About

Kamis, 08 Maret 2012

LAPORAN PKL GIZI KLINIK RUMAH SAKIT

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pelayanan gizi di rumah sakit adalah kegiatan pelayanan gizi di rumah sakit untuk memenuhi kebutuhan gizi pasien di rumah sakit, baik rawat inap maupun rawat jalan, untuk keperluan metabolisme tubuh, dan untuk peningkatan kesehatan maupun mengoreksi kelainan metabolisme, dalam upaya preventif, kuratif, promotif, dan rehabilitatif (www.gizinet.com).
Pelayanan gizi ini disesuaikan dengan keadaan individu dan berdasarkan status gizi, anamnesa, dan status metabolisme tubuh. Dengan memberikan terapi pada makanan dan disesuaikan dengan jenis penyakit pasien. Keadaan gizi pasien mempunyai peranan penting dalam proses penyembuhan penyakit, sebaliknya proses perjalanan penyakit berpengaruh pada keadaan gizi seseorang (PGRS, 2003).
Seorang ahli gizi harus memiliki keahlian dan potensi dalam melaksanakan tugasnya, memberikan pelayanan gizi kepada pasien baik berupa konsultasi, maupun pengaturan diet bagi pasien rawat inap. Kegiatan-kegiatan pelayanan gizi klinik meliputi 4 tahapan, yaitu pengkajian gizi, perencanaan pelayanan gizi dengan menetapkan tujuan dan strategi, implementasi pelayanan gizi, monitoring, dan evaluasi pelayanan gizi (PGRS, 2003). Salah satu kasus yang ditangani ialah Hepatitis B,hipoalbuminemi dan fatty liver.
Hepatitis B adalah suatu penyakit hati yang disebabkan oleh "Virus Hepatitis B" (VHB), yang dapat menyebabkan peradangan hati akut atau menahun yang pada sebagian kecil kasus dapat berlanjut menjadi sirosi hati atau kanker hati. Mula-mula dikenal sebagai "serum hepatitis" dan telah menjadi epidemi pada sebagian Asia dan Afrika.
Hipoalbuminemia adalah Rendahnya kadar albumin di dalam darah akibat abnormalitas. Oleh karena albumin merupakan protein, maka hipoalbuminemia merupakan salah satu bentuk hipoproteinemia.
Sedangkan fatty liver adalah suatu keadaan di mana adanya penimbunan lemak yang berlebihan di sel-sel liver.
Untuk mencapai serta memlihara kesehatan dan status gizi optimal, tubuh perlu mengkonsumsi makanan sehari-hari yang mengandung zat-zat gizi yang seimbang. Bila tubuh dapat mencerna, mengabsorbsi dan memetabolisme zat-zat gizi tersebut secara baik, maka akan tercapai keadaan gizi seimbang. Tetapi dalam keadaan sakit diharapkan pasien penderita hepatitis B,hipoalbuminemi, dan fatty liver melalui modifikasi diet diupayakan agar gizi seimbang tetap bisa dicapai.
Oleh karena hal-hal tersebut di atas, maka perlu dilakukan studi kasus pada pasien rawat inap di rumah sakit. Pada pelayanan studi kasus ini, penulis melaksanakan pelayanan gizi bagi pasien dengan diagnosis hepatitis B, hipoalbuminemi, dengan fatty liver. Studi kasus ini dilaksanakan selama 5 hari sejak tanggal 5 Juni sampai 9 Juni 2011 di bangsal Melati 1 kamar 6 RSUD dr. Moewardi, Surakarta.

B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas perumusan masalah adalah bagaimana penatalaksanaan diet pada pasien hepatitis B, hipoalbuminemi, dengan fatty liver di bangsal Melati 1 kamar 6 RSUD dr. Moewardi, Surakarta.

C. Tujuan
a. Tujuan Umum
Pada akhir pelaksanaan studi kasus, mahasiswa memiliki pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang diperlukan untuk melaksanakan manajemen penatalaksanaan terapi diet pada penyakit hepatitis B, hipoalbuminemi, dengan fatty liver.
b. Tujuan Khusus
Mahasiswa mampu mengumpulkan data dan mengkaji data subjektif dan objektif pasien.
Mahasiswa mampu menginterpretasikan data subjektif dan objektif yang berhubungan dengan diet pasien.
Mahasiswa mampu melaksanakan anamnesa gizi.
Mahasiswa mampu melaksanakan penentuan status gizi.
Mahasiswa mampu merencanakan terapi diet khususnya pada Pasien Hepatitis B, Hipoalbuminemi, dengan Fatty liver.
Mahasiswa mampu melaksanakan terapi diet pada pasien Hepatitis B, Hipoalbuminemi, dengan Fatty liver.
Mahasiswa mampu melaksanakan penyuluhan dan konsultasi gizi.
Mahasiswa mampu memonitor dan mengevaluasi terapi diet.
Mahasiswa mampu menyusun dan menyajikan hasil laporan.

D. Metode Pengumpulan Data
Cara pengambilan data dalam studi kasus ini dilakukan pengambilan data primer dan data sekunder. Pengambilan data primer dilakukan langsung ke pasien dan data sekunder dari buku status pasien (catatan medik) yang berada di bangsal Melati 1. Metode pengambilan data secara langsung dilakukan dengan metode wawancara, tanya jawab untuk identitas pasien dan data subjektif, data sekunder diambil dari cacatan medik pasien.
Metode pengambilan data dengan cara:
Wawancara
Wawancara dilakukan untuk mengetahui data umum pasien, pola makan/kebiasaan makan pasien, keadaan sosial, dan keluhan pasien sebelum dan selama dirawat di rumah sakit.
Observasi / Pengamatan
Pengamatan yang dilakukan untuk pengambilan data rekam medik pasien, data laboratorium dan data pemeriksaan klinis.
Recall 24 jam
Recall 24 jam dilakukan untuk mengetahui asupan makan pasien selama pengambilan kasus dan pelayanan dengan cara menanyakan dan melihat langsung makanan yang tidak dimakan oleh pasien.

E. Waktu dan Tempat
Waktu pelaksanaan studi kasus dilakukan selama 5 hari sejak tanggal 5 Juni sampai 9 Juni 2011 di bangsal Melati 1 kamar 6 RSUD dr. Moewardi, Surakarta.

F. Manfaat Hasil
1. Bagi Mahasiswa
Mahasiswa dapat mengerti dan memahami dalam memberikan pelayanan dan penerapan diet untuk pasien Hepatitis B dengan Hipoalbuminemi, dan Fatty liver.
2. Bagi Rumah Sakit
Sebagai tambahan masukan dan evaluasi dalam memberikan pelayanan gizi di rumah sakit.
3. Bagi Pasien
Pasien dapat mengetahui dan memahami diet yang diberikan dan kemudian dapat mengubah perilaku konsumsi makan sesuai dengan diet agar tercapai keadaan sehat yang optimal.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Hepatitis B
Definisi
Hepatitis B adalah suatu penyakit hati yang disebabkan oleh "Virus Hepatitis B" (VHB), suatu anggota famili Hepadnavirus yang dapat menyebabkan peradangan hati akut atau menahun yang pada sebagian kecil kasus dapat berlanjut menjadi sirosi hati atau kanker hati.
Etiologi
Penyebab Hepatitis ternyata tak semata-mata virus. Keracunan obat, dan paparan berbagai macam zat kimia seperti karbon tetraklorida, chlorpromazine, chloroform, arsen, fosfor, dan zat-zat lain yang digunakan sebagai obat dalam industri modern, bisa juga menyebabkan Hepatitis. Zat-zat kimia ini mungkin saja tertelan, terhirup atau diserap melalui kulit penderita. Menetralkan suatu racun yang beredar di dalam darah adalah pekerjaan hati. Jika banyak sekali zat kimia beracun yang masuk ke dalam tubuh, hati bisa saja rusak sehingga tidak dapat lagi menetralkan racun-racun lain.
Patofisiologi
Infensi hepatitis B yang akut akan terjadi dalam waktu 30 sampai 180 hari setelah virus memasuki tubuh. Kebanyakan tanpa gejala klinis yang khas. Seperti demam yang tidak terlalu tinggi, rasa tidak selera makan, mual, dan kadang-kadang mutah. Juga akan terjadi rasa lemas, sakit kepala, rasa takut dengan cahaya, sakit menelan batuk, dan pilek. Gejala-gejala ini sangat mirip dengan flu, sehingga disebut dengan flu like syndrome. Satu sampai dua minggu kemudian barulah timbul kuning pada seluruh badan penderita.
Faktor Resiko
Mereka yang mempunyai resiko besar untuk terkena adalah mereka yang kontak antar individu dengan penderita yang sangat erat lama, berhubungan sexsual dengan penderita atau penggunaan jarum suntik bersama seperti penyalahgunaan obat dan narkoba.
Gejala
Beberapa gejala hepatitis B yang banyak terjadi diantaranya adalah :
Munculnya masalah pencernaan yang berawal dari rasa tidak enak makan, timbul rasa mual serta berlanjut dengan muntah pada penderita.
Adanya demem seperti yang terjadi pada penderita penyakit flu. Hanya saja demam yang terjadi tidak terlalu berat, dan ini merupakan kamuflase dan menjangkitnya virus Hepatitis B pada seseorang.
Terjadinya rasa nyeri pada persendian yang menyertai fase demam tersebut.
Terjadi pembengkalan pada bagian perut sebelah kanan atas.
Air seni berubah warna menjadi kemerahan. Jika hal ini terjadi, bisa dipastikan bahwa penderita sudah positif mengidap penyakit hepatitis B.
Hipoalbuminemia
Devinisi
Hipoalbuminemia adalah Rendahnya kadar albumin di dalam darah akibat abnormalitas. Oleh karena albumin merupakan protein, maka hipoalbuminemia merupakan salah satu bentuk hipoproteinemia.
Etiologi
Hipoalbuminemia dapat disebabkan oleh penurunan produksi albumin, sintesis yang tidak efektif karena kerusakan sel hati, kekurangan intake protein, peningkatan pengeluaran albumin karena penyakit lainnya, dan inflamasi akut maupun kronis.
Patofisiologi
Albumin merupakan protein serum dengan jumlah paling besar memiliki beberapa fungsi penting. Albumin menjaga tekanan onkotik koloid plasma sebesar 75-80 % dan merupakan 50 % dari seluruh protein tubuh.
Albumin berfungsi sebagai transport berbagai macam substasi termasuk bilirubin, asam lemak, logam, ion, hormon, dan obat-obatan. Salah satu konsekuensi dari hipoalbumin adalah obat yang seharusnya berikatan dengan protein akan berkurang, di lain pihak obat yang tidak berikatan akan meningkat, hal ini akan meningkatkan kadar obat dalam darah. Perubahan pada albumin akan menyebabkan gangguan fungsi platelet.
Kadar normal albumin dalam darah antara 3,5-4,5 g/dl, dengan jumlah total 300-500 g. Sintesis terjadi hanya di sel hati dengan produksi sekitar 15 g/ hari pada orang sehat, tetapi jumlah yang dihasilkan bervariasi signifikan pada berbagai tipe stress fisiologis. Waktu paruh albumin sekitar 20 hari, dengan kecepatan degradasi 4 % per hari.
Faktor Resiko
Rendahnya kadar albumin dapat menjadi indikasi gangguan pada hati atau sindrom pada ginjal atau pudarnya tekanan onkotik.
Gejala
Jika protein plasma khususnya albumin tidak dapat lagi menjaga tekanan osmotic koloid akan terjadi ketidakseimbangan tekanan hidrostatik yang akan menyebabkan terjadinya edema.
Fatty Liver
Devinisi
Fatty liver adalah suatu keadaan di mana adanya penimbunan lemak yang berlebihan di sel-sel liver. Sebenarnya normal apabila liver kita mengandung lemak. Tetapi apabila berat lemaknya sudah lebih dari 10% dari berat liver itu sendiri, sehingga sebagian sel-sel liver yang sehat sudah diganti dengan sel lemak, itu sudah tidak normal. Liver sudah berubah warnanya menjadi kuning mengkilat karena berlemak, membesar dan lebih berat dari keadaan normal. Inilah yang disebut dengan fatty liver/perlemakan hati.
Etiologi
Penyebab Fatty Liver adalah :
Alcohol.
Obat-obatan. Jadi jangan suka minum obat.
Gangguan maupun perubahan hormonal misalnya kehamilan.
Metabolic syndrome.
Diabetes.
Penurunan berat badan yang drastis dan kekurangan gizi.
Gaya hidup modern, banyak makan kalori tinggi. Memakan banyak kalori dapat menyebabkan lemak bertumpuk di liver. Sumber kalori yang tinggi dari lemak (selain alcohol). Ditambah tidak berolah raga.
Kegemukan/Kelebihan berat badan terutama lemak di perut.
(perlu diketahui, liver yang sehat dapat mengatur metabolism lemak, bukan itu saja tetapi dapat mengeluarkan kelebihan lemak melalui empedu. Sehingga jika liver kita sehat maka kita tidak akan kesulitan menurunkan berat badan. Sebaliknya liver yang berlemak gantinya membakar lemak malah menyimpan lemak. Tambah sulit turun berat badan. Jadi bagi anda yang ingin menurunkan berat badan, detox adalah cara yang efektif.
Pada waktu detox, Kadang-kadang penurunan berat badan akan berhenti tetapi jangan berkecil hati, ini karena lemak di liver yang keluar.
Patofisioogi
Fatty liver terjadi karena konsumsi lemak dan kolestrol secara berlebihan akibatnya sel-sel di dalam hati akan tertimbun lemak dan dapat menambah komplikasi pada hati. Konsumsi alkohol secara berlebihan pun dapat menimbulkan perlemakan hati. Begitu juga dengan kondisi obesitas atau kelebihan berat badan.
Faktor Resiko
80% penderita fatty liver adalah obese untuk NASH (Nonalcoholic Steatohepatitis). Resiko fatty liver meningkat bagi yang kelebihan berat dan obese.
• Penderita Diabetes.
• Penderita trigliserid yang tinggi.
Fatty Liver bisa terjadi pada segala umur, bahkan anak-anak yang kegemukan.
Gejala
Fatty liver jarang menimbulkan keluhan, karena penimbunan lemak ini terjadinya secara perlahan-lahan. Gejala klinis yang dikeluhkan penderita paling-paling perut terasa penuh, ini disebabkan karena lemak kebanyakan menumpuk di hati bagian atas. Terus, perut daerah ulu hati kadang-kadang terasa keras. Pada waktu penyakit bertambah parah, mungkin penderita akan mengalami rasa lelah, sakit di sekitar perut, dan lemah.
Biasanya penderita tidak tahu kalau ia menderita fatty liver, dan mereka baru tahu setelah melakukan check up lengkap karena penyakit lainnya.
Penatalaksanaan Diet Hati
Jenis dan Indikasi Pemberian
a. Diet Hati I
Diet hati I diberikan bila pasien dalam keadaan akut atau bila prekoma sudah dapat diatasi dan pasien sudah mulai mempunyai nafsu makan. Melihat keadaan pasien, makanan dalam bentuk cincang atau lunak. Pemberian protein dibatasi (30 gram/hari) dan lemak diberikan dalam bentuk mudah dicerna. Formula enteral dengan asam amino rantai cabang (Branched Chain Amino Acid/BCAA) yaitu leusin, isoleusin, dan valin dapat digunakan. Bila ada asites dan diuresis belum sempurna, pemberian cairan maksimal 1 liter/hari.
Makanan ini rendah energi, protein, kalsium, zat besi, dan tiamin, karena iitu sebaiknya diberikan selama beberapa hari saja. Menurut beratnya retensi garam atau air, makanan diberikan sebagai Diet hati I Garam Rendah. Bila ada asites hebat dan tanda-tanda diuresis belum membaik, diberikan diet garam rendah I. Untuk menambah kandungan energi, selain makanan per oral juga diberikan makanan parenteral berupa cairan glukosa.
b. Diet Hati II
Diet hati II diberikan sebagai makanan perpindahan diet hati I pada pasien yang nafsu makannya cukup. Menurut keadaan pasien, makanan diberikan dalam bentuk lunak atau biasa. Protein diberikan 1 gr/kg BBb dan lemak sedang (20% - 25% dari kebutuhan energi total) dalam bentuk yang mudah dicerna.
Makanan ini cukup mengandung energi, zat besi, vitamin A dan C, tetapi kurang kalsium dan tiamin. Menurut beratnya retansi garam atau air, makanan diberikan sebagai diet hati II garam rendah. Bila asites hebat dan diuresis belum baik, diet mengikuti pola diet rendah garam I.
c. Diet Hati III
Diet hati II diberikan sebagai perpindahan dari diet hati II atau kepada pasien hepatitis akut (hepatitis infeksiosa/A dan hepatitis serum/B) dan sirosis hati yang nafsu makannya telah baik, telah dapat menerima protein, dan tidak menunjukkan gejala sirosis hati aktif.
Menurut kesanggupan pasien, makanan diberikan dalam bentuk lunak atau biasa. Makanan ini mengandung cukup energi, protein, lemak, mineral, dan vitamin, tapi tinggi karbohidrat. Menurut beratnya retensi garam/air, makanan diberikan sebagai diet hati III garam rendah I.

BAB III
GAMBARAN UMUM PASIEN

A. Identitas Pasien
Nama : Ny. C
Umur : 40 tahun
Jenis Kelamin : Laki – Laki
Alamat : Jamus RT.05 RW.03 Kuto Kerjo KRA
Agama : Islam
Pendidikan Terakhir : Tidak Sekolah
Bangsa/Suku : Jawa
Pekerjaan : Pensiunan Buruh Pabrik karet
Status Perkawinan : Kawin
Berat Badan : 52 kg
Tinggi Badan : 146 cm
Tempat Perawatan : Bangsal Melati I, Ruang 6 Bed 34
Tanggal MRS : 2 Juni 2011
Tanggal Mulai Kasus : 5 Juni 2011
Diagnosa Dokter : Hepatitis B, Hipoalbuminemia, Fatty Liver
No Rekam Medik : 01 06 96 76
B. Data Subjektif
a. Keluhan Pasien Utama Pasien
1) Keluhan ketika datang ke rumah sakit
Tidak bisa flatus,BAK dan BAB keluarnya lambat, pusing, sesak nafas, mual dan lemas.
2) Saat kunjungan/pengamatan untuk kasus
Terlihat lemah dan dalam keadaan bedrest total.
b. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien rujukan dari puskesmas kerjo datang dengan keluhan perut membesar 1 1/2 bulan yang lalu, pasien tidak bisa platus,BAK dan BAB keluarnya lambat,Pusing,sesak nafas.

c. Riwayat Penyakit Dahulu
Sebelum di rawat di RS Dr.Moewardi Solo,pasien pernah di rawat di RS sragen sekitar 2 bulan yang lalu.
d. Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak ada keluarga yang mengidap penyakit serupa.
e. Keadaan Sosial Ekonomi
a. Pekerjaan pasien adalah pensiunan buruh perusahaan karet.
b. Pasien mempunyai 1 orang istri dan 2 orang anak.
f. Kebiasaan hidup
Kebiasaan dan kegiatan sehari-hari
Dulu pasien pernah bekerja di perusahaan karet, namun sekarang pasien pensiun dan tidak bekerja lagi.
Aktifitas fisik (olahraga)
Pasien jarang melakukan aktifitas fisik seperti olahraga.
g. Kebiasaan dan pola makan pasien
Kebiasaan dan pola makan pasien dibedakan menjadi 2 (dua) yaitu secara kualitatif dan secara kuantitatif.
1) Secara Kualitatif (Pola Makan dan Frekuensi makan pasien)
Makanan Pokok : Nasi 3x sehari
Lauk Hewani : Ikan 3x sehari,Ayam dan Daging 2x Seminggu
Lauk Nabati : Tahu,Tempe 3x sehari
Sayuran hijau : 2x sehari
Buah-buahan : Pisang,Pepaya 1x seminggu
Minuman : teh 2x sehari
Pola makan : makanan pokok+lauk hewani+lauk nabati+sayur
2) Secara Kuantitatif
Asupan pasien sebelum masuk rumah sakit dibandingkan dengan AKG yaitu :
Tabel 1. Asupan Makan Pasien Sebelum Masuk Rumah Sakit
Energi (kkal) Protein (gr) Lemak (gr) KH (gr)
Asupan 802 37,9 31,7 92,1
AKG 2800 55 62.22 505
% 28,64 % 68.90 % 50.94 % 18.23 %
Sumber: Data Primer Terolah, Juni 2011

Data Objektif
Pemeriksaan Fisik
Hasil pemeriksaan pasien saat masuk rumah sakit tanggal
Keadaan Umum : Lemah dan pusing
Kesadaran : compos mentis
Bengkak di perut : Ada (+)
Pemeriksaan Klinis
Hasil pemeriksaan klinis pada saat pengambilan studi kasus dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
Tabel 2.Pemeriksaan Klinis
No Jenis Pemeriksaan Hasil Pemeriksaan Nilai Normal Satuan
1
2
3
4 Nadi
Respirasi
Tekanan darah
Suhu 96
24
120/80
36,8 80
20 – 24
120/80
36-37 kali/menit
kali/menit
mmHg
oC
Sumber : Medical Record, Juni 2011
Pemeriksaan Laboratorium
Hasil pemeriksaan laboratorium pada saat sebelu studi kasus tanggal 3 Juni 2011 dapat dilihat pada tabel di bawah ini :
Tabel 3. Hasil Pemeriksaan Laboratorium
Tanggal Jenis Pemeriksaan Hasil Pemeriksaan Satuan (unit) Nilai Normal Keterangan
3/6/2011 Hemoglobin
Hematokrit
Leukosit
Trombosit
Eritrosit
SGOT
SGPT
Albumin
Kolesterol total
Trigliserid
9.9
29.0
6.0
234
3.38
70
31
2.2
84
44 g/dl
%
rb/µl
rb/µl
juta/µl
µ/l
µ/l
g/dl
mg/dl
mg/dl
12,0 – 15,6
33 – 45
4,5 – 14,5
150 – 450
4,10 – 5,10
0 – 35
0 – 45
3,50 – 5.20
100 – 224
33 – 102 Normal
Kurang
Normal
Normal
Kurang
Tinggi
Normal
Kurang
Kurang
Normal
Sumber : Medical Record, Juni 2011

BAB IV
NUTRITION CARE PROCES (NCP)

Evaluasi Status Gizi
Data Antropometri
Hasil pengukuran antropometri pada saat pengambilan studi kasus tanggal 7 Juni 2011 yaitu :
BB : 52 kg LILA : 21.5 cm
TL : 42 cm
Tinggi badan berdasarkan TL
59,01 + (2,08 x TL)
59,01 + (2,08 x 42)
= 146 cm
BBI = (TB – 100)-10%
= (146-100)-10%
= 45 kg
LLA = 21.5 cm
LLA = x 100%
= x 100%
= 67.3%
(termasuk gizi buruk)
Data Biokimia :
hemoglobin pasien rendah yaitu 9.9 gr/dl dengan nilai normal 12 – 14 gr/dl
albumin pasien sangat rendah yaitu 2,2 gr/dl dengan nilai normal 3.50 – 5.20 gr/dl
kolesterol total pasien rendah yaitu 84 mg/dl dengan nilai normal <200 mg/dl Klinis/fisik : Keadaan umum pasien sedang, masih ada keluhan mual, kesadaran pasien compos mentis, gizi terkesan kurang, TD = 120/80 mmHg, Nadi = 96 x/menit, RR = 29 x/menit, suhu = 36,8 oC Dietary History : Asupan pasien sebelum masuk rumah sakit dibandingkan dengan AKG yaitu Energi sebesar 28.64%, Protein sebesar 68,90%, Lemak sebesar 94,28%, dan Karbohidrat sebesar 32,63% Medical History : Pasien pernah dirawat d RS sekitar 2 bulan yang lalu karena perut membesar. Diagnosa Penyakit Berdasarkan hasil pemerisaan dokter, pasien didiagnosa menderita Hepatitis B dengan Hipoalbuminemia dan Fatty Liver. Nutrition Diagnosis Adanya keadaan anemia berkaitan dengan asupan makan yang kurang ditandai dengan kadar Hb kurang dari normal yakni 9.9 gr/dl (N: 12 – 15.6 gr/dl). Adanya keadaan hipoalbumin berkaitan dengan abnormalnya fungsi liver ditandai dengan kadar albumin kurang dari normal yakni 2.2 gr/dl (N: 3,20 – 4,60 gr/dl). Perubahan fungsi gastrointestinal berkaitan dengan abnormalnya fungsi liver ditandai dengan adanya mual dan muntah Intake makan kurang berkaitan dengan keadaan mual, muntah ditandai dengan E = 28.64%, P = 68.90%, L = 50.94%, KH = 18.23% Nutrition Intervention Planing Pemberian terapi diet. Preskripsi Diet Pasien diberikan diet hati II. Bentuk makanan lunak (Bubur). Frekuensi mkan pasien 3x makan pokok dan 2x snack. Tujuan Diet Memberikan makanan sesuai dengan kebutuhan tanpa memberatkan saluran cerna. Meningkatkan HB Meningkatkan albumin. Prisip dan Syarat Diet Makanan diberikan secara bertahap. Energi sesuai kebutuhan yaitu 1494.13 kkal. Protein cukup, yaitu 1 gr/kg BB yakni sebesar 55.2 gr Lemak cukup, 20 % dari total kebutuhan yaitu 40.02 gr. Karbohidrat sisa dari kebutuhan energi yaitu 221.7 gr untuk memberikan sumbangan energi. Makanan mudah dicerna dan tidak merangsang agar tidak memberatkan saluran cerna. Bahan makanan yang boleh diberikan dan yang tidak boleh diberikan/dibatasi dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 4. Bahan makanan yang boleh diberikan dan yang tidak boleh diberikan/dibatasi Bahan Makanan yang dianjurkan Bahan makanan yang tidak dianjurkan Sumber KH : nasi; kentang direbus, dipure; makaroni, mi, bihun direbus, roti, biskuit, krekers; tepung-tepungan dibuat puding atau dibubur. Sumber Protein : Hewani : daging sapi empuk, hati, ikan, ayam direbus, disemur, ditim, dipanggang; telur ayam direbus, ditim, didadar, diceplok air, dan dicampur dalam makanan; susu Nabati : tahu, tempe direbus, ditim, ditumis; kacang hijau direbus Sayuran : Sayuran yang tidak banyak serat dan tidak menimbulkan gas seperti; bayam, buncis, kacang panjang, bit, labu siam, wortel, labu kuning, direbus, ditumis, disetup, dan diberi santan Lemak : Margarin, minyak, santan encer Buah-buahan : Pepaya, pisang, sawo, jeruk manis, sari buah, buah dalam kaleng Minuman: Sirup, teh encer, Bumbu: Garam, gula, vetsin dalam jumlah terbatas; jahe, kunyit, kunci, kencur, laos, salam, sereh, terasi, dsb Sumber KH: beras ketan, beras tumbuk, roti whole wheat, jagung; ubi, singkong, tales, kentang digoreng, dodol, dsb. Sumber Protein : Hewani: Daging, ikan, ayam yang dikaleng, dikeringkan, diasap, diberi bumbu-bumbu tajam; daging babi, telur goreng Nabati: tahu, tempe digoreng, kacang tanah, kacang merah, kacang tolo Sayuran : Sayuran yang dikeringkan, kol, sawi, lobak, ketimun, Lemak : Lemak hewan, santan kental Buah-buahan : Buah yang tinggi serat dan atau dapat menimbulkan gas seperti jambu biji, nenas, kedondong, durian, nangka, dan buah yang dikeringkan Minuman: Kopi, teh kental, minuman yang mengandung soda dan alkohol, es krim Bumbu: Lombok, merica, cuka, dan bumbu lainnya yang tajam Sumber: Almatsier, 2007 Perhitungan Kebutuhan Zat Gizi Energi = TEE = BEE x FA x FS BEE = 66.5 + 13.7 (46) + 5 (146) – 6.8 (40) = 66.5 + 630.2 + 730 – 272 = 1154.7 kkal TEE = 1154.7 x 1,2 x 1,3 = 1801.33 kkal – 307.2 (Energi Infus) = 1494.13 kkal Protein P = 1.2 gr/kg BBI = 1.2 x 46 kg = 55.2 gr % Protein = x 100 = 12.25% = 12.3% Lemak = = 40.02 gr Karbohidrat = = 298.5 gr – 76.8 (KH Infus) = 221.7 gr Infus dextrose 5% 16 tpm mikro 16 x 60 x 24 = 23040 1 ml = 1 5 tts Jd 1 hari = = 1536 ml KH dari infus = 5% x 1536 = 76.8 gr Energi dari infus = 76.8 x 4 kkal = 307.2 kkal Ambang Batas Toleransi Energi = 50 gr ± 1801.33 kkal = 1751.33 – 1851.33 kkal Protein = ± 5% x 55.2 gr/hari = 2,76 gr (52.44 – 57.96) Lemak = ± 5% x 40.02 gr/hari = 2,00 gr (38.02 – 42.02) KH = ± 5% x 298.5 gr/hari = 14.92 gr (283.58 – 313.42) Recana Monitoring Antropometri : Tinggi Lutut (TL), LLA dan status gizi Asupan makan : Energi, Protein, Lemak, Karbohidrat, Zat Besi dan Natrium Pemeriksaan Laboratorium : Kadar Hb, Albumin, SGOT, SGPT dan lainnya Pemeriksaan fisik : KU lemah, sesak di dada, compos mentis. Pemeriksaan klinis : Tensi, nadi, respirasi dan suhu. Pemeriksaan Penunjang : EKG Rencana konsultasi gizi Konsultasi gizi kepada pasien dilakukan selama pelayanan diberikan. Konsultasi gizi tersebut mengenai hati. Berdasarkan hasil konsultasi gizi pasien dapat mengerti materi yang telah disampaikan. Pasien dan keluarga sangat antusias, hal ini terlihat dari tanggapan materi yang disampaikan, selain itu juga pasien dan keluarganya banyak bertanya tentang diet yang harus dijalani oleh pasien. Implementasi Kajian Diet yang diberikan RS Jenis Diet Diet Hati II Bentuk Makanan Makanan berbentuk lunak (bubur) Cara Pemberian Frekuensi mkan pasien 3x makan pokok dan 2x snack. Nilai Gizi Diet Hati II 1700 kkal Rekomendasi Diet Rekomendasi diet yang diberikan adalah Diet Hati II 1801.33 kkal. 4. Nutrition Monitoring dan Evaluation Status Gizi Berdasarkan hasil pengamatan studi kasus mulai tanggal 4 juni 2011 sampai tanggal 9 juni 2011 didapatkan hasil seperti yang terlihat pada tabel berikut ini : Tabel 6. Status Gizi Berdasarkan IMT Tanggal Perhitungan LLA(cm) Status Gizi 4 Juni 2011 LLA = LLA pengukuran x 100% = 21.5 x 100% = 67.3% LLA standar 31.9 Gizi Buruk 5 Juni 2011 LLA = LLA pengukuran x 100% = 21.5 x 100% = 67.3% LLA standar 31.9 Gizi Buruk 6 Juni 2011 LLA = LLA pengukuran x 100% =21.5 x 100% = 67.3% LLA standar 31.9 Gizi Buruk 7 Juni 2011 LLA = LLA pengukuran x 100% =21.5 x 100% = 67.3% LLA standar 31.9 Gizi Buruk 8 Juni 2011 LLA = LLA pengukuran x 100% =21.5 x 100% = 67.3% LLA standar 31.9 Gizi Buruk 9 Juni 2011 LLA = LLA pengukuran x 100% = 21.5 x 100% = 67.3% LLA standar 31.9 Gizi Buruk Sumber : Data Primer Terolah, Juni 2011 Asupan zat gizi pasien Selama pengamatan yang dilakukan mahasiswa mulai tanggal 5 Juni sampai tanggal 8 Juni 2011, didapat hasil asupan makan pasien seperti dalam tabel di bawah ini : Tabel 6. Asupan Makan Pasien Sebelum dan Saat Pelayanan Tanggal Asupan Energi (kkal) Protein (gr) Lemak (gr) KH (gr) 5/6/2011 RS 466 21.3 16.6 62.69 Infus 307.2 - - 76.8 Luar RS Sub total 773.2 21.3 16.6 139.49 6/6/2011 RS 569 11.1 31.4 60.63 Infus 307.2 - - 76.8 Luar RS Sub total 876.2 11.1 31.4 137.43 7/6/2011 RS 596 26,3 20,3 78,23 Infus 307.2 - - 76.8 Luar RS Sub total 903.2 26.3 20.3 155.03 8/6/2011 RS 717 28 20,4 110 Infus 307.2 - - 76.8 Luar RS Sub total 1024.2 28 20.3 186.8 9/6/2011 RS 166 6,43 6,8 19,68 Infus 307.2 - - 76.8 Luar RS Sub total 473.2 6.43 6.8 98.48 Jumlah 4050 93.13 75.1 717.23 Rata-rata asupan/ hari 810 18.626 15.02 143.446 Kebutuhan zat gizi 1801.33 52.2 40.02 221.7 % asupan 44% 35% 37% 64% Perkembangan Diet Pengamatan sebelum pelayanan dilakukan pada tanggal 2 sampai 5 Juni 2011, kemudian dilanjutkan dengan pelayanan dari tanggal 7 sampai 9 Juni 2011. Perkembangan diet pasien selama studi kasus dapat dilihat pada tabel dibawah ini : Tabel 7. Perkembangan Diet Pasien Tanggal Jenis Diet Bentuk Makanan 2-4/6/2011 Diet Hati II Makanan Lunak (bubur) 5-6/6/2011 Diet Hati II Makanan Lunak (bubur) 7-9/6/2011 Diet Hati II Makanan Lunak (bubur) Hasil Pemeriksaan Laboratorium Perkembangan data laboratorium dipantau dari mulai sebelum studi kasus tanggal 3 Juni sampai tanggal 9 Juni 2011, dapat dilihat dari tabel di bawah ini: Tabel 8. Hasil Pemeriksaan Laboratorium Tanggal Jenis Pemeriksaan Hasil Pemeriksaan Satuan (unit) Nilai Normal Keterangan 3/6/2011 Hemoglobin Hematokrit Leukosit Trombosit Eritrosit SGOT SGPT Albumin Kolesterol total Trigliserid 12.5 29.0 6.0 234 3.38 70 31 2.2 84 44 g/dl % rb/µl rb/µl juta/µl µ/l µ/l g/dl mg/dl mg/dl 12,0 – 15,6 33 – 45 4,5 – 14,5 150 – 450 4,10 – 5,10 0 – 35 0 – 45 2,4 – 6,1 100 – 224 33 – 102 Kurang Kurang Normal Normal Kurang Tinggi Normal Kurang Kurang Normal Pemeriksaan Fisik Keluhan pasien selama dilakukan pengamatan studi kasus dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 9. Hasil Pengamatan Fisik Pasien Tanggal Pemeriksaan Fisik 5 Juni 2011 KU Lemah,mual,muntah,compos mentis, gizi kesan kurang 6 Juni 2011 KU Lemah,mual,muntah,compos mentis, gizi kesan kurang 7 Juni 2011 KU lemah, compos mentis, gizi kesan cukup 8 Juni 2011 KU lemah, compos mentis, gizi kesan cukup 9 Juni 2011 KU baik, compos mentis, gizi kesan cukup Sumber: Data Sekunder RM Pasien 01 06 96 76 Pemeriksaan Klinis Hasil pemeriksaan klinis selama studi kasus dapat dilihat pada tabel di bawah ini : Tabel 10. Hasil Pemeriksaan Klinis Pasien Tanggal Pemeriksaan Jenis Pemeriksaan Tensi (mmHg) Nadi (x/menit) RR (x/menit) Suhu (oC) 5 Juni 2011 120/70 96 24 37 6 Juni 2011 120/80 96 24 36.8 7 Juni 2011 120/80 96 24 36.8 8 Juni 2011 120/80 96 24 36.8 Sumber: Data Sekunder RM Pasien 01 06 96 76 Pengobatan Obat-obatan yang diberikan selama studi kasus dapat dilihat pada tabel dibawah ini : Tabel 11. Obat-obatan yang Digunakan Selama Pengamatan Pengobatan Fungsi Infs D5% 16 tpm mikro Sebagai tambahan energi Fumsemid 40 mg Untuk Diuretik (Untuk memperlancar kemih) Curcuma Sebagai perangsang nafsu makan VIT B Plex Mengatasi kelelahan, anemia, gangguan jantung, penambah nafsu makan As. Folat Untuk memperlancar aktivitas metabolisme dan membantu fungsi nutrisi esensial lainnya Ciprohoxacin 500 mg Antibiotik Propanolol 10 mg Anti Hipertensi Metoclop ramid 10 mg Anti Muntah Sumber: Data Sekunder RM Pasien 01 06 96 76 h. Penyuluhan dan konsultasi gizi a. Topik : Diet hati II b. Sasaran : Pasien dan keluarga pasien (penunggu pasien) c. Tujuan : Memberikan informasi tentang terapi yang diberikan untuk penyembuhan penyakit. Memberikan informasi tentang makanan yang tepat untuk mengurangi gejala lain yang timbul pada diri pasien. Memotivasi pasien untuk dapat memenuhi dan menjelaskan terapi diet. Agar pasien dan keluarga dapat mengatur konsumsi makanan setelah pasien selesai perawatan rumah sakit. Tempat dan waktu Waktu : Pada saat pelayanan gizi Tanggal : 7-9 Juni 2011 Tempat : Ruang rawat inap Melati 1 kamar 6 bed 34 Metode : Ceramah dan Tanya Jawab Alat peraga : leaflet, food model Materi Penyuluhan : Menjelaskan pengertian diet hati II. Menjelaskan tujuan diberikannya terapi dan diet hati II. Menjelaskan dan memberikan contoh bahan makanan yang boleh diberikan dan bahan makanan penukarnya. Menjelaskan dan memberikan contoh bahan makanan yang tidak boleh dimakan atau dibatasi serta bahan penukarnya. Menjelaskan bahan makanan penukar. Evaluasi : Menanyakan kembali materi yang telah diberikan. Asupan makan pasien. BAB V PEMBAHASAN Evaluasi status Gizi Berdasarkan pengukuran Antropometri terhadap pasien pada tanggal 5 Juni 2011 diketahui tinggi badan 146 cm, sedangkan berat badan tidak bisa diketahui karena pasien tidak bisa ditimbang, untuk perhitungan status gizi menggunakan rumus perhitungan LLA (Lingkar Lengan Atas) dihasilkan nilai 67.3% Hasil ini menunjukkan bahwa status gizi pasien buruk dengan LLA 21.5 cm (normal Evaluasi Kebiasaan dan Pola Makan Pasien Sebelum Masuk Rumah Sakit Berdasarkan hasil tanya jawab dengan pasien dan keluarganya, diperoleh data mengenai kebiasaan dan pola makan pasien sebelum dirawat di rumah sakit yaitu dengan pola makan 3 kali makanan pokok dan selingan tidak tentu. Tahu, tempe, dan sayuran kadang-kadang ada setiap kali makan. Pasien juga menyukai makanan yang pedas dan makanan yang digoreng. Adapun data frekuensi makan pasien untuk sumber karbohidrat yaitu nasi 3x/hari. Sumber lauk hewani berupa ikan segar 3x/hari dan konsumsi ayam dan daging 2x/minggu. Sumber lauk nabati 2x/hari dan sayuran 2x/hari. Sumber buah-buahan < 1x seminggu. Pasien sendiri memiliki kebiasaan minum teh 2x/hari. Berdasarkan data kuantitatif asupan makan pasien sebelum masuk rumah sakit dibandingkan dengan AKG. Energi sebesar 28,64%, protein 68,90%, lemak 50.94% dan karbohidrat 18.23%. Untuk kebutuhan energi defisit, protein cukup, lemak cukup, dan karbohidrat defisit (Supariasa, 2002). Hal ini disebabkan karena nafsu makan pasien yang menurun drastis dikarenakan adanya rasa mual dan pasien selalu merasa kenyang. Evaluasi Asupan Zat Gizi di Rumah Sakit Dari hasil pelayanan gizi selama 3 hari dari tanggal 7 juni 2011 sampai 9 juni 2011 dan pengamatan untuk recall pasien sebelum pelayanan yaitu dari tanggal 5 Juni 2011 sampai 6 Juni 2011, diketahui pasien di rumah sakit diberikan diet hati II dengan perhitungan energi 1494.13 kkal/hari(Sudah di kurang energi infus), protein 55.2 gr/hari, lemak 40.02 gr/hari, dan karbohidrat 221.7 gr/hari (Sudah di kuang KH infus). Telah didapatkan rata-rata asupan zat gizi pasien dibandingkan dengan kebutuhan, energi sebesar 810 kal (44%), protein sebesar 18.626 gr/hari (35%), lemak sebesar 15.02 gr/hari (37%), dan karbohidrat sebesar 143.446 gr/hari (64%). Melihat data di atas, asupan makan pasien dapat dikatakan tidak baik. Hal tersebut dikarenakan nafsu makan pasien menurun karena ada rasa mual, rasa tidak enak di perut, dan pasien selalu merasa kenyang. Selain itu, makanan yang disajikan (bubur) tidak disukai pasien, sehingga pasien tidak menghabiskan makanan yang sudah disediakan. Evaluasi Perkembangan Diet Pasien Selama pengamatan studi kasus pasien mendapatkan diet hati II yang diberikan dalam bentuk Bubur. Pemilihan bentuk bubur agar tidak memberatkan kondisi pasien karena pasien masih merasa mual dan pasien selalu merasa kenyang.di berian bubur agar pasien dapat mencerna makanan yang masuk. Evaluasi Pemeriksaan Fisik Hasil pemeriksaan fisik sejak tanggal 5 juni 2011 keadaan umum pasien lemah, compos mentis (sadar) dan gizi kesan kurang. Sejak tanggal 6 juni keadaan umum pasien yang sudah baik karena pasien mulai selera untuk makan. Keadaan pasien dari hari ke hari semakin membaik walaupun rasa mual masih terasa. Evaluasi Pemeriksaan Klinis Dari hasil pemeriksaan klinis pada saat awal sampai akhir pengamatan pada tekanan darah, tidak terjadi perubahan tekanan darah yang cukup berarti. Tekanan darah pasien masih berada dalam ambang batas normal. Evaluasi Pemeriksaan Laboratorium Dari hasil pemeriksaan laboratorium didapatkan bahwa nilai albumin pasien rendah, hal ini dikarenakan kebiasaan makan pasien yang cenderung menyukai sayuran dan bahan-bahan makanan nabati, sehingga kurang asupan zat-zat gizi yang berasal dari hewani, terutama protein, termasuk albumin. Selain itu, pasien juga mengalami gangguan fungsi hati, sehingga albumin tidak dapat disintesis dengan cukup. BAB VI RINGKASAN PELAYANAN GIZI No Masalah Indikasi Tindakan/Terapi Monitoring 1. Hepatitis B Mual, muntah, nafsu makan menurun, nyeri perut,dan mudah kenyang Albumin ↓(2.2), SGOT ↑ (70), SGPT ↑ (31), HB SAG (+) Diet hati II: Bentuk makanan bubur E= 1801.33 kkal P= 55.2 gr L= 40.02 gr KH= 298.5 gr Rata-rata asupan zat gizi pasien di rumah sakit adalah : E = 810 kkal (44%) P = 18.626 gr (35%) L = 15.02 gr (37%) KH = 143.446 gr (64%) 2. Hipoalbumin Albumin 2.2 gr/dl (N: 3,50 – 5,20 gr/dl) Pemberian ekstra putih telur Albumin dilakukan pemeriksaan lebih lanjut. 3. Fatty Liver SGOT 70,SGPT 31 Colestrol Total 84,triglesirida 44 Membatasi bahan makanan yang mengandung lemak jenuh dan kolesterol - Kolesterol total (-) tidak dilakukan pemeriksaan lebih lanjut. 4. Anemia Hb 9.9 gr/dl (N: 12 – 14 gr/dl Pemilihan bahan makanan sumber Fe sebanyak >12 mg - Hb (-) tidak dilakukan pemeriksaan lebih lanjut.

BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan
Keluhan pasien waktu masuk rumah sakit adalah perut membesar 11/2 bulan yang lalu,pasien tidak bisa flatus,BAK dan BAB keluarnya lambat,pusing,sesak nafas, mual dan lemas.Sebelum di rawat di RS Dr.Moewardi Solo, pasien pernah di rawat di RS sragen sekitar 2 bulan yang lalu.Keluarga pasien tidak ada yang mengalami penyakit seperti yang diserita pasien.
Dari hasil recall dapat diketahui bahwa asupan makan pasien sebelum masuk rumah sakit dibandingkan dengan AKG. Energi sebesar 802 Kkal (28.64%), protein 37.9 gr (68.90%), lemak 31.7 gr (50.94%) dan karbohidrat 92.1 gr (18.23%).
Berdasarkan hasil pemerisaan dokter, pasien didiagnosa menderita Hepatitis B dengan Hipoalbuminemia dan Fatty Liver
Diagnosis gizi
Adanya keadaan anemia berkaitan dengan asupan makan yang kurang ditandai dengan kadar Hb kurang dari normal yakni 9.9 gr/dl (N: 12 – 15.6 gr/dl).
Adanya keadaan hipoalbumin berkaitan dengan abnormalnya fungsi liver ditandai dengan kadar albumin kurang dari normal yakni 2.2 gr/dl (N: 3,20 – 4,60 gr/dl).
Perubahan fungsi gastrointestinal berkaitan dengan abnormalnya fungsi liver ditandai dengan adanya mual dan muntah
Intake makan kurang berkaitan dengan keadaan mual, muntah ditandai dengan E = 28.64%, P = 68.90%, L = 50.94%, KH = 18.23%
Status gizi pasien adalah buruk karena dari pengukuran LLA yaitu 67.3% Keadaan fisik pasien selama pengamatan yaitu keadaan umum Lemah, compos mentis, dan gizi terkesan Kurang, untuk tekanan darah, suhu, nadi, dan pernapasan berada pada keadaan normal, pemeriksaan laboratorium, nilai HB pasien berada di bawah normal.
Berdasarkan diagnosa dokter, maka pasien diberikan Diet Hati II dengan frekuensi makan 3 kali makan pokok dan 2 kali snack, bentuk makanan yang diberikan makanan lunak (bubur)
Berdasarkan hasil perhitungan kebutuhan gizi pasien untuk energi 1801.33 kkal/hari, protein 52.2 gr/hari, lemak 40.02 gr/hari, dan karbohidrat 221.7 gr/hari.
Konsultasi gizi mengenai diet hati II, berdasarkan hasil konsultasi tersebut pasien dan keluarga dapat mengerti tentang materi yang disampaikan. Dan keluarga pasien akan membantu pasien dalam mengatur pola makan sesuai dengan diet yang diberikan.
Asupan pasien di rumah sakit diberikan diet hati II dengan perhitungan energi Telah didapatkan rata-rata asupan zat gizi pasien dibandingkan dengan kebutuhan, energi sebesar 810 kkal (44%), protein sebesar 18.626 gr/hari (35%), lemak sebesar 15.02 gr/hari (37%), dan karbohidrat sebesar 143.446 gr/hari (64%).
Saran
Bagi Instalasi Gizi
Perlunya pemantauan diet kepada pasien agar diet yang diberikan sesuai dengan keadaan pasien, karena diet pasien dapat berubah-ubah sesuai dengan keadaan pasien, serta meningkatkan komunikasi dengan dokter yang menangani pasien.
Bagi Pasien dan Keluarga
Supaya bisa mematuhi dan memahami terhadap diet yang telah diberikan, untuk mempercepat proses penyembuhan pasien.
Bagi Mahasiswa
Perlu adanya bimbingan guna meningkatkan kerja sama dengan dokter, perawat, maupun tenaga kesehatan lainnya supaya lebih mudah dalam melakukann tugas pelayanan terhadap pasien.

0 komentar:

Posting Komentar

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More