About

Kamis, 08 Maret 2012

HUBUNGAN PENGETAHUAN GIZI DENGAN TINGKAT PEMBERIAN UANG SAKU

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pembangunan kesehatan pada hakekatnya adalah penyelenggaraan upaya kesehatan oleh bangsa Indonesia untuk mencapai kemampuan untuk hidup sehat bagi setiap penduduk agar dapat mewujudkan derajat kesaehatan masyarakat yang optimal, sebagai salah satu unsur kesejahteraan umum dari tujuan nasional.(Depkes,1984)
Generasi muda merupakan factor yang penting untuk pencapaian tujuan pembangunan kesehatan. Meningkatkan kesehatan pada anak-anak akan sangat membantu berhasilnya upaya peningkatan kesehatan. (Depkes,1984)
Upaya untuk meningkatkan derajat kesehatan melalui pendidikan yang dimulai dari tingkat dasar dan menengah secara keseluruhan diharapkan dapat dilaksanakan melalui usaha kesehatan sekolah, sehingga penduduk usia sekolah keatas telah mengerti dan melaksanakan dasar-dasar kebersihan dan makanan sehat. Untuk lebih meningkatkan pelayanan kesehatan diharapkan lembaga-lembaga pendidikan tenaga kesehatan dapat menghasilkan jumlah dan jenis tenaga yang berorientasi kepada kesehatan masyarakat (Depkes, 1984)
Awal masa sekolah merupakan  periode dimana anak memasuki lingkungan baru, berubah dari yang hanya bermain ke tahap belajar, perubahan ini sedikit banyak akan berakibat pada nafsu makan yang berkurang Karena anak mungkin mengalami depresi. Belum lagi kebiasaan anak yang sering mengkonsumsi makanan secara sembarangan disekitar lingkungan sekolah seperti snack/makanan ringan, permen dan berbagai jenis makanan lainnya. Di sekolah, pengawasan orang tua terhadap anak sedikit longgar, sehingga salah satu pemecahannya yakni dengan mengurangi uang jajan pada anak, karena pada masa ini anak belum bias memikul tanggung jawab sehingga apabila uang jajan terlampau banyak, maka si anak akan menggunakan uang tersebut untuk hal-hal yang kurang berguna.
Anak usia sekolah adalah investasi bangsa, karena anak adalah generasi penerus bangsa. Kualitas bangsa dimasa depan ditentukan kualitas anak-anak saat ini. Upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia harus dilakukan sejak dini, sistematis dan berkesinambungan. Tumbuh berkembangnya anak usia sekolah yang optimal tergantung pemberian nutrisi dengan kualitas dan kuantitas yang baik serta benar. Dalam masa tumbuh kembang tersebut pemberian nutrisi atau asupan makanan pada anak tidak selalu dapat dilaksanakan dengan sempurna. Sering timbul masalah terutama dalam pemberian makanan yang tidak benar dan menyimpang. Penyimpangan ini mengakibatkan gangguan pada banyak organ-organ dan system tubuh anak. Foodbone diseases atau penyakit bawaan makanan merupakan masalah kesehatan masyarakat yang utama di banyak Negara. Penyakit ini dianggap bukan termasuk penyakit yang serius untuk jangka pendek, sehinga seringkali kurang diperhatikan baik oleh orang tua, masyarakat atau institusi yang terkait dengan masalah ini (Anonim, 2007).
Menurut Sampurno (2005), masalah keracunan makanan sudah menjadi langganan di Indonesia. Hampir setiap tahun kasus keracunan selalu ada dan angka kejadiannya pun cukup tinggi. Dari seluruh kasus keracunan makanan yang ada, semua bersumber pada pengolahan makanan tidak higienis. Ironisnya makanan tidak higienis ini banyak dijual di kantin sekolah.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Bogor, terbukti bahwa makanan jajanan yang terkena cemaran mikrobiologis dan cemaran kimiawi yang umum ditemukan pada jajanan kaki lima, yang disebabkan oleh penggunaan bahan tambahan pangan (BTP) illegal seperti boraks (pengenyal yang mengandung logam berat boron), formalin (pengawet yang digunakan untuk mayat), rhodamin B (pewarna merah untuk tekstil) dan methanol yellow (pewarna kuning untuk tekstil) (Iswarawanti, dkk 2007).
Salah satu faktor yang mempengaruhi pengetahuan gizi adalah kebiasaan makan. Anak usia sekolah mempunyai kebiasaan jajan. Kebiasaan jajan cenderung menjadi bagian dari budaya dari keluarga. Makanan jajanan yang kurang memenuhi syarat kesehatan dan gizi akan mengancam kesehatan anak. Nafsu makan anak berkurang dan jika berlangsung lama akan berpengaruh pada status gizi (Susanto, 2003).
Pengetahuan gizi anak sangat berpengaruh terhadap pemilihan makanan jajanan. Pengetahuan anak dapat diperoleh baik secara internal maupun eksternal. Untuk pengetahuan secara internal yaitu pengetahuan yang berasal dari dirinya sendiri berdasarkan pengalaman hidup sedangkan secara eksternal yaitu pengetahuan yang berasal dari orang lain sehingga pengetahuan anak tentang gizi bertambah (Solihin, 2005).
Salah satu sikap penting dan mendasar sebagai sebab timbulnya masalah gizi kurang adalah adanya sikap pemilihan makanan jajanan individu yang tidak sesuai dengan kaidah gizi, oleh karena itu upaya penyadaran akan gizi pada anak SD perlu ditingkatkan sehingga anak SD mengetahui makanan jajanan yang baik dan bergizi (Susanto,2003). 
Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata sumbangan energi yang diberikan oleh jajanan yang dikonsumsi di sekolah sebesar 17,13% dan rata-rata sumbangan protein jajanan sebesar 11.14%. Sedangkan 82,87% energi dan 88,86% protein diperoleh dari konsumsi makan sehari-hari baik makan pagi, makan siang, makan malam maupun makanan selingan yang disediakan di rumah.(Nurhayati,2005).
Berdasarkan pengamatan yang penulis temukan dari 10 anak yang penulis beri pertanyaan ada 6 anak yang pengetahuan gizinya rendah dan uang saku perharinya > Rp.7000, dan 4 anak sisanya pengetahuan gizi sedang dan uang saku perharinya < Rp.7000. Jadi, jika anak diberi uang saku yang tinggi maka anak akan membelanjakan setengah dari uang sakunya untuk membeli makanan jajanan, itu disebabkan karena pengetahuan gizi anak masih kurang.

1.2 Perumusan Masalah
                        Apakah ada hubungan pengetahuan gizi,tingkat pemberian uang saku dengan pemilihan jajanan di SDN Sungai Besar 8 Banjarbaru tahun 2011.

1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui hubungan Pengetahuan gizi, tingkat pemberian uang saku dengan pemilihan jajanan.
1.3.2. Tujuan Khusus
1. Mengidentifikasi tingkat pengetahuan gizi anak pada anak kelas 6 di SDN Sungai Besar 8 Banjarbaru.
2.  Mengidentifikasi tingkat pemberian uang saku anak pada anak kelas 6 di SDN Sungai Besar 8 Banjarbaru.
3.  Mengidentifikasi pemilihan jajanan anak kelas 6 di SDN Sungai Besar 8 Banjarbaru.
4.  Menganalisis hubungan antara tingkat pengetahuan gizi anak dengan pemilihan jajanan anak kelas 6 di SDN Sungai Besar 8 Banjarbaru.
5.  Menganalisis hubungan antara pemberian uang saku anak dengan pemilihan jajanan anak kelas 6 di SDN Sungai Besar 8 Banjarbaru.

1.4 Hipotesis Penelitian
1.4.1    Ada hubungan pengetahuan gizi dengan pemilihan jajanan anak kelas 6 di SDN Sungai Besar 8 Banjarbaru tahun 2011.
1.4.2    Ada hubungan tingkat pemberian uang saku dengan pemilihan jajanan anak kelas 6 di SDN Sungai Besar 8 Banjarbaru tahun 2011.

1.5 Manfaat Penelitian
1.5.1    Bagi Siswa
Hasil penelitian ini dapat memberikan pengetahuan kepada siswa akan pentingnya kesadaran dan mengkonsumsi makanan jajanan yang sehat dan bergizi, agar siswa dapat mengantisipasi dirinya sendiri untuk memilih makanan jajanan yang aman dan sehat,sehingga kebutuhan zat gizinya dapat terpenuhi dan kesehatannya selalu terjaga.
1.5.2    Bagi Orang Tua
Dapat memberikan informasi pada Orang Tua yang berkaitan dengan pengetahuan anak terhadap Status Gizi anak.
.1.5.3   Bagi Sekolah
Hasil penelitian ini dapat menjadi masukan bagi para guru dalam menghimbau dan menetapkan peraturan mengenai makanan jajanan yang sehat bagi para anak didiknya dalam rangka mengantisipasi munculnya masalah gizi khususnya kejadian infeksi atau angka kesakitan pada anak sekolah, karena pada dasarnya, penindak lanjutan masalah keamanan jajanan anak sekolah tidak lepas dari partisipasi pihak sekolah
1.5.4    Bagi peneliti
mendapatkan pengalaman dan pengetahuan dalam pelaksanaan penelitian serta dapat dijadikan acuan bagi penelitian selanjutnya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengetahuan
     Menurut Ki Hajar Dewantara tokoh pendidikan nasional kita. Pengetahuan adalah merupakan hasil “TAHU” dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Pengetahuan merupakan faktor yang penting untuk terbentuknya tindakan seseorang. Dimana hal itu dikuatkan dengan penelitian yang dilakukan Rogers (1974) yang mengungkapkan bahwa perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng dari pada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan (Notoadmodjo,1997)

2.1.1 Tingkat Pengetahuan.
          Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (ovent behavior) dari pengalaman dan penelitian ternyata perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan. Pengetahuan yang cukup didalam domain kognitif mempunyai 6 tingkat yaitu; (Notoadmodjo,2003)
a.       Tahu (know)
       Diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya.
b.      Memahami (comprehention)
       Artinya sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dimana dapat menginterprestasikan secara benar.
   c.  Aplikasi (Application)
       Diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi yang sebenarnya.
   d. Analisis (Analysis)
       Suatu kemampuan untuk menyatakanm meteri atau suatu objek kedalam komponen-komponen tetapi masih dalam struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lain.
   e.  Sintesis (Syntesis)
       Sintesis yang dimaksud menunjukkan pada suatu kemampuan untuk menunjukkan atau menghubungkan bagian-bagian didalam suatu keseluruhan yang baru.
   f.  Evaluasi (Evaluation)
       Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek.
2.2 Pengetahuan Gizi
Pengetahuan Gizi adalah kepandaian memilih makanan yang merupakan sumber zat-zat gizi dan kepandaian dalam memilih makanan jajanan yang sehat. Pengetahuan (knowledge) adalah hasil pengetahuan dari manusia, yang sekedar menjawab pertanyaan ”What”, misalnya apa air, apa manusia, apa alam dan sebagainya. Pengetahuan secara perorangan maupun bersama ternyata langsung dalam dua bentuk dasar yang sulit ditentukan mana kiranya yang paling “asli” atau mana yang paling berharga dan yang paling manusiawi. Bentuk satu adalah mengetahui saja dan untuk menikmati pengetahuan itu demi memuaskan hati manusia (Notoatmojo, 2003).
            Menurut kamus bahasa Indonesia tahun 1995 pengertian pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui adalah kepandaian, jadi pengertian pengatahuan gizi adalah segala sesuatu yang diketahui tentang makanan dalam hubungannya dengan kesehatan.
            Salah satu faktor penting dalam masalah kurang gizi adalah kurangnya pengetahuan tentang gizi atau kemampuan menerapkan informasi tersebut dalam kehidupan sehari-hari. (Suhardjo,dkk,1989).
                        Rendahnya pendidikan dan pengetahuan gizi merupakan salah satu faktor penghambat dalam usaha perbaikan gizi. (Sayogyo,dkk,1986).
                        Suatu hal yang meyakinkan tentang pentingnya pengetahuan gizi didasarkan pada tiga kenyataan :
1.        Status gizi yang cukup adalah yang penting bagi kehidupan dan kesejahteraan.
2.        Setiap orang hanya akan cukup gizi makanan yang dimakannya mampu menyediakan zat gizi yang diperlukan untuk pertumbuhan tubuh yang optimal,pemeliharaan dan energi.
3.        Ilmu gizi merupakan fakta-fakta yang perlu sehingga penduduk dapat belajar merupakan pangan dengan baik bagi perbaikan gizi.
Tingkat pengetahuan gizi yang tinggi dapat membentuk sikap positif terhadap masalah gizi. Pada akhirnya pengetahuan akan mendorong untuk menyediakan makanan sehari-hari daam jumlah dan kualitas gizi yang sesuai dengan kebutuhan.
            Pengetahuan dasar tentang penganeka ragaman bahan makanan berdasarkan slogan empat sehat lima sempurna dan kecukupan gizi keluarga diperlukan sebagai pedoman untuk menyusun pola konsumsi terutama di tingkat keluarga. (Direktorat Bina Gizi Masyarakat,1991).
            Namun, sebagai alat memberikan penyuluhan pangan dan gizi kepada masyarakat luas dalam rangka memasyarakatkan gizi seimbang, pada tahun 1995 Direktorat Gizi Depkes telah mengeluarkan pedoman umum gizi seimbang (PUGS). Pedoman ini disusun dalam rangka memenuhi salah satu rekomendasi konferensi gizi internasional di Roma pada tahun 1992 untuk mencapai dan memelihara kesehatan dan kesejahteraan gizi (nutritional well-being) semua penduduk yang merupakan prasyarat untuk pembangunan sumberdaya manusia. PUGS merupakan penjabaran lebih lanjut dari pedoman 4 sehat 5 semprna yang memuat pesan-pesan yang berkaitan dengan pencegahan masalah gizi kurang, maupun masalah gizi lebih yang selama 20 tahun terakhir telah mulai menampakkan diri di Indonesia.
            Dalam PUGS susunan makanan yang dianjurkan adalah yang menjamin keseimbangan Zat-zat gizi.hal ini dapat dicapai dengan mengkonsumsi beraneka ragam makanan tiap hari.Tiap makanan dapat saling melengkapi dalam zat-zat gizi yang dikandungnya.Pengelompokkan bahan makanan disederhanakan,yaitu didasarkan pada tiga fungsi zat gizi,yaitu sebagai sumber energi atau tenaga,sumber zat pembangun,dan sumber zat pengatur.
                        Dari tiap kelompok dipilih satu atau lebih jenis makanan sesuai dengan ketersediaan bahan makanan tersebut dipasar,keadaan sosial ekonomi,nilai gizi,dan kebiasaan makanan.PUGS diharapkan dapat digunakan masyarakat luas sebagai pedoman praktis untuk mengatur makanan sehari-hari yang seimbang dan aman guna mencapai dan mempertahankan status gizi dan kesehatan yang optimal.(Sunita Almatsier,2009)

            2.1.2 Faktor – Faktor yang mempengaruhi pengetahuan.
Faktor yang mempengaruhi pengetahuan menurut (Solihin, 2005) bahwa ada 2 faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang yaitu, faktor internal dan faktor eksternal yaitu:
1.    Faktor internal meliputi:
a)      Kesehatan
Status kesehatan sangat mempengaruhi status gizi seseorang. Infeksi dan demam dapat menyebabkan merosotnya nafsu makan atau menimbulkan kesulitan menelan dan mencernakan makanan. Parasit dalam usus, seperti cacing gelang dan cacing pita bersaing dalam tubuh dalam memperoleh makan dan dengan demikian menghalangi zat gizi ke dalam arus darah. Keadaan gizi yang demikian membantu terjadinya kurang gizi. Sehat berarti keadaan fisik, mental dan sosial anak berfungsi secara optimal dan seimbang, keseimbangan ini akan terganggu jika seseorang anak berada dalam keadaan yang tidak optimal baik fisik, mental maupun sosial.
b)      Intelegensi
Intelegensi sangat besar sekali pengaruh terhadap pengetahuan anak yang mempunyai intelegensi yang lebih tinggi akan lebih berhasil dari pada yang mempunyai intelegensi rendah.


c)      Perhatian
Keaktifan jika yang tinggi yang semata-mata setuju pada suatu obyek. Jika perhatian anak kurang terhadap suatu materi, maka pemahaman terhadap materi tersebut akan berkurang dan menurun.
d)     Minat
Kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang berbagai kegiatan yang diminati anak, diperhatikan 12  terus-menerus disertai rasa senang berbeda dengan perhatian yang sifatnya sementara.
e)      Bakat
Kemampuan untuk belajar, kemampuan itu akan terealisasi menjadi kecakapan nyata sesudah belajar/ berlatih.
2.    Faktor eksternal yang mempengaruhi pengetahuan seseorang meliputi:
a)      Keluarga
Keluarga sangat menentukan dalam pendidikan anak karena keluarga adalah lembaga pendidikan yang utama dan pertama. Secara tradisional, ayah mempunyai prioritas utama atas jumlah dan jenis makanan tertentu dalam keluarga, dan justru golongan yang rawan terhadap masalah gizi mempunyai prioritas paling akhir yaitu wanita dan anak-anak. Jika kebiasaan budaya pembagian kebiasaan budaya pembagian pangan yang tidak merata dalam unit keluarga terus diterapkan, maka akan menyebabkan bencana baik bagi kesehatan maupun kehidupan.

b)      Metode pembelajaran
Metode mengajar adalah suatu cara yang harus dilalui didalam mengajar, untuk menghindari pelaksanaan cara belajar yang salah perlu suatu pembinaan. Dengan metode belajar yang tepat dan efektif, akan efektif pula hasil belajar anak.
c)      Masyarakat
Masyarakat merupakan faktor eksternal yang juga mempengaruhi belajar anak. Pengaruh ini terjadi karena keberadaannya dalam masyarakat adalah berhubungan dengan media massa, teman bergaul, dan bentuk kehidupan masyarakat.
2.2  Uang Saku
                        Pemberian uang saku tak hanya mengenalkan kemampuan mengelola keuangan. Menuntut tanggung jawab,komitmen dan kedipsiplinan anak.
                        Mengenalkan pengelolaan uang berarti juga memperkenalkan nilai uang, cara membuat anggaran,serta menabung.semakin cepat diperkenalkan anak akan semakin siap mengelola keuangannya secara mandiri.Untuk itu orang tua perlu mendidik anak mulai dari hal yang sederhana terlebih dulu yaitu bagaimana manfaat uang saku.
                        Menurut konsultan keuangan dari safir senduk dan rekan, Ahmad Gozali mengatakan pemberian uang merupakan sarana pembelajaran anak terhadap tanggung jawab,komitmen, dan matematika sederhana. Tanggung jawab untuk membuat keputusan sendiri penggunaan uangnya. Agar tujuan tersebut tercapai, anak harus memberikan pengertian terlebih dahulu bahwa uang yang diterima memiliki jangka waktu tertentu (mingguan/bulanan).Dengan demikian ia harus berkomitmen untuk tidak meminta uang lagi sebelum waktunya tiba, meski uangnya sudah habis.
                        Tingkat jumlah uang saku yang diberikan orang tua kepada anak tentu saja berkaitan dengan jumlah pendapatan perekonomian keluarga.
                        Pada umumnya ,jika tingkat pendapatan keluarga naik, jumlah dan jenis makanan cenderung membaik juga. Tingkat pendapatan menentukan pola makanan apa saja yang dibeli dengan uang tersebut. Orang yang penghasilannya rendah, biasanya akan membelanjakan pendapatannya untuk makan, sedang yang penghasilannya tinggi sudah tentu akan lebih dari itu. Bentuk makan-makanan padi akan menurun dan untuk makanan yang dibuat dari susu akan bertambah jika keluarga beranjak kependapatan tingkat menengah. Semakin tinggi pendapatan, semakin bertambah pula persentase pertambahan pembelanjaannya termasuk untuk buah-buahan, sayur-sayuran dan jenis-jenis makanan lainnya. (Suhardjo,dkk. 1985).
2.3  Makanan Jajanan
                      Pengertian  Makanan jajanan yang dijual oleh pedagang kaki lima atau dalam bahasa Inggris disebut street food  menurut FAO didefinisikan sebagai makanan dan minuman yang dipersiapkan dan atau dijual oleh pedagang kaki lima di jalanan dan di tempat-tempat keramaian umum lain yang langsung dimakan tanpa pengolahan atau persiapan lebih lanjut (Iswaranti dkk, 2007).
                      Dalam memilih makanan, anak memasuki masa indepedensi, yaitu kebebasan dalam memilih makanan apa saja yang disukainya. Pemiihan makanan jajanan tidak lagi didasarkan pada kandungan gizi makanan tersebut melainkan sekedar bersosialisasi untuk kesenangan dan supaya tidak kehilangan status (Khomsan,2003)
            2.3.1 Jenis Makanan Jajanan
Jenis makanan jajanan menurut Winarno dalam Mulyati (2003:22) dibagi menjadi 4 kelompok, yaitu:
1)    Makanan utama, seperti rames, nasi pecel, bakso, mie ayam, dan sebagainya.
2)    Snack atau penganan seperti kue-kue, onde-onde, pisang goreng, dan sebagainya.
3)    Golongan minuman seperti cendol, es krim, es teler, es buah, es teh, dawet dan sebagainya.
4)    Buah-buahan segar.
2.3.2 Daftar Jajanan (Makanan) yang berbahaya
**********************************************************
 
 
 
2.3.3 Kandungan Jajanan (Minuman) yang berbahaya
          Minuman berbahaya yang mengandung Siklamat, Sakarin, dan Aspartame.
          Siklamat adalah : Pemanis buatan di pasaran dikenal dengan assugrin,sucaryl, dan sukrosa. Bedanya dengan sakarin, siklamat menimbulkan rasa manis tanpa rasa ikutan (after taste-nya lebih sedikit dari pada sakarin). Sifat siklamat sangat mudah larut dalam air dan mempunyai tingkat kemanisan 30-50 kali gula.
Aspartam adalah : Aspartam merupakan pemanis sintetis non-karbohidrat, aspartyl-phenylalanine-1-methyl ester, atau merupakan bentuk metil ester dari dipeptida dua asam amino yaitu asam amino asam aspartat dan asam amino essensial fenilalanina.
Sakarin adalah : pemanis buatan yang memiliki struktur dasar sulfinida benzoat. Karena tidak strukturnya berbeda dengan karbohidrat, sakarin tidak menghasilkan kalori. Sakarin jauh lebih manis dibanding sukrosa, dengan perbandingan rasa manis kira-kira 400 kali lipat sukrosa.
                         Pemanis buatan diatas banyak menimbulkan bahaya bagi kesehatan manusia, jika di konsumsi setiap hari pada jangka panjang akan menyebabkan kanker kandung kemih, tremor, kehilangan daya ingat, bingung, insomnia, iritasi, asma, hipertensi, diare, sakit perut, alergi, impotensi dan gangguan seksual, kebotakan dan kanker otak. (http://en.wikipwdia.org/wiki/cyclamate, http://www.kompas.com/kompas-cetak/0507/24/keluarga/1918365.htm)

            2.3.4 Fungsi Makanan Jajanan
Jajanan bagi anak sekolah dapat berfungsi sebagai upaya untuk memenuhi kebutuhan energi karena aktivitas fisik di sekolah yang tinggi (apalagi bagi anak yang tidak sarapan pagi). Pengenalan berbagai jenis makanan jajanan akan menumbuhkan penganekaragaman pangan sejak kecil (Ali Khomsan, 2003:16).
Berikut adalah contoh kandungan energi dan protein beberapa bahan makanan.
Tabel 1. Kandungan Energi dan Protein Beberapa Bahan Makanan
(100 gram b.d.d)

Nama Bahan
Energi (kkal)
Protein (g)
Beras
Terigu
Jagung
Singkong
Ubi Jalar
Kacang Hijau
Kacang Kedelai
Tempe
Tahu
Kacang Tanah
Sagu
366
333
345
154
114
350
381
128
80
525
265
7,6
9,0
9,1
1,0
0,8
17,1
40,4
10,7
10,9
27,9
1,44
Sumber : Departemen Kesehatan RI (Jakarta), 1995
2.3.3 Kandungan Zat Gizi dan Zat kimia Makanan Jajanan
1)  Kandungan Zat Gizi
   Dari segi gizi sebenarnya makanan jajanan belum tentu jelek, karena ternyata makanan jajanan kaki lima menyumbang asupan energi bagi anak sekolah sebanyak 36%, protein 29% dan zat besi 52%, tetapi keamanan jajanan tersebut baik dari segi mikrobiologis maupun kimiawi masih dipertanyakan (Anonim, 2007).  Makanan jajanan umumnya mengandung zat tepung, gula, garam, lemak dan kolesterol, hal ini menyebabkan risiko tinggi terjadinya hipertensi, Diabetes Militus ataupun penyakit lain yang berhubungan dengan penyakit jantung (Didinkaem, 2006).
2)      Kandungan Zat Kimia
            Boraks, zat pengawet, dan pewarna berbahya, merupakan bahan aditif (tambahan) makanan. Sementara bahan aditif terutama yang terbuat dari bahan kimia harus dibatasi penggunaannya. Jika tidak dikendalikan, dalam jangka panjang, bahan-bahan aditif tersebut bisa menjadi bersifat karsinogenik (memicu timbulnya kanker) (Baliwati dkk, 2004).
Sedikitnya 19.465 jenis makanan yang dijadikan sampel pengujian dalam penelitian BPOM tahun 2006, ditemukan 5,6% sampel tidak layak diedarkan. Sebanyak 185 item mengandung pewarna berbahaya, 94 item mengandung boraks, 74 item mengandung formalin, dan 52 item mengandung benzoate atau pengawet dalam kadar berlebih. Badan POM kemudian menariknya dari peredaran untuk dimusnahkan. Disamping itu, Badan POM juga memeriksa sebanyak 36 dari 267 industri yang terdaftar produknya, belum memenuhi persyaratan. Dari 927 unit industri rumah tangga berizin SP (Sertifikat Penyuluhan) yang diperiksa, ternyata ditemukan sebanyak 542 unit sarana belum memenuhi persyaratan (Anonim, 2007).
2.3.4 Kelebihan dan Kekurangan Makanan Jajanan
Jajanan bagi anak sekolah merupakan fenomena yang menarik untuk ditelah karena beberapa kelebihan yaitu:
1)    Merupakan upaya untuk memenuhi kebutuhan energi karena aktivitas fisik di sekolah yang tinggi (apalagi bagi anak yang tidak sarapan pagi).
2)    Pengenalan berbagai jenis makanan jajanan akan menumbuhkan penganekaragaman pangan sejak kecil.
3) Meningkatkan perasaan gengsi anak pada teman-temannya di sekolah. Adapun kekurangan atau aspek negatif dari makanan jajanan yaitu bahwa jajan yang terlalu sering dapat mengurangi nafsu makan anak di rumah. Selain itu banyak makanan jajanan yang kurang memenuhi syarat kesehatan, sehingga dapat menyebabkan gangguan kesehatan pada anak (Ali Khomsan, 2003:16).
Sebagian besar makanan jajanan hanya mengandung karbohidrat yang membuat anak cepat kenyang. Hal ini dapat mengganggu nafsu makan, sehingga apabila dibiarkan akan mengganggu pertumbuhan tubuh anak. Apabila keseimbangan gizi tidak dipenuhi, dan ini berjalan terus-menerus menjadi kebiasaan, anak akan kekurangan zat gizi seperti zat besi yang dapat mengakibatkan anemia serta berbagai penyakit lain akibat kekurangan salah satu atau lebih zat gizi. Selain hal tersebut di atas, makanan jajanan juga masih berisiko terhadap kesehatan karena penanganannya yang tidak higienis, yang mengakibatkan keracunan karena terkontaminasinya makanan jajanan oleh mikroba beracun maupun penggunaan bahan tambahan pangan (BTP) yang tidak diizinkan.




2.3.5 Kandungan Gizi Berbagai Jenis Jajanan
Tabel 2
Kandungan Gizi Berbagai Jenis Jajanan
NO
Jajanan
Ukuran
Berat
(g)
Energi
(Kalori)
Protein
(Gram)
1
Bakwan
1 Buah
40
100
1,7
2
Bakso
1 Porsi
250
100
10,3
3
Chiki
1 Bungkus
16
        80
 0,9
4
Coklat
1 Bungkus
16
472
2,0
5
Es Mambo
1 Bungkus
25
152
0,0
6
Gado – Gado
1 Porsi
150
203
6,7
7
Klepon
4 Buah
50
107
0,6
8
Misro
1 Buah
50
109
0,4
9
Pisang Goreng
1 Buah
60
132
1,4
10
Permen
1 Buah
2
100
0,0
11
Risoles
1 Buah
40
134
2,1
12
Siomai
1 Porsi
170
95
4,4
       Sumber: I Dewa Nyoman Supariasa, dkk (2001:308)
           
Anak sekolah rata-rata memilih makanan jajanan dengan kandungan energi dan protein rendah sehingga sumbangan energi dan protein dari makanan jajanan terhadap total konsumsi sehari masih rendah. Berpedoman pada PMT-AS, makanan jajanan diharapkan mempunyai mutu gizi kurang leih 200-300 kkal untuk menyumbangkan kurang lebih 15-20% terhadap total konsumsi energi.








2.4 Kerangka Konsep








Pengetahuan Gizi Anak

           






Pemilihan makanan jajanan
Tingkat pemberian uang saku







                     
Keterangan :
                                                 =  diteliti

Gambar 1 : Bagan Kerangka Konsep












2.5 Definisi Operasional
No
Variabel
Definisi
Cara Ukur
Alat Ukur
Kategori
Skala
1.
Pengetahuan Gizi Anak
Pengetahuan Gizi anak adalah kepandaian anak dalam memilih makanan yang merupakan sumber zat-zat gizi dan kepandaian dalam memilih makanan jajanan yang sehat.
Wawancara
Kuesioner
Baik = > 80%
Sedang = 60 – 80%
Kurang = < 60%
(Djiteng, 1989)
Ordinal
2.
Tingkat Pemberian Uang Saku
Tingkat pemberian uang saku adalah jumlah uang yang diberikan orang tua perhari kepada anak.
wawancara
Kuesioner
> Rp.7000

< Rp.7000
(Februhartanti, 2004)
Ordinal
3.
Memilih Makanan Jajanan
Memilih makanan jajanan adalah kebebasan memilih makanan apa saja yang disukainya selama anak masih dilingkungan sekolah.
Wawancara
Kuesioner
-       Aman
Bahan makanan Yang tidak mengandug bahan/zat berbahaya
-       Kurang Aman
Bahan makanan yang mengandung sedikit bahan/zat berbahaya
-       Tidak Aman
Bahan makanan yang mengandung bahan/zat berahaya

(Ditjeng Bina Kesehatan Masyarakat Direktorat Gizi Masyarakat, 2001;10).
Ordinal


BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Rancangan Penelitian
Penelitian ini termasuk jenis explanatory research (penelitian penjelasan) dengan pendekatan cross sectional yaitu melakukan pengumpulan data yang menyangkut variabel bebas dan variabel terikat pada suatu saat yang bersamaan atau penelitian penjelasan karena menjelaskan hubungan antar variabel yaitu variabel bebas pengetahuan gizi (Notoatmojo, 2005).
Variebel bebas yaitu pengetahuan gizi anak, tingkat pemberian uang saku. Variabel terikat yaitu pemilihan makanan jajanan dan berdasarkan jenis penelitian termasuk penelitian observasional yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan gizi, tingkat pemberian uang saku dengan pemilihan jajanan anak kelas 6 di SDN Sungai Besar 8 Banjarbaru.
3.2 Tempat dan Waktu
3.2.1. Tempat 
Penelitian ini dilakukan di SDN Sungai Besar 8 Banjarbaru untuk mengambil sampel.
3.2.2. Waktu
Penilaian ini dimulai dari survey pendahuluan sampai analisis data yang dimulai bulan Februari sampai Maret 2011.
3.3 Populasi dan Sampel
3.3.1. Populasi penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah semua anak kelas 6 di SDN Sungai Besar 8 Banjarbaru

3.3.2. Sampel penelitian

      N
1+N (d2)
 
          Sampel yang diambil adalah sebagian dari populasi yang besarnya dihitung berdasarkan rumus :
            N =
        Keterangan :     N = Besar Populasi
                                    N = Besar Sampel

          64
1 + 64 (0.12)

 
                                    d  = Tingkat kepercayaan/ketepatan yang diinginkan (0,1)
          Maka                  n = 
                           =  
                                  = 40 siswa
       Dari hasil perhitungan diperoleh jumlah sampel yang akan diambil dalam penelitian ini sebanyak 40 siswa.

.n

 


      N1
      N
 
Rumus pengambilan sampel perkelas :

.40

 


          32
          64
 
                                  Ni =                

.40

 


          32
          64
 
Kelas 6 A   :              Ni =                        = 20 orang
 Kelas 6 B   :              Ni =                        = 20 orang
Keterangan :
Ni    = Jumlah sampel yang diambil pada setiap kelas
N1   = Jumlah siswa seluruhnya pada setiap kelas
N    = Jumlah seluruh populasi
n     = Jumlah sampel seluruhnya
(Notoatmojo,2005)
Pengambilan sampel penelitian dilakukan secara sistematik randome sampling.
3.4  Jenis dan ara Pengumpulan Data
3.4.1  Jenis Data
a.       Data primer
1)      Identitas sampel, yaitu nama, jenis kelamin dan umur.
2)      Data mengenai pengetahuan gizi dan tingkat pemberian uang saku anak Sekolah Dasar dalam memilih makanan jajanan yamg diperoleh dengan koesioner.
b.      Data sekunder
1)      Data geografi sekolah.
2)      Data jumlah keseluruhan anak kelas 6 SDN Sungai Besar 8 Banjarbaru.
3.4.2 Cara Pengumpulan Data
a.       Data Primer
        Data pengetahuan gizi anak, tingkat pemberian uang saku, pemilihan makanan jajanan yang didapat melalui wawancara dengan kuesioner.
b.  Data Sekunder
            Data gambaran umum sekolah yang meliputi profil sekolah, jumlah pengajar serta jumlah anak, ini diperoleh dengan metode kajian dokumentasi.




3.5  Pengolahan Data
1. Pengolahan Data
1.      Data Pengetahuan Gizi
Untuk mengetahui tingkat pengetahuan responden masing-masing pertannyaan di beri nilai 1 ( satu ) untuk jawaban yang benar dan 0 ( nol ) untuk jawaban yang salah dengan perhitungan sebagai berikut :
Nilai =  = x 100%
3.6 Analisa Data
Dari hasil pengolahan data, maka dapat dianalisa dengan cara Univariat dan Bivariat.
1.    Analisa Univariat
Analisa ini bertujuan untuk mengetahui gambaran identitas anak sekolah dasar, Tingkat pengetahuan gizi anak, tingkat pemberian uang saku anak dengan pemilihan jajanan. Data ditampilkan dengan menggunakan tabel frekuensi dua kolom, angka disajikan dalam tabel bersifat absolut dan relatif (persentasi).
2.    Analisa Bivariate

(0 – E)2
      E
 
Analisa ini bertujuan untuk menilai hubungan antara, tingkat pengetahuan gizi anak, tingkat pemberian uang saku dengan pemilihan makanan jajanan anak-anak kelas 6 SDN Sungai besar 8 Banjarbaru. Uji statistik yang digunakan adalah Chi square dengan menggunakan program komputer.
Rumus uji Chi Square :  X2 = ∑                     : df = ( k-1)(b-1)


Keterangan :
X              = Chi Square
0               = Nilai yang diabservasi
E               = Frekuensi yang dihasilkan
k               = Jumlah kolom
b               = Jumlah baris
Uji Chi-Square mensyaratkan bahwa frekuensi yang diharapkan dalam masing-masing sel tidak boleh terlampau kecil (kurang dari 5). Untuk tabel kontigensi 2 x 2, pengujian uji Chi-Square, disarankan :

a.         Bila n > 40 gunakan x2 dengan koreksi kontinyutas (gunakan rumus untuk tabel kontigensi 2 x 2).
b.        Bila n berada diantara 20 dan 40, uji x2 dengan rumus untuk tabel kontigensi 2 x 2 boleh digunakan billa semua frekuensi diharapkan adalah 5 atau lebih. Jika frekuensi diharapkan yang terkecil kurang dari 5 pkailah uji Fisher Exact, dan
c.         Bila n < 20, pakailah uji Fisher Exact untuk kasus apapun. Untuk tabel kontigensi r x k, berarti db lebih besar dari 1, uji x2 dapat digunakan jika kurang dari 20% diantara sel-sel itu mempunyai frekuensi diharapkan yang kurang dari 5 dan jika ada satu sel pun memiliki frekuensi diharapkan yang kurang dari satu. Jika persyaratan tersebut tidak terpenuhi peneliti dapat menggabungkan kategori-kategori yang berdekatan agar frekuensinya dapat dipebesar. (Djarwanto, 2011).

Sehingga didapatkan kaidah sebagai berikut :
Ho : Tidak ada hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat
Ha : Ada hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat
       Alpha (α) : 10% (0,1)
a.       Apabila p < α, maka Ho ditolak berarti ada hubungan yang bermakna antara kedua variabel.
b.      Apabila p > α, maka Ho diterima berarti tidak ada hubungan yang bermakna antara kedua variabel.

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Sekolah
              SDN Sungai besar 8 berdiri pada tahun 1992, sejak berdiri sampai sekarang SDN sungai besar 8 telah mengalami 3 kali pergantian kepala sekolah. Saat ini jabatan kepala sekolah di pegang oleh Ibu Rahimah.A.Ma.Pd
 SDN sungai besar 8 terletak di jalan Sagitarius Raya Perumnas Cahaya Bintang Sungai Besar Banjarbaru. Letak SDN Sungai Besar 8 berbatasan dengan :
       - Sebelah utara berbatasan dengan pemukiman penduduk
       - Sebelah timur bebatasan dengan pemukiman penduduk
       - Sebelah barat berbatsan dengan lapangan sepak bola
       - Sebelah selatan berbatasan dengan pemukiman penduduk
         Kondisi guru
Ijazah terakhir
Jumlah
Guru tetap
Guru  tidak tetap
S2 / S3
-
-
S1
8
-
D3
-
-
D2 / D1  / SLTA
7
2

              Jumlah tenaga pengajar (Guru) di SDN Sungai besar 8 banjarbaru adalah 17 orang terdiri dari 8 orang guru tetap dengan ijazah S1, dan 7 orang guru tetap dan 2 guru tidak tetap dengan ijazah D2/D1/SLTA.

       Jumlah siswa ( 3 tahun terakhir)
Tahun ajaran
Jumlah Kelas
Perkiraan (orang)
07/08
13
504
08/09
13
506
09/10
13
464
             
       Bangunan SDN sungai Besar 8 memiliki luas 1200 m2 terdiri dari 1 buah kantor guru, 1 buah kantor kepala sekolah, 13 ruang kelas, 2 perpustakaan, 1 buah wc guru dan 2 buah wc siswa.
4. Gambaran Umum Responden
        Murid kelas 6 SDN Sungai Besar 8 berjumlah 64 orang, yang dibagi menjadi 2 kelas yaitu kelas 6A dan kelas 6B.
        Sebagian besar pekerjaan orang tua murid kelas 6 SDN Sungai Besar 8 Banjarbaru adalah buruh, dan sisanya pegawai negeri sipil dan pegawai swasta, dan oleh sebab itu dari hasil penelitian didapatkan sebagian besar uang saku murid  kelas 6 kurang dari Rp.7000 itu dikarenakan keadaan ekonomi keluarga anak.
       Murid kelas 6 SDN Sungai Besar 8 Banjarbaru sebagian besar  membelanjakan uang sakunya untuk jajan di sekolah, karena sebagian besar murid kelas 6 SDN Sungai Besar 8 tidak sarapan pagi di rumah di karenakan kesibukan orang tua anak dan oleh sebab itu orang tua memberikan uang saku yang berlebih untuk anak membeli jajanan di sekolah.
4.2.1 Pengetahuan Gizi
       Pengetahuan gizi merupakan faktor yang sangat penting dalam menentukan sikap dan prilaku seseorang terhadap makanan. Pengetahuan gizi merupakan peranan penting untuk dapat membuat manusia hidup sehat dan berkualitas, semakin tinggi pengetahuan  gizinya semakin diperhitungkan jenis dan kuantum  makanan yang dipiih untuk di konsumsinya (Soediaotama,2000)
Tabel 3. Distribusi murid kelas 6 SDN Sungai Besar 8 Banjarbaru   berdasarkan Tingkat Pengetahuan Gizi.

No
Tingkat Pengetahuan Gizi
Jumlah
n
%
1
2
3
Baik
Sedang
Kurang
12
23
5
30,0
57,5
12,5
Jumlah
40
100

       Berdasarkan penelitian didapatkan gambaran tingkat pengetahuan siswa yang disajikan pada tabel  7 yang menggambarkan tingkat pengetahuan gizi murid. Ternyata 30,0% murid memiliki tingkat pengetahuan yang Baik, 57,5% murid memiliki tingkat pengetahuan gizi yang Sedang dan 12,5% murid memiliki tingkat pengetahuan yang kurang.
       Dari penelitian diatas diketahui ternyata anak lebih banyak memiliki pengetahuan sedang atau belum begitu mengetahui bagaimana jajanan yang sehat atau tidak itu. Oleh karena itu orang tua dan guru anak disekolah perlu memberikan pengetahuan kepada anak bagaimana makanan yan sehat atau tidak, dan membiasakan anak untuk membawa ekal dari rumah, karena bekal dari rumah dapat terjaga kebersihan dan kesehatannya.



Tebel 4. Hasil kuesioner
No
Soal
Betul
Salah
n
%
n
%
1.

2.

3.

4.

5.


6.

7.


8.
Apakah yang dimaksud makanan bergizi ?
Makanan yang dihidangkan sehari-hari sebaiknya ?
Sumber bahan makanan yang mengandung karbohidrat ?
Sumber bahan makanan yang mengandung protein ?
Sumber bahan makanan yang mengandung vitamin dan mineral ?
Menurut adik, apa saja sumber vitamin A itu ?
Menurut adik, bagaimana sebaiknya tekstur makanan yang di masak ?
Menurut adik, bagaimana sebaiknya warna sayuran yang telah dimasak ?
38

39

28

32

30


34

32


9
95

97.5

70

80

75


85

80


22.5

2

1

12

8

10


6

8


31

5

2.5

30

20

25


15

20


77.5

       Berdasarkan tabel kuesioner diatas ternyata murid yang menjawab soal nomor 8 (Menurut adik, bagaimana sebaiknya warna sayuran yang telah dimasak) lebih banyak menjawab salah yaitu 77.5%, itu dikarenakan anak tidak mengetahui tentang cara pengolahan makanan khususnya sayur, bagaimana cara memasak sayur yang benar, dan juga kandungan di dalam sayur tersebut.
       Hal ini menunjukkan kurangnya pengetahuan dan salah konsepsi tentang  kebutuhan pangan dan nilai pangan adalah umum di setiap sekolah. Salah satu penyebab munculnya gangguan gizi adalah kurangnya pengetahuan tentang gizi atau kurangnya kemampuan untuk menerapkan informasi tentang gizi dalam kehidupan sehari-hari (Suhardjo, 2003)
       Pentingnya pengetahuan gizi, didasarkan pada 3 kenyataan yaitu: 1) Status gizi yang cukup adalah penting bagi kesehatan dan kesejahteraan. 2) Setiap orang hanya akan cukup gizi jika makanan yang dimakannya mampu menyediakan zat gizi yang diperlukan untuk pertumbuhan tubuh yang optimal,, pemeliharaan dan energi. 3) Ilmu gizi memberikan fakta-fakta yang perlu sehingga anak sekoah dapat belajar menggunakan pangan yang baik bagi kebutuhan gizi.
       Pengetahuan tentang kandungan zat gizi dalam berbagai bahan makanan, kegunaan makanan bagi kesehatan dapat membantu memilih bahan makanan yang harganya tidak begitu mahal kan tetapi nilai gizinya tinggi (Moehji, 2002).
4.2.2 Uang saku
       Kebiasaan jajan di Indonesia salah satu kebiasaan makan yang kurang baik. Anak berangkat sekolaah yang tidak sarapan pagi tetapi di bekali uang jajan (Munandar, 1999)
       Uang saku adalah uang yang diberikan oleh orang tua dengan perencanaan uang tesebut digunakan untuk transportasi atau tabungan anak. Sedangkan uang jajan adalah uang yang diberikan kepada anak untuk membeli jajanan berupa makanan dan minuman selama berada diluar rumah. Tetapi kebanyakan anak menggunakan uang saku tersebut untuk membeli makanan yang tidak bergizi atau hal yang tidak berguna. (Elly, 2009)

Tabel 5 : Distribusi murid kelas 6 SDN Sungai Besar 8 Banjarbaru  berdasarkan Uang Saku.

No
Uang Saku
Jumlah
n
%
1
2
> Rp.7000
< Rp.7000
15
25
37,5
62.5
Jumlah
40
100

       Hasil penelitian mengenai uang saku anak sekolah, dapat dilihat dari tebel 9. Yang menggambarkan jumlah uang saku murid, ternyata 37,5% murid yang mendapat uang saku sebesar > Rp.7000 dan 62,5% murid mendapat uang saku sebesar < Rp.7000
       Sebagaian besar pekerjaan orang tua murid adalah buruh dan sisanya pegawai negeri sipil dan pegawai swasta.
       Anak sekolah umumnya setiap hari menghabiskan seperempat waktunya di sekolah, sehingga mereka lebih terpapar pada makanan jajanan kaki lima di dekat sekolah mereka, dan mereka mempunyai kemampuan untuk membeli makanan tersebut dengan uang saku yang diberikan orang tua anak sekolah tersebut, karena kebiasaan anak sekolah yang tidak sarapan pagi diberi uang jajan oleh orang tuanya.(Judarwanto,2006)
4.2.3 Pemilihan jajanan
                   Dalam memilih makanan, anak memasuki masa indepedensi, yaitu kebebasan dalam memilih makanan apa saja yang disukainya. Pemilihan makanan jajanan tidak lagi didasarkan pada kandungan gizi makanan tersebut melainkan sekedar bersosialisasi untuk kesenangan dan supaya tidak kehilangan status (Khomsan,2003)
Tabel 6 : Distribusi murid kelas 6 SDN Sungai Besar 8 Banjarbaru berdasarkan pemilihan makanan jajanan


No
Pemilihan makanan jajanan
Jumlah
n
%
1
2
3
Aman
Kurang Aman
Tidak aman
12
23
5
30,0
57,5
12,5
Jumlah
40
100

       Hasil penelitian mengenai pemilihan makanan jajanan murid sekolah, dapat dilihat pada tabel 10 yang menggambarkan pemilihan makan jajanan murid, ternyata 30,0% murid yang mengkonsumsi jajanan yang aman, 57,5% murid mengkonsumsi jajanan yang kurang aman, dan 12,5% murid menkonsumsi jajanan yang tidak aman..
       Dari hasil penelitian dapat disimpulkan sebagian besar anak lebih suka mengkonsumsi makanan yang kurang aman, karena makanan yang kurang aman bentuk dan warnanya lebih menarik, sehingga anak tertarik dan mengkonsumsinya.
       Makanan jajanan umumnya digemari oleh semua lapisan masyarakat, terutama oleh anak sekolah. Jajanan memberikan konstribusi energi yang cukup tinggi bagi anak sekolah, karena itu dapat dipahami peran penting makanan jajanan sekolah pada pertumbuhan dan prestasi belajar anak di sekolah (Suryani, 2008). Makanan jajanan yang dikonsumsi anak sekolah perlu mendapat perhatian dari aspek gizi dan keamanannya mengingat anak sekolah masih dalam masa tumbuh kembang, maka keseimbangan gizi dalam tubuh harus diperhatikan supaya tetap sehat (Soenardi, 1999 dalam Damayanti, 2005). Aspek keamanan penting karena dapat mengakibatkan keracunan, bahkan sampai kematian. Menurut UU No 7 tahun 1996 tentang pangan, keamanan pangan adalah kondisi dan upaya yang diperlukan untuk mencegah pangan dari kemungkinan cemaran biologis, kimia dan benda lain yang dapat mengganggu, merugikan dan membahayakan manusia. Keamanan pangan merupakan hak asasi konsumen, jadi keamanan pangan harus selalu menjadi pertimbangan pokok dalam perdagangan (Direktorat SPKP-BPOM, 2003).
4.2.4 Hubungan antara pengetahuan gizi dengan pemilihan makanan jajanan pada murid kelas 6 di SDN Sungai Besar 8 Banjarbaru.
          Hubungan antara pengetahuan gizi dengan pemilihan makanan jajanan murid kelas 6 di SDN Sungai Besar 8 Banjarbaru Tahun 2011 dapat digambarkan pada tabel dibawah ini :
Tabel 7.        Hubungan pengetahuan gizi dengan pemilihan makanan jajanan pada murid kelas 6 di SDN Sungai Besar 8 Banjarbaru.

No
Tingkat pengetahuan Gizi
Pemilihan makanan jajanan
Jumlah
Aman
Kurang Aman
Tidak Aman
n
%
n
%
n
%
n
%
1
2
3
Baik
Sedang
Kurang
7
5
0
58,3
21,7
0
4
18
1
33,3
78,3
20,0
1
0
4
8,3
0
80,0
12
23
5
100
100
100
Jumlah
12
30
23
57,5
5
12,5
40
100
p : 0,021                                                                                                α : 0.05
       Hasil uji statistik fisher exact, setelah dilakukan penggabungan data makanan jajanan yang tidak aman dan kurang aman, dan juga tingkat pengetahuan gizi kurang dan sedang juga digabung dengan sig α = 0,05, ternyata ada hubungan antara pengetahuan gizi dengan pemilihan makanan jajanan pada siswa tersebut yang ditandai dengan p:0,021 maka (p < α ), Menurut hasil penelitian di atas 800% murid yang memiliki pengetahuan yang kurang lebih banyak memilih makanan jajanan yang tidak aman.
       Adanya hubungan  antara pengetahuan gizi dengan pemilihan jajanan dikarenakan anak tidak mengetahui bagaimana jajanan yang sehat dan aman itu, sehingga anak memilih makanan jajanan yang tidak baik bagi kesehatannya, karena makanan jajanan yang tidak aman warnanya lebih cerah dan rasanya lebih manis, sehingga anak tertarik untuk mengkonsumsinya.
       Hubungan antara pengetahuan gizi dengan pemilihan makanan jajanan ini di karenakan bahwa pemilihan makanan jajanan anak dipengaruhi oleh tingkat pengetahuannya tentang gizi. Ketidaktahuan dapat menyebabkan kesalahan dalam pemilihan bahan makanan dan konsumsi bahan makanan, meskipun makanan tersebut tersedia (Hermin, 2003).
       Adanya pengetahuan yang baik merupakan faktor yang sangat penting dalam menentukan sifat dan prilaku seseorang terhadap makanan selain itu pengetahuan mempunyai peranan penting untuk dapat membuat manusia hidup sejahtera dan berkualitas. Semakin banyak pengetahuan gizi atau makanan semakin di perhitungkan jenis dan berkualitas makanan yang akan di pilih dan di konsumsinya (sediaotomo, 2000)
       Pentingnya pengetahuan gizi, didasarkan pada 3 kenyataan : 1) status gizi yang cukup adalah penting bagi kesehatan dan kesejahteraan. 2) setiap orang hanya akan cukup gizi jika makanan yang dimakannya mampu menyediakan zat gizi yang diperlukan untuk pertumbuhan tubuh yang optimal, pemeliharaan, dan energi. 3) ilmu gizi memberikan fakta-fakta yang perlu sehingga seseorang dapat belajar menggunakan pangan yang baik bagi kebutuhan gizi. Salah satu penyebab munculnya gangguan gizi adalah kerangnya pengetahuan tentang gizi atau kurangnya kemampuan untuk menerapka informasi tentang gizi dalam kehidupan sehari-hari (Suhardjo, 2003). Pengetahuan tentang kandungan zat gizi dalam berbagai bahan makanan, kegunaan makanan bagi kesehatan dapat membentu memilih bahan makanan yang harganya tidak begitu mahal akan tetapi nilai gizinya tinggi (Moehji,2002:6)
2.2.5.   Hubungan antara tingkat pemberian uang saku dengan pemilihan makanan jajanan pada murid kelas 6 di SDN Sungai Besar 8 banjarbaru

       Hubungan antara jumlah uang saku dengan pemilihan makanan jajanan murid kelas 6 di SDN Sungai Besar 8 Banjarbaru Tahun 2011 dapat digambarkan pada tabel dibawah ini :





Tabel 8.     Hubungan antara tingkat pemberia uang saku  dengan pemilihan makanan jajanan pada murid kelas 6 di SDN Sungai Besar 8 Banjarbaru.

No
Tingkat pemberian uang saku
Pemilihan makanan jajanan
Jumlah
Aman
Kurang Aman
Tidak Aman
n
%
n
%
n
%
n
%
1
2
> Rp.7000
< Rp.7000
5
7
33,3
28,0
7
16
46,7
64,0
3
2
20,0
8,0
15
25
100
100
Jumlah
12
30,0
23
57,5
5
12,5
40
100
p : 0,736                                                                                   α : 0,05
     Hasil uji statistik fisher exact, setelah dilakukan penggabungan data makanan jajanan yang tidak aman menjadi kurang aman dengan sig α = 0,05, ternyata ada hubungan antara pengetahuan gizi dengan pemilihan makanan jajanan pada siswa tersebut yang ditandai dengan p:0,736 maka (p < α ),      Menurut hasil penelitian di atas 64,0% anak yang uang sakunya kurang dari Rp.7000 lebih banyak memilih makanan jajanan yang kurang aman.
       Antara uang saku dengan pemilihan makanan jajanan tidak ada hubungan. Adapun hal ini dikarenakan faktor perhatian orang tua, bagaimana cara orang tua untuk memberikan pengetahuan kepada anak dalam memilih makanan jajanan meskipun uang saku yang diberikan orang tua termasuk tinggi, dan juga membiasakan anak membawa bekal dari rumah, jenis-jenis makanan jajanan yang dijual di sekolah juga mempengaruhi pemberian uang saku dengan pemilihan makanan jajanan.
       Literatur menyatakan bahwa banyak pula orang tua yang kurang acuh terhadap anaknya, atau membiarkan anaknya menturuti kemaunya sendiri. Jika anak tidak mau makan di rumah, diberinya saja bekal uang agar dapat jajan. Membiarkan anak tidak makan di rumah dan memberinya uang untuk jajan sebenarya kebiasaan yang tidak baik (Tarwotjo, 1975)
       Ada juga orang tua yang membiarkan anaknya makan jajanan kaki lima dan kue-kue tradisional dengan keyakinan bahwa jajanan tersebut lebih aman buat anaknya (Soenardi. T ; 1999)
       Suka jajan sebernarnya merupakan suatu sifat yang diperoleh. Mungkin orang tuanya suka jajan, dan anak sering dibawa makan diluar. Banyak pula keluarga yang lebih suka membeli makanan dari pada membuatnya sendiri. Hal – hal ini menumbuhkan sifat suka jajan pada dari anak. Anak-anak yang jajan di sekolah malakukan karena bermacam sebab. Ada yang karena suka jajan. Ada yang karena tidak  makan sebelum berangkat sekolah. (Tarwotjo, 1975 ; 16-17)
           
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
                 Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan di SDN Sungai Besar 8 Banjarbaru tahun 2011 mengenai Hubungan Pengetahuan Gizi, Tingkat Pemberian Uang Saku dengan Pemilihan Makanan Jajanan, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1.      Sebanyak 30,0 % responden memiliki tingkat pengetahuan baik, sebanyak 57,5 % responden memiliki tinkat pengetahuan kurang dan sebanyak 12,5 % responden memiliki tinkat pengetahuan kurang.
2.      Sebanyak 37,5 % responden mendapat uang saku sebesar > Rp.7000 dan sebanyak 62,5 % responden mendapat < Rp.7000.
3.      Sebanyak 30,0 % responden memilih makanan jajanan yang aman, sebanyak 57,5 % responden memilih makanan jajanan yang kurang aman, dan sebanyak 12,5 % rsponden memilih makanan jajanan yang tidak aman..
4.      Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan antara pengetahuan gizi dengan pemilihan makanan jajanan.
5.      Hasil penelitian menunjukkan tidak ada hubungan antara tingkat pemberian uang saku dengan pemilihan makanan jajanan.
5.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian dapat disarankan :
1.      Agar anak sekolah tidak terpapar lagi pada makanan jajanan kaki lima didekat sekolah mereka maka orang tuanya perlu membiasakan anaknya untuk sarapan pagi dengan makanan yang bergizi sebelum kesekolah karena hal ini penting untuk persiapan anak melakukan aktifitas di sekolah. Anak yang sarapan biasanya akan lebih menahan keinginannya untuk jajan.
2.      Anak perlu diberikan bekal makanan dari rumah karena lebih terjamin kebersihan dan keamanannya.
3.      Diharapkan pada keluarga anak sekolah dapat memperhatikan masalah gizi anaknya dengan memberi pengarahan kepada anak bagaimana memilih makanan yang sehat/aman itu, dan membiasakan anak membwa bekal dari rumah, sehingga anak malas untuk jajan di sekolah.
4.      Pihak sekolah juga perlu memberi penyuluhan terhadap siswanya untuk memilih dan mengkonsumsi makan makanan jajanan yang higienis dan aman dan juga peranan guru dan kebijaksanaan sekolah sangat berarti sekali di sini. Misalnya bagaimana seorang guru mmotivasi bahwa membawa bekal dari rumah itu lebih baik dari pada jajan, kemudian memberi penerangan bekal mana yang baik dan sehat untuk dibawa, Hal lain yang dapat dilakukan sekolah , misanya membatasi dan menyeleksi jajanan yang disodorkan penjual di sekolah. Selain itu para gurupun harus memberi teladan yang baik dalam menerapkan kebiasaan makan, misalnya tidak turut pula jajan di luar.



0 komentar:

Posting Komentar

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More