan aditif (tambahan) makanan. Sementara bahan aditif terutama yang terbuat dari bahan kimia harus dibatasi penggunaannya. Jika tidak dikendalikan, dalam jangka panjang, bahan-bahan aditif tersebut bisa menjadi bersifat karsinogenik (memicu timbulnya kanker) (Baliwati dkk, 2004).
Sedikitnya 19.465 jenis makanan yang dijadikan sampel pengujian dalam penelitian BPOM tahun 2006, ditemukan 5,6% sampel tidak layak diedarkan. Sebanyak 185 item mengandung pewarna berbahaya, 94 item mengandung boraks, 74 item mengandung formalin, dan 52 item mengandung benzoate atau pengawet dalam kadar berlebih. Badan POM kemudian menariknya dari peredaran untuk dimusnahkan. Disamping itu, Badan POM juga memeriksa sebanyak 36 dari 267 industri yang terdaftar produknya, belum memenuhi persyaratan. Dari 927 unit industri rumah tangga berizin SP (Sertifikat Penyuluhan) yang diperiksa, ternyata ditemukan sebanyak 542 unit sarana belum memenuhi persyaratan (Anonim, 2007).
2.3.4 Kelebihan dan Kekurangan Makanan Jajanan
Jajanan bagi anak sekolah merupakan fenomena yang menarik untuk ditelah karena beberapa kelebihan yaitu:
1)    Merupakan upaya untuk memenuhi kebutuhan energi karena aktivitas fisik di sekolah yang tinggi (apalagi bagi anak yang tidak sarapan pagi).
2)    Pengenalan berbagai jenis makanan jajanan akan menumbuhkan penganekaragaman pangan sejak kecil.
3) Meningkatkan perasaan gengsi anak pada teman-temannya di sekolah. Adapun kekurangan atau aspek negatif dari makanan jajanan yaitu bahwa jajan yang terlalu sering dapat mengurangi nafsu makan anak di rumah. Selain itu banyak makanan jajanan yang kurang memenuhi syarat kesehatan, sehingga dapat menyebabkan gangguan kesehatan pada anak (Ali Khomsan, 2003:16).
Sebagian besar makanan jajanan hanya mengandung karbohidrat yang membuat anak cepat kenyang. Hal ini dapat mengganggu nafsu makan, sehingga apabila dibiarkan akan mengganggu pertumbuhan tubuh anak. Apabila keseimbangan gizi tidak dipenuhi, dan ini berjalan terus-menerus menjadi kebiasaan, anak akan kekurangan zat gizi seperti zat besi yang dapat mengakibatkan anemia serta berbagai penyakit lain akibat kekurangan salah satu atau lebih zat gizi. Selain hal tersebut di atas, makanan jajanan juga masih berisiko terhadap kesehatan karena penanganannya yang tidak higienis, yang mengakibatkan keracunan karena terkontaminasinya makanan jajanan oleh mikroba beracun maupun penggunaan bahan tambahan pangan (BTP) yang tidak diizinkan.




2.3.5 Kandungan Gizi Berbagai Jenis Jajanan
Tabel 2
Kandungan Gizi Berbagai Jenis Jajanan
NO
Jajanan
Ukuran
Berat
(g)
Energi
(Kalori)
Protein
(Gram)
1
Bakwan
1 Buah
40
100
1,7
2
Bakso
1 Porsi
250
100
10,3
3
Chiki
1 Bungkus
16
        80
 0,9
4
Coklat
1 Bungkus
16
472
2,0
5
Es Mambo
1 Bungkus
25
152
0,0
6
Gado – Gado
1 Porsi
150
203
6,7
7
Klepon
4 Buah
50
107
0,6
8
Misro
1 Buah
50
109
0,4
9
Pisang Goreng
1 Buah
60
132
1,4
10
Permen
1 Buah
2
100
0,0
11
Risoles
1 Buah
40
134
2,1
12
Siomai
1 Porsi
170
95
4,4
       Sumber: I Dewa Nyoman Supariasa, dkk (2001:308)
           
Anak sekolah rata-rata memilih makanan jajanan dengan kandungan energi dan protein rendah sehingga sumbangan energi dan protein dari makanan jajanan terhadap total konsumsi sehari masih rendah. Berpedoman pada PMT-AS, makanan jajanan diharapkan mempunyai mutu gizi kurang leih 200-300 kkal untuk menyumbangkan kurang lebih 15-20% terhadap total konsumsi energi.








2.4 Kerangka Konsep








Pengetahuan Gizi Anak

           






Pemilihan makanan jajanan
Tingkat pemberian uang saku







                     
Keterangan :
                                                 =  diteliti

Gambar 1 : Bagan Kerangka Konsep












2.5 Definisi Operasional
No
Variabel
Definisi
Cara Ukur
Alat Ukur
Kategori
Skala
1.
Pengetahuan Gizi Anak
Pengetahuan Gizi anak adalah kepandaian anak dalam memilih makanan yang merupakan sumber zat-zat gizi dan kepandaian dalam memilih makanan jajanan yang sehat.
Wawancara
Kuesioner
Baik = > 80%
Sedang = 60 – 80%
Kurang = < 60%
(Djiteng, 1989)
Ordinal
2.
Tingkat Pemberian Uang Saku
Tingkat pemberian uang saku adalah jumlah uang yang diberikan orang tua perhari kepada anak.
wawancara
Kuesioner
> Rp.7000

< Rp.7000
(Februhartanti, 2004)
Ordinal
3.
Memilih Makanan Jajanan
Memilih makanan jajanan adalah kebebasan memilih makanan apa saja yang disukainya selama anak masih dilingkungan sekolah.
Wawancara
Kuesioner
-       Aman
Bahan makanan Yang tidak mengandug bahan/zat berbahaya
-       Kurang Aman
Bahan makanan yang mengandung sedikit bahan/zat berbahaya
-       Tidak Aman
Bahan makanan yang mengandung bahan/zat berahaya

(Ditjeng Bina Kesehatan Masyarakat Direktorat Gizi Masyarakat, 2001;10).
Ordinal


BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Rancangan Penelitian
Penelitian ini termasuk jenis explanatory research (penelitian penjelasan) dengan pendekatan cross sectional yaitu melakukan pengumpulan data yang menyangkut variabel bebas dan variabel terikat pada suatu saat yang bersamaan atau penelitian penjelasan karena menjelaskan hubungan antar variabel yaitu variabel bebas pengetahuan gizi (Notoatmojo, 2005).
Variebel bebas yaitu pengetahuan gizi anak, tingkat pemberian uang saku. Variabel terikat yaitu pemilihan makanan jajanan dan berdasarkan jenis penelitian termasuk penelitian observasional yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan gizi, tingkat pemberian uang saku dengan pemilihan jajanan anak kelas 6 di SDN Sungai Besar 8 Banjarbaru.
3.2 Tempat dan Waktu
3.2.1. Tempat 
Penelitian ini dilakukan di SDN Sungai Besar 8 Banjarbaru untuk mengambil sampel.
3.2.2. Waktu
Penilaian ini dimulai dari survey pendahuluan sampai analisis data yang dimulai bulan Februari sampai Maret 2011.
3.3 Populasi dan Sampel
3.3.1. Populasi penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah semua anak kelas 6 di SDN Sungai Besar 8 Banjarbaru

3.3.2. Sampel penelitian

      N
1+N (d2)
 
          Sampel yang diambil adalah sebagian dari populasi yang besarnya dihitung berdasarkan rumus :
            N =
        Keterangan :     N = Besar Populasi
                                    N = Besar Sampel

          64
1 + 64 (0.12)

 
                                    d  = Tingkat kepercayaan/ketepatan yang diinginkan (0,1)
          Maka                  n = 
                           =  
                                  = 40 siswa
       Dari hasil perhitungan diperoleh jumlah sampel yang akan diambil dalam penelitian ini sebanyak 40 siswa.

.n

 


      N1
      N
 
Rumus pengambilan sampel perkelas :

.40

 


          32
          64
 
                                  Ni =                

.40

 


          32
          64
 
Kelas 6 A   :              Ni =                        = 20 orang
 Kelas 6 B   :              Ni =                        = 20 orang
Keterangan :
Ni    = Jumlah sampel yang diambil pada setiap kelas
N1   = Jumlah siswa seluruhnya pada setiap kelas
N    = Jumlah seluruh populasi
n     = Jumlah sampel seluruhnya
(Notoatmojo,2005)
Pengambilan sampel penelitian dilakukan secara sistematik randome sampling.
3.4  Jenis dan ara Pengumpulan Data
3.4.1  Jenis Data
a.       Data primer
1)      Identitas sampel, yaitu nama, jenis kelamin dan umur.
2)      Data mengenai pengetahuan gizi dan tingkat pemberian uang saku anak Sekolah Dasar dalam memilih makanan jajanan yamg diperoleh dengan koesioner.
b.      Data sekunder
1)      Data geografi sekolah.
2)      Data jumlah keseluruhan anak kelas 6 SDN Sungai Besar 8 Banjarbaru.
3.4.2 Cara Pengumpulan Data
a.       Data Primer
        Data pengetahuan gizi anak, tingkat pemberian uang saku, pemilihan makanan jajanan yang didapat melalui wawancara dengan kuesioner.
b.  Data Sekunder
            Data gambaran umum sekolah yang meliputi profil sekolah, jumlah pengajar serta jumlah anak, ini diperoleh dengan metode kajian dokumentasi.




3.5  Pengolahan Data
1. Pengolahan Data
1.      Data Pengetahuan Gizi
Untuk mengetahui tingkat pengetahuan responden masing-masing pertannyaan di beri nilai 1 ( satu ) untuk jawaban yang benar dan 0 ( nol ) untuk jawaban yang salah dengan perhitungan sebagai berikut :
Nilai =  = x 100%
3.6 Analisa Data
Dari hasil pengolahan data, maka dapat dianalisa dengan cara Univariat dan Bivariat.
1.    Analisa Univariat
Analisa ini bertujuan untuk mengetahui gambaran identitas anak sekolah dasar, Tingkat pengetahuan gizi anak, tingkat pemberian uang saku anak dengan pemilihan jajanan. Data ditampilkan dengan menggunakan tabel frekuensi dua kolom, angka disajikan dalam tabel bersifat absolut dan relatif (persentasi).
2.    Analisa Bivariate

(0 – E)2
      E
 
Analisa ini bertujuan untuk menilai hubungan antara, tingkat pengetahuan gizi anak, tingkat pemberian uang saku dengan pemilihan makanan jajanan anak-anak kelas 6 SDN Sungai besar 8 Banjarbaru. Uji statistik yang digunakan adalah Chi square dengan menggunakan program komputer.
Rumus uji Chi Square :  X2 = ∑                     : df = ( k-1)(b-1)


Keterangan :
X              = Chi Square
0               = Nilai yang diabservasi
E               = Frekuensi yang dihasilkan
k               = Jumlah kolom
b               = Jumlah baris
Uji Chi-Square mensyaratkan bahwa frekuensi yang diharapkan dalam masing-masing sel tidak boleh terlampau kecil (kurang dari 5). Untuk tabel kontigensi 2 x 2, pengujian uji Chi-Square, disarankan :

a.         Bila n > 40 gunakan x2 dengan koreksi kontinyutas (gunakan rumus untuk tabel kontigensi 2 x 2).
b.        Bila n berada diantara 20 dan 40, uji x2 dengan rumus untuk tabel kontigensi 2 x 2 boleh digunakan billa semua frekuensi diharapkan adalah 5 atau lebih. Jika frekuensi diharapkan yang terkecil kurang dari 5 pkailah uji Fisher Exact, dan
c.         Bila n < 20, pakailah uji Fisher Exact untuk kasus apapun. Untuk tabel kontigensi r x k, berarti db lebih besar dari 1, uji x2 dapat digunakan jika kurang dari 20% diantara sel-sel itu mempunyai frekuensi diharapkan yang kurang dari 5 dan jika ada satu sel pun memiliki frekuensi diharapkan yang kurang dari satu. Jika persyaratan tersebut tidak terpenuhi peneliti dapat menggabungkan kategori-kategori yang berdekatan agar frekuensinya dapat dipebesar. (Djarwanto, 2011).

Sehingga didapatkan kaidah sebagai berikut :
Ho : Tidak ada hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat
Ha : Ada hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat
       Alpha (α) : 10% (0,1)
a.       Apabila p < α, maka Ho ditolak berarti ada hubungan yang bermakna antara kedua variabel.
b.      Apabila p > α, maka Ho diterima berarti tidak ada hubungan yang bermakna antara kedua variabel.

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Sekolah
              SDN Sungai besar 8 berdiri pada tahun 1992, sejak berdiri sampai sekarang SDN sungai besar 8 telah mengalami 3 kali pergantian kepala sekolah. Saat ini jabatan kepala sekolah di pegang oleh Ibu Rahimah.A.Ma.Pd
 SDN sungai besar 8 terletak di jalan Sagitarius Raya Perumnas Cahaya Bintang Sungai Besar Banjarbaru. Letak SDN Sungai Besar 8 berbatasan dengan :
       - Sebelah utara berbatasan dengan pemukiman penduduk
       - Sebelah timur bebatasan dengan pemukiman penduduk
       - Sebelah barat berbatsan dengan lapangan sepak bola
       - Sebelah selatan berbatasan dengan pemukiman penduduk
         Kondisi guru
Ijazah terakhir
Jumlah
Guru tetap
Guru  tidak tetap
S2 / S3
-
-
S1
8
-
D3
-
-
D2 / D1  / SLTA
7
2

              Jumlah tenaga pengajar (Guru) di SDN Sungai besar 8 banjarbaru adalah 17 orang terdiri dari 8 orang guru tetap dengan ijazah S1, dan 7 orang guru tetap dan 2 guru tidak tetap dengan ijazah D2/D1/SLTA.

       Jumlah siswa ( 3 tahun terakhir)
Tahun ajaran
Jumlah Kelas
Perkiraan (orang)
07/08
13
504
08/09
13
506
09/10
13
464
             
       Bangunan SDN sungai Besar 8 memiliki luas 1200 m2 terdiri dari 1 buah kantor guru, 1 buah kantor kepala sekolah, 13 ruang kelas, 2 perpustakaan, 1 buah wc guru dan 2 buah wc siswa.
4. Gambaran Umum Responden
        Murid kelas 6 SDN Sungai Besar 8 berjumlah 64 orang, yang dibagi menjadi 2 kelas yaitu kelas 6A dan kelas 6B.
        Sebagian besar pekerjaan orang tua murid kelas 6 SDN Sungai Besar 8 Banjarbaru adalah buruh, dan sisanya pegawai negeri sipil dan pegawai swasta, dan oleh sebab itu dari hasil penelitian didapatkan sebagian besar uang saku murid  kelas 6 kurang dari Rp.7000 itu dikarenakan keadaan ekonomi keluarga anak.
       Murid kelas 6 SDN Sungai Besar 8 Banjarbaru sebagian besar  membelanjakan uang sakunya untuk jajan di sekolah, karena sebagian besar murid kelas 6 SDN Sungai Besar 8 tidak sarapan pagi di rumah di karenakan kesibukan orang tua anak dan oleh sebab itu orang tua memberikan uang saku yang berlebih untuk anak membeli jajanan di sekolah.
4.2.1 Pengetahuan Gizi
       Pengetahuan gizi merupakan faktor yang sangat penting dalam menentukan sikap dan prilaku seseorang terhadap makanan. Pengetahuan gizi merupakan peranan penting untuk dapat membuat manusia hidup sehat dan berkualitas, semakin tinggi pengetahuan  gizinya semakin diperhitungkan jenis dan kuantum  makanan yang dipiih untuk di konsumsinya (Soediaotama,2000)
Tabel 3. Distribusi murid kelas 6 SDN Sungai Besar 8 Banjarbaru   berdasarkan Tingkat Pengetahuan Gizi.

No
Tingkat Pengetahuan Gizi
Jumlah
n
%
1
2
3
Baik
Sedang
Kurang
12
23
5
30,0
57,5
12,5
Jumlah
40
100

       Berdasarkan penelitian didapatkan gambaran tingkat pengetahuan siswa yang disajikan pada tabel  7 yang menggambarkan tingkat pengetahuan gizi murid. Ternyata 30,0% murid memiliki tingkat pengetahuan yang Baik, 57,5% murid memiliki tingkat pengetahuan gizi yang Sedang dan 12,5% murid memiliki tingkat pengetahuan yang kurang.
       Dari penelitian diatas diketahui ternyata anak lebih banyak memiliki pengetahuan sedang atau belum begitu mengetahui bagaimana jajanan yang sehat atau tidak itu. Oleh karena itu orang tua dan guru anak disekolah perlu memberikan pengetahuan kepada anak bagaimana makanan yan sehat atau tidak, dan membiasakan anak untuk membawa ekal dari rumah, karena bekal dari rumah dapat terjaga kebersihan dan kesehatannya.



Tebel 4. Hasil kuesioner
No
Soal
Betul
Salah
n
%
n
%
1.

2.

3.

4.

5.


6.

7.


8.
Apakah yang dimaksud makanan bergizi ?
Makanan yang dihidangkan sehari-hari sebaiknya ?
Sumber bahan makanan yang mengandung karbohidrat ?
Sumber bahan makanan yang mengandung protein ?
Sumber bahan makanan yang mengandung vitamin dan mineral ?
Menurut adik, apa saja sumber vitamin A itu ?
Menurut adik, bagaimana sebaiknya tekstur makanan yang di masak ?
Menurut adik, bagaimana sebaiknya warna sayuran yang telah dimasak ?
38

39

28

32

30


34

32


9
95

97.5

70

80

75


85

80


22.5

2

1

12

8

10


6

8


31

5

2.5

30

20

25


15

20


77.5

       Berdasarkan tabel kuesioner diatas ternyata murid yang menjawab soal nomor 8 (Menurut adik, bagaimana sebaiknya warna sayuran yang telah dimasak) lebih banyak menjawab salah yaitu 77.5%, itu dikarenakan anak tidak mengetahui tentang cara pengolahan makanan khususnya sayur, bagaimana cara memasak sayur yang benar, dan juga kandungan di dalam sayur tersebut.
       Hal ini menunjukkan kurangnya pengetahuan dan salah konsepsi tentang  kebutuhan pangan dan nilai pangan adalah umum di setiap sekolah. Salah satu penyebab munculnya gangguan gizi adalah kurangnya pengetahuan tentang gizi atau kurangnya kemampuan untuk menerapkan informasi tentang gizi dalam kehidupan sehari-hari (Suhardjo, 2003)
       Pentingnya pengetahuan gizi, didasarkan pada 3 kenyataan yaitu: 1) Status gizi yang cukup adalah penting bagi kesehatan dan kesejahteraan. 2) Setiap orang hanya akan cukup gizi jika makanan yang dimakannya mampu menyediakan zat gizi yang diperlukan untuk pertumbuhan tubuh yang optimal,, pemeliharaan dan energi. 3) Ilmu gizi memberikan fakta-fakta yang perlu sehingga anak sekoah dapat belajar menggunakan pangan yang baik bagi kebutuhan gizi.
       Pengetahuan tentang kandungan zat gizi dalam berbagai bahan makanan, kegunaan makanan bagi kesehatan dapat membantu memilih bahan makanan yang harganya tidak begitu mahal kan tetapi nilai gizinya tinggi (Moehji, 2002).
4.2.2 Uang saku
       Kebiasaan jajan di Indonesia salah satu kebiasaan makan yang kurang baik. Anak berangkat sekolaah yang tidak sarapan pagi tetapi di bekali uang jajan (Munandar, 1999)
       Uang saku adalah uang yang diberikan oleh orang tua dengan perencanaan uang tesebut digunakan untuk transportasi atau tabungan anak. Sedangkan uang jajan adalah uang yang diberikan kepada anak untuk membeli jajanan berupa makanan dan minuman selama berada diluar rumah. Tetapi kebanyakan anak menggunakan uang saku tersebut untuk membeli makanan yang tidak bergizi atau hal yang tidak berguna. (Elly, 2009)

Tabel 5 : Distribusi murid kelas 6 SDN Sungai Besar 8 Banjarbaru  berdasarkan Uang Saku.

No
Uang Saku
Jumlah
n
%
1
2
> Rp.7000
< Rp.7000
15
25
37,5
62.5
Jumlah
40
100

       Hasil penelitian mengenai uang saku anak sekolah, dapat dilihat dari tebel 9. Yang menggambarkan jumlah uang saku murid, ternyata 37,5% murid yang mendapat uang saku sebesar > Rp.7000 dan 62,5% murid mendapat uang saku sebesar < Rp.7000
       Sebagaian besar pekerjaan orang tua murid adalah buruh dan sisanya pegawai negeri sipil dan pegawai swasta.
       Anak sekolah umumnya setiap hari menghabiskan seperempat waktunya di sekolah, sehingga mereka lebih terpapar pada makanan jajanan kaki lima di dekat sekolah mereka, dan mereka mempunyai kemampuan untuk membeli makanan tersebut dengan uang saku yang diberikan orang tua anak sekolah tersebut, karena kebiasaan anak sekolah yang tidak sarapan pagi diberi uang jajan oleh orang tuanya.(Judarwanto,2006)
4.2.3 Pemilihan jajanan
                   Dalam memilih makanan, anak memasuki masa indepedensi, yaitu kebebasan dalam memilih makanan apa saja yang disukainya. Pemilihan makanan jajanan tidak lagi didasarkan pada kandungan gizi makanan tersebut melainkan sekedar bersosialisasi untuk kesenangan dan supaya tidak kehilangan status (Khomsan,2003)
Tabel 6 : Distribusi murid kelas 6 SDN Sungai Besar 8 Banjarbaru berdasarkan pemilihan makanan jajanan


No
Pemilihan makanan jajanan
Jumlah
n
%
1
2
3
Aman
Kurang Aman
Tidak aman
12
23
5
30,0
57,5
12,5
Jumlah
40
100

       Hasil penelitian mengenai pemilihan makanan jajanan murid sekolah, dapat dilihat pada tabel 10 yang menggambarkan pemilihan makan jajanan murid, ternyata 30,0% murid yang mengkonsumsi jajanan yang aman, 57,5% murid mengkonsumsi jajanan yang kurang aman, dan 12,5% murid menkonsumsi jajanan yang tidak aman..
       Dari hasil penelitian dapat disimpulkan sebagian besar anak lebih suka mengkonsumsi makanan yang kurang aman, karena makanan yang kurang aman bentuk dan warnanya lebih menarik, sehingga anak tertarik dan mengkonsumsinya.
       Makanan jajanan umumnya digemari oleh semua lapisan masyarakat, terutama oleh anak sekolah. Jajanan memberikan konstribusi energi yang cukup tinggi bagi anak sekolah, karena itu dapat dipahami peran penting makanan jajanan sekolah pada pertumbuhan dan prestasi belajar anak di sekolah (Suryani, 2008). Makanan jajanan yang dikonsumsi anak sekolah perlu mendapat perhatian dari aspek gizi dan keamanannya mengingat anak sekolah masih dalam masa tumbuh kembang, maka keseimbangan gizi dalam tubuh harus diperhatikan supaya tetap sehat (Soenardi, 1999 dalam Damayanti, 2005). Aspek keamanan penting karena dapat mengakibatkan keracunan, bahkan sampai kematian. Menurut UU No 7 tahun 1996 tentang pangan, keamanan pangan adalah kondisi dan upaya yang diperlukan untuk mencegah pangan dari kemungkinan cemaran biologis, kimia dan benda lain yang dapat mengganggu, merugikan dan membahayakan manusia. Keamanan pangan merupakan hak asasi konsumen, jadi keamanan pangan harus selalu menjadi pertimbangan pokok dalam perdagangan (Direktorat SPKP-BPOM, 2003).
4.2.4 Hubungan antara pengetahuan gizi dengan pemilihan makanan jajanan pada murid kelas 6 di SDN Sungai Besar 8 Banjarbaru.
          Hubungan antara pengetahuan gizi dengan pemilihan makanan jajanan murid kelas 6 di SDN Sungai Besar 8 Banjarbaru Tahun 2011 dapat digambarkan pada tabel dibawah ini :
Tabel 7.        Hubungan pengetahuan gizi dengan pemilihan makanan jajanan pada murid kelas 6 di SDN Sungai Besar 8 Banjarbaru.

No
Tingkat pengetahuan Gizi
Pemilihan makanan jajanan
Jumlah
Aman
Kurang Aman
Tidak Aman
n
%
n
%
n
%
n
%
1
2
3
Baik
Sedang
Kurang
7
5
0
58,3
21,7
0
4
18
1
33,3
78,3
20,0
1
0
4
8,3
0
80,0
12
23
5
100
100
100
Jumlah
12
30
23
57,5
5
12,5
40
100
p : 0,021                                                                                                α : 0.05
       Hasil uji statistik fisher exact, setelah dilakukan penggabungan data makanan jajanan yang tidak aman dan kurang aman, dan juga tingkat pengetahuan gizi kurang dan sedang juga digabung dengan sig α = 0,05, ternyata ada hubungan antara pengetahuan gizi dengan pemilihan makanan jajanan pada siswa tersebut yang ditandai dengan p:0,021 maka (p < α ), Menurut hasil penelitian di atas 800% murid yang memiliki pengetahuan yang kurang lebih banyak memilih makanan jajanan yang tidak aman.
       Adanya hubungan  antara pengetahuan gizi dengan pemilihan jajanan dikarenakan anak tidak mengetahui bagaimana jajanan yang sehat dan aman itu, sehingga anak memilih makanan jajanan yang tidak baik bagi kesehatannya, karena makanan jajanan yang tidak aman warnanya lebih cerah dan rasanya lebih manis, sehingga anak tertarik untuk mengkonsumsinya.
       Hubungan antara pengetahuan gizi dengan pemilihan makanan jajanan ini di karenakan bahwa pemilihan makanan jajanan anak dipengaruhi oleh tingkat pengetahuannya tentang gizi. Ketidaktahuan dapat menyebabkan kesalahan dalam pemilihan bahan makanan dan konsumsi bahan makanan, meskipun makanan tersebut tersedia (Hermin, 2003).
       Adanya pengetahuan yang baik merupakan faktor yang sangat penting dalam menentukan sifat dan prilaku seseorang terhadap makanan selain itu pengetahuan mempunyai peranan penting untuk dapat membuat manusia hidup sejahtera dan berkualitas. Semakin banyak pengetahuan gizi atau makanan semakin di perhitungkan jenis dan berkualitas makanan yang akan di pilih dan di konsumsinya (sediaotomo, 2000)
       Pentingnya pengetahuan gizi, didasarkan pada 3 kenyataan : 1) status gizi yang cukup adalah penting bagi kesehatan dan kesejahteraan. 2) setiap orang hanya akan cukup gizi jika makanan yang dimakannya mampu menyediakan zat gizi yang diperlukan untuk pertumbuhan tubuh yang optimal, pemeliharaan, dan energi. 3) ilmu gizi memberikan fakta-fakta yang perlu sehingga seseorang dapat belajar menggunakan pangan yang baik bagi kebutuhan gizi. Salah satu penyebab munculnya gangguan gizi adalah kerangnya pengetahuan tentang gizi atau kurangnya kemampuan untuk menerapka informasi tentang gizi dalam kehidupan sehari-hari (Suhardjo, 2003). Pengetahuan tentang kandungan zat gizi dalam berbagai bahan makanan, kegunaan makanan bagi kesehatan dapat membentu memilih bahan makanan yang harganya tidak begitu mahal akan tetapi nilai gizinya tinggi (Moehji,2002:6)
2.2.5.   Hubungan antara tingkat pemberian uang saku dengan pemilihan makanan jajanan pada murid kelas 6 di SDN Sungai Besar 8 banjarbaru

       Hubungan antara jumlah uang saku dengan pemilihan makanan jajanan murid kelas 6 di SDN Sungai Besar 8 Banjarbaru Tahun 2011 dapat digambarkan pada tabel dibawah ini :





Tabel 8.     Hubungan antara tingkat pemberia uang saku  dengan pemilihan makanan jajanan pada murid kelas 6 di SDN Sungai Besar 8 Banjarbaru.

No
Tingkat pemberian uang saku
Pemilihan makanan jajanan
Jumlah
Aman
Kurang Aman
Tidak Aman
n
%
n
%
n
%
n
%
1
2
> Rp.7000
< Rp.7000
5
7
33,3
28,0
7
16
46,7
64,0
3
2
20,0
8,0
15
25
100
100
Jumlah
12
30,0
23
57,5
5
12,5
40
100
p : 0,736                                                                                   α : 0,05
     Hasil uji statistik fisher exact, setelah dilakukan penggabungan data makanan jajanan yang tidak aman menjadi kurang aman dengan sig α = 0,05, ternyata ada hubungan antara pengetahuan gizi dengan pemilihan makanan jajanan pada siswa tersebut yang ditandai dengan p:0,736 maka (p < α ),      Menurut hasil penelitian di atas 64,0% anak yang uang sakunya kurang dari Rp.7000 lebih banyak memilih makanan jajanan yang kurang aman.
       Antara uang saku dengan pemilihan makanan jajanan tidak ada hubungan. Adapun hal ini dikarenakan faktor perhatian orang tua, bagaimana cara orang tua untuk memberikan pengetahuan kepada anak dalam memilih makanan jajanan meskipun uang saku yang diberikan orang tua termasuk tinggi, dan juga membiasakan anak membawa bekal dari rumah, jenis-jenis makanan jajanan yang dijual di sekolah juga mempengaruhi pemberian uang saku dengan pemilihan makanan jajanan.
       Literatur menyatakan bahwa banyak pula orang tua yang kurang acuh terhadap anaknya, atau membiarkan anaknya menturuti kemaunya sendiri. Jika anak tidak mau makan di rumah, diberinya saja bekal uang agar dapat jajan. Membiarkan anak tidak makan di rumah dan memberinya uang untuk jajan sebenarya kebiasaan yang tidak baik (Tarwotjo, 1975)
       Ada juga orang tua yang membiarkan anaknya makan jajanan kaki lima dan kue-kue tradisional dengan keyakinan bahwa jajanan tersebut lebih aman buat anaknya (Soenardi. T ; 1999)
       Suka jajan sebernarnya merupakan suatu sifat yang diperoleh. Mungkin orang tuanya suka jajan, dan anak sering dibawa makan diluar. Banyak pula keluarga yang lebih suka membeli makanan dari pada membuatnya sendiri. Hal – hal ini menumbuhkan sifat suka jajan pada dari anak. Anak-anak yang jajan di sekolah malakukan karena bermacam sebab. Ada yang karena suka jajan. Ada yang karena tidak  makan sebelum berangkat sekolah. (Tarwotjo, 1975 ; 16-17)
           
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
                 Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan di SDN Sungai Besar 8 Banjarbaru tahun 2011 mengenai Hubungan Pengetahuan Gizi, Tingkat Pemberian Uang Saku dengan Pemilihan Makanan Jajanan, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1.      Sebanyak 30,0 % responden memiliki tingkat pengetahuan baik, sebanyak 57,5 % responden memiliki tinkat pengetahuan kurang dan sebanyak 12,5 % responden memiliki tinkat pengetahuan kurang.
2.      Sebanyak 37,5 % responden mendapat uang saku sebesar > Rp.7000 dan sebanyak 62,5 % responden mendapat < Rp.7000.
3.      Sebanyak 30,0 % responden memilih makanan jajanan yang aman, sebanyak 57,5 % responden memilih makanan jajanan yang kurang aman, dan sebanyak 12,5 % rsponden memilih makanan jajanan yang tidak aman..
4.      Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan antara pengetahuan gizi dengan pemilihan makanan jajanan.
5.      Hasil penelitian menunjukkan tidak ada hubungan antara tingkat pemberian uang saku dengan pemilihan makanan jajanan.
5.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian dapat disarankan :
1.      Agar anak sekolah tidak terpapar lagi pada makanan jajanan kaki lima didekat sekolah mereka maka orang tuanya perlu membiasakan anaknya untuk sarapan pagi dengan makanan yang bergizi sebelum kesekolah karena hal ini penting untuk persiapan anak melakukan aktifitas di sekolah. Anak yang sarapan biasanya akan lebih menahan keinginannya untuk jajan.
2.      Anak perlu diberikan bekal makanan dari rumah karena lebih terjamin kebersihan dan keamanannya.
3.      Diharapkan pada keluarga anak sekolah dapat memperhatikan masalah gizi anaknya dengan memberi pengarahan kepada anak bagaimana memilih makanan yang sehat/aman itu, dan membiasakan anak membwa bekal dari rumah, sehingga anak malas untuk jajan di sekolah.
4.      Pihak sekolah juga perlu memberi penyuluhan terhadap siswanya untuk memilih dan mengkonsumsi makan makanan jajanan yang higienis dan aman dan juga peranan guru dan kebijaksanaan sekolah sangat berarti sekali di sini. Misalnya bagaimana seorang guru mmotivasi bahwa membawa bekal dari rumah itu lebih baik dari pada jajan, kemudian memberi penerangan bekal mana yang baik dan sehat untuk dibawa, Hal lain yang dapat dilakukan sekolah , misanya membatasi dan menyeleksi jajanan yang disodorkan penjual di sekolah. Selain itu para gurupun harus memberi teladan yang baik dalam menerapkan kebiasaan makan, misalnya tidak turut pula jajan di luar.



Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More